Denpasar (Antara Bali) - Sebanyak sepuluh guru Sekolah Dasar Negeri (SDN) 12 Sanur, Bali mengantarkan kepulangan Angelin (8) ke Desa Tulung Rejo, Glemor, Banyuwangi, Jawa Timur, Selasa Sore, bersamaan iring-iringan ambulans Ikatan Keluarga Banyuwangi, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Denpasar.
"Kepulangan jenazah korban pembunuhan ini akan diikuti kurang lebih sepuluh orang guru," kata Kepala Sekolah Dasar Negeri 12 Sanur, Ketut Ruta, di Denpasar.
Ia mengatakan keinginan guru-guru sekolah setempat untuk menantar kepulangan Angeline ke peristirahat terakhirnya, dari hasil rapat pada Sabtu (13/6) lalu.
Namun, pihaknya tidak dapat mendampingi guru-guru yang mengantar kepulangan Angline karena ada undangan ke Jakarta.
Ketut Ruta menambahkan kasus pembunuhan terhadap anak didiknya itu, pihaknya mengharapkan wali murid dan masyarakat memperhatikan anaknya, seperti pendidikan, kesehatan dan lainnya karena anak merupakan aset bangsa.
"Sifat Angelin di sekolah pendiam, terlihat murung, jarang komunikasi, tidak interaktif," ujarnya.
Ia menambahkan akan terus melakukan koordinasi dengan orang tua murid agar kasus Angeline lainnya tidak terulang kembali.
Terkait pendaftaran Angeline di sekolah tersebut, lanjut dia, didaftarkan oleh Margriet Megawe. "Korban didaftarkan sekolah oleh Margriet Megawe sebagai ibu kandung. Namun, nama ayah Angelin tidak tertera," ujar Ketut Ruta. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Kepulangan jenazah korban pembunuhan ini akan diikuti kurang lebih sepuluh orang guru," kata Kepala Sekolah Dasar Negeri 12 Sanur, Ketut Ruta, di Denpasar.
Ia mengatakan keinginan guru-guru sekolah setempat untuk menantar kepulangan Angeline ke peristirahat terakhirnya, dari hasil rapat pada Sabtu (13/6) lalu.
Namun, pihaknya tidak dapat mendampingi guru-guru yang mengantar kepulangan Angline karena ada undangan ke Jakarta.
Ketut Ruta menambahkan kasus pembunuhan terhadap anak didiknya itu, pihaknya mengharapkan wali murid dan masyarakat memperhatikan anaknya, seperti pendidikan, kesehatan dan lainnya karena anak merupakan aset bangsa.
"Sifat Angelin di sekolah pendiam, terlihat murung, jarang komunikasi, tidak interaktif," ujarnya.
Ia menambahkan akan terus melakukan koordinasi dengan orang tua murid agar kasus Angeline lainnya tidak terulang kembali.
Terkait pendaftaran Angeline di sekolah tersebut, lanjut dia, didaftarkan oleh Margriet Megawe. "Korban didaftarkan sekolah oleh Margriet Megawe sebagai ibu kandung. Namun, nama ayah Angelin tidak tertera," ujar Ketut Ruta. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015