Kuta (Antara Bali) - Pengrajin Kuta, Kabupaten Badung, Bali memproduksi alat musik "jimbe", suatu alat musik pukul berbahan kulit berbagai ukuran untuk memenuhi pesanan luar negeri (ekspor).
"Jimbe, suatu alat yang dimainkan dalam musik perkusi sangat diminati warga Tiongkok dan Australia," kata Made Sudarsa, seorang pengrajin alat musik "jimbe" di Kuta, Selasa.
Ia menjelaskan, dalam sebulan, pihaknya mengirim berbagai alat musik jimbe berbagai ukuran antara 100-150 buah memenuhi pesanan pemilik studio dan penjual alat musik di luar negeri.
"Pesanan bertambah apabila ada permintaan dari pasaran luar negeri yang memerlukan tambahan jimbe yang sebagian besar digunakan untuk pementasan musik berjenis `countre`," kata dia.
Ia menambahkan, pihaknya menjual jimbe berbagai ukuran, mulai dari diameter 28 centimeter sampai yang paling besar ukuran diameter sekitar 33 centimeter.
"Jimbe ukuran diameter 33 centimeter merupakan yang paling besar, tingginya dapat mencapai 63 centimeter dan merupakan produk yang paling laris," ujarnya.
Sudarsa menambahkan, dalam sehari, ia memproduksi berbagai jenis jimbe antara 20 sampai 30 buah, jika pesanan ramai dapat mencapai 40 buah.
Sedangkan, ia menambahkan, untuk harga satu jimbe, dipatok antara Rp350 ribu sampai Rp1 juta tergantung ukuran dan kualitas kayu yang dipakai. ""Jimbe dari kayu mahoni harganya lebih mahal, karena kualiasnya lebih bagus," kata dia.
Lebih lanjut, ia menjelaskan, membuat satu jenis jimbe ukuran kecil sampai besar memerlukan waktu pengerjaan antara empat sampai tujuh hari.
Hal pertama yang harus dilakukan adalah membuat badan jimbe dari kayu mahoni atau nangka, selanjutnya, badan jimbe yang sudah jadi diberi cat dan pelapis tambahan agar kuat dan memiliki corak seni.
Setelah badan jimbe terbentuk, dilanjutkan dengan memberikan besi bentuk melingkar di bagian atas dan tengah sebagai tempat mengaitkan tali jimbe.
"Setelah itu, baru dipasang bahan kulit sebagai areal utama alat musik ini, hampir semua jenis jimbe yang dibuat menggunakan jenis kulit kambing karena lebih kokoh dan kuat," kata dia. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Jimbe, suatu alat yang dimainkan dalam musik perkusi sangat diminati warga Tiongkok dan Australia," kata Made Sudarsa, seorang pengrajin alat musik "jimbe" di Kuta, Selasa.
Ia menjelaskan, dalam sebulan, pihaknya mengirim berbagai alat musik jimbe berbagai ukuran antara 100-150 buah memenuhi pesanan pemilik studio dan penjual alat musik di luar negeri.
"Pesanan bertambah apabila ada permintaan dari pasaran luar negeri yang memerlukan tambahan jimbe yang sebagian besar digunakan untuk pementasan musik berjenis `countre`," kata dia.
Ia menambahkan, pihaknya menjual jimbe berbagai ukuran, mulai dari diameter 28 centimeter sampai yang paling besar ukuran diameter sekitar 33 centimeter.
"Jimbe ukuran diameter 33 centimeter merupakan yang paling besar, tingginya dapat mencapai 63 centimeter dan merupakan produk yang paling laris," ujarnya.
Sudarsa menambahkan, dalam sehari, ia memproduksi berbagai jenis jimbe antara 20 sampai 30 buah, jika pesanan ramai dapat mencapai 40 buah.
Sedangkan, ia menambahkan, untuk harga satu jimbe, dipatok antara Rp350 ribu sampai Rp1 juta tergantung ukuran dan kualitas kayu yang dipakai. ""Jimbe dari kayu mahoni harganya lebih mahal, karena kualiasnya lebih bagus," kata dia.
Lebih lanjut, ia menjelaskan, membuat satu jenis jimbe ukuran kecil sampai besar memerlukan waktu pengerjaan antara empat sampai tujuh hari.
Hal pertama yang harus dilakukan adalah membuat badan jimbe dari kayu mahoni atau nangka, selanjutnya, badan jimbe yang sudah jadi diberi cat dan pelapis tambahan agar kuat dan memiliki corak seni.
Setelah badan jimbe terbentuk, dilanjutkan dengan memberikan besi bentuk melingkar di bagian atas dan tengah sebagai tempat mengaitkan tali jimbe.
"Setelah itu, baru dipasang bahan kulit sebagai areal utama alat musik ini, hampir semua jenis jimbe yang dibuat menggunakan jenis kulit kambing karena lebih kokoh dan kuat," kata dia. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015