Denpasar (Antara Bali) - Sebanyak 18 orang meninggal akibat penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Bali dari total jumlah 5.249 kasus pada Januari hingga April 2015.

"Kasus kematian akibat DBD di Bali saat ini tergolong masih tinggi, dimana kematian akibat DBD Januari hingga April 2015 dua kali lipat dibandingkan bulan yang sama pada tahun sebelumnya," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dr Ketut Suarjaya, di Denpasar, Rabu.

Ia menuturkan pada periode yang sama tahun sebelumnya tercatat 3.970 kasus dengan angka kematian hanya 9 orang. Kasus meninggal akibat DBD pada umumnya terjadi karena terlambat mendapatkan penanganan. Selain itu, penderita yang datang ke fasilitas kesehatan sudah dalam kondisi Dengue Syok Sindrom (DSS).

Selain itu, penderita harus mendapatkan penanganan berupa istirahat yang cukup, pemberian vitamin dan obat penurun panas serta pemberian cairan yang cukup.

Kemudian, masyarakat harus berperan aktif di lingkungan masing-masing untuk memutus rantai nyamuk agar tidak bekembangbiak.  "Pemberantasan sarang nyamuk harus dilakukan serentak diseluruh kabupaten/kota atau lapisan masyarakat secara terus menerus minimal satu kali dalam seminggu," ujar Suarjaya di sela-sela konferensi pers terkait dengan peringatan Asean Dangue Day (ADD).

Untuk memutus perkembangbiakan nyamuk, kata dia, dapat dilakukan dengan 3M plus yakni menguras, menutup penanganan air serta memanfaatkan barang bekas.

Selain itu, upaya tersebut perlu membubuhkan abate ditempat penampungan air dan secara biologis dapat dengan pemberian ikan pemakan jentik. "Cara lainnya dapat dengan cara menggunakan obat nyamuk, kelambu, memasang kawat kasa dan lainnya untuk melindungi diri tidak tergigit nyamuk," katanya. (WDY)

Pewarta: Oleh I Made Surya

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015