Jakarta (Antara Bali) - Pemerintah Indonesia berencana mengundang investor asal Prancis untuk menjajaki kerja sama dalam realisasi proyek kereta cepat (high-speed railways) yang akan menghubungkan Jakarta-Bandung.

"Bahkan, ada (negara) yang mau diundang. Bisa saja Prancis. Ini akan terbuka buat semua peminat," kata Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Andrinof A. Chaniago setelah bersilaturahmi dengan para ekonom di Jakarta, Selasa (14/7) malam.

Selain "Shinkansen" milik Jepang, kata dia, Prancis memang memiliki moda kereta cepat bernama Train à Grande Vitesse (TGV) yang menghubungkan ibu kota Paris dengan kota-kota lainnya, dan juga kota di negara-negara tetangga, seperti Belgia, Jerman, dan Swiss.

Pada prinsipnya, kata Andrinof, pemerintah membuka kesempatan seluas-luasnya bagi para investor yang ingin bekerja sama untuk membangun moda transportasi untuk kalangan menengah atas.

Jika masing-masing investor telah melakukan studi kelayakan, pemerintah akan melakukan kontestasi terhadap kajian para investor untuk menentukan siapa mitra dalam pengerjaan proyek ini.

Hingga saat ini, Jepang dan Tiongkok sudah menunjukkan minat serius kepada pemerintah untuk menggarap proyek ini. Jepang, bahkan sudah merampungkan studi kelayakan tahap pertama, dan memperkirakan total kebutuhan investasi proyek ini senilai Rp60 triliun.

Sementara itu, investor Tiongkok segera merampungkan studi kelayakan untuk proyek itu.

Untuk mengkaji hasil studi kelayakan para ivestor, kata Andrinof, pemerintah juga akan membentuk tim khusus.

Andrinof masih enggan menjelaskan perihal waktu pelaksanaan kerja sama dengan Prancis. Namun, dia mengatakan bahwa undangan kepada investor Prancis bisa saja dilakukan dalam waktu dekat.

Mengenai pendekatan yang sedang dilakukan Tiongkok dan Jepang, Andrinof menyebutkan masing-masing negara memberi tawaran kerja sama yang cukup kompetitif.

Dalam hal pendanaan, kata dia, masing-masing negara menawarkan bunga pinjaman dan masa pengembalian yang tidak jauh berbeda.

"Nanti ada kelebihan yang akan kita lihat, misalnya masalah konsesi lahan yang diminta," ujar dia.

Proyek kereta cepat itu, berdasarkan kajian investor Jepang, bisa memangkas waktu tempuh Jakarta-Bandung, dari 2--3 jam menjadi 34 menit. Investor Jepang berencana melakukan studi kelayakan dalam tiga tahap dengan total biaya studi sebesar 15 miliar dolar AS.

Dalam rapat di Istana Kepresidenan, 13 Juli lalu, Menteri Perhubungan Ignasius Jonan mengatakan bahwa pemerintah juga masih mengkaji mengenai trase dan titik awal dan titik akhir proyek kereta cepat itu. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Indra Arief Pribadi

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015