Tabanan (Antara Bali) - Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Balanusa di Kabupaten Tabanan, Bali, merekrut sebanyak 40 relawan tanggap bencana untuk ikut ambil bagian dalam penanggulangan bencana alam yang terjadi secara tidak terduga.
Ketua LSM Balanusa Tabanan I Putu Eka Putra Nurcahyadi di Tabanan, Sabtu, mengatakan mereka berasal dari organisasi muda-mudi di sejumlah desa di masing-masing kecamatan yang mempunyai kepedulian terhadap musibah bencana alam.
Hal itu didasarkan kenyataan, bencana alam menjadi peristiwa yang kerap terjadi seiring dinamika iklim yang begitu sulit untuk diprediksi, katanya.
Setiap daerah di Indonesia hampir tidak luput dari ancaman bencana alam, seperti halnya Kabupaten Tabanan dengan demografisnya yang komplit, mulai dari kawasan pesisir sampai pegunungan yang tentunya lengkap dengan ekosistemnya masing-masing.
Putra Nurcahyadi mengataan dengan menyadari besarnya potensi bencana tersebut, pihaknya untuk ikut ambil bagian dalam penanggulangannya.
Penanggulangan bencana di suatu wilayah tidak semata-mata bisa dibebankan kepada satu instansi pemerintahan, namun memerlukan dukungan dan peran serta semua komponen masyarakat.
Mengawali tugasnya ke-40 calon relawan mengikuti lokakarya bencana alam, sekaligus pelatihan yang akan berlangsung selama lima hari dengan instruktur Komando Pendidikan (Dodik) Rindam IX/Udayana.
Asisten II Sekretariat Daerah Kabupaten Tabanan I Wayan Miarsana memberikan apresiasi atas terbentuknya relawan tanggap bencana di daerah "gudang beras" Pulau Dewata.
Para relawan bencana tersebut akan sangat membantu pemerintah dalam penanggulangan bencana, sebab apapun program yang ditawarkan pemerintah harus mendapatkan partisipasi dari masyarakat.
"Tanpa peran serta masyarakat, apapun bentuk program pemerintah yang ditawarkan akan sulit terlaksana secara maksimal," ujar I Wayan Miarsana. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
Ketua LSM Balanusa Tabanan I Putu Eka Putra Nurcahyadi di Tabanan, Sabtu, mengatakan mereka berasal dari organisasi muda-mudi di sejumlah desa di masing-masing kecamatan yang mempunyai kepedulian terhadap musibah bencana alam.
Hal itu didasarkan kenyataan, bencana alam menjadi peristiwa yang kerap terjadi seiring dinamika iklim yang begitu sulit untuk diprediksi, katanya.
Setiap daerah di Indonesia hampir tidak luput dari ancaman bencana alam, seperti halnya Kabupaten Tabanan dengan demografisnya yang komplit, mulai dari kawasan pesisir sampai pegunungan yang tentunya lengkap dengan ekosistemnya masing-masing.
Putra Nurcahyadi mengataan dengan menyadari besarnya potensi bencana tersebut, pihaknya untuk ikut ambil bagian dalam penanggulangannya.
Penanggulangan bencana di suatu wilayah tidak semata-mata bisa dibebankan kepada satu instansi pemerintahan, namun memerlukan dukungan dan peran serta semua komponen masyarakat.
Mengawali tugasnya ke-40 calon relawan mengikuti lokakarya bencana alam, sekaligus pelatihan yang akan berlangsung selama lima hari dengan instruktur Komando Pendidikan (Dodik) Rindam IX/Udayana.
Asisten II Sekretariat Daerah Kabupaten Tabanan I Wayan Miarsana memberikan apresiasi atas terbentuknya relawan tanggap bencana di daerah "gudang beras" Pulau Dewata.
Para relawan bencana tersebut akan sangat membantu pemerintah dalam penanggulangan bencana, sebab apapun program yang ditawarkan pemerintah harus mendapatkan partisipasi dari masyarakat.
"Tanpa peran serta masyarakat, apapun bentuk program pemerintah yang ditawarkan akan sulit terlaksana secara maksimal," ujar I Wayan Miarsana. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015