Denpasar (Antara Bali) - Sejumlah sopir angkutan umum (angkot) yang mangkal di terminal angkutan Ubung, Denpasar, Bali menolak rencana pemerintah mengalihkan bahan bakar minyak (BBM) jenis premium ke pertalite, karena biaya opersional bertambah.
Nyoman Rai (50), salah seorang sopir angkot yang mangkal di terminal Ubung, Selasa mengaku, kurang setuju peralihan BBM tersebut karena harganya lebih mahah dari premium.
Ia mengatakan, pertalite jelas lebih mahal dari premium, sehingga biaya operasional meningkat, sedangkan penghasilan minim, karena masyarakat yang menggunakan angkutan umum sangat sedikit. "Masyarakat Kota Denpasar dan Bali pada umumnya lebih banyak menggunakan kendaraan pribadi, baik berupa sepeda motor maupun kendaraan," ujar Nyoman Rai.
Ia mengingatkan, kondisi sekarang dengan menggunakan BBM, pada sisi lain penumpang sepi sering kali mengalami kerugian, akibat biaya operasional lebih besar dari pendapatan yang diperoleh. Oleh sebab itu pemerintah perlu mempertimbangkan dan tidak buru-buru melakukan pengalihan bahan bakar minyak dari premium ke BBM jenis baru tersebut.
Jika harus ada peralihan, pihaknya berharap angkutan umum yang ongkosnya tidak seberapa besar mendapat perhatian pemerintah."Kami rakyat kecil mau gimana lagi, kalau harga naik ya naik. Tetapi kami berharap jikapun naik, semoga ada perhatian dari pemerintah kepada rakyat," ucap dia.
Kadek Bento (35) sopir lainnya mengharapkan agar tidak terjadi pengalihan bahan bakar minyak dari premium ke jenis baru. Menurutnya jika itu dilakukan akan membuat rakyat semakin susah, karena akan memicu terjadinya kenaikan harga barang-barang kebutuhan bahan pokok. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
Nyoman Rai (50), salah seorang sopir angkot yang mangkal di terminal Ubung, Selasa mengaku, kurang setuju peralihan BBM tersebut karena harganya lebih mahah dari premium.
Ia mengatakan, pertalite jelas lebih mahal dari premium, sehingga biaya operasional meningkat, sedangkan penghasilan minim, karena masyarakat yang menggunakan angkutan umum sangat sedikit. "Masyarakat Kota Denpasar dan Bali pada umumnya lebih banyak menggunakan kendaraan pribadi, baik berupa sepeda motor maupun kendaraan," ujar Nyoman Rai.
Ia mengingatkan, kondisi sekarang dengan menggunakan BBM, pada sisi lain penumpang sepi sering kali mengalami kerugian, akibat biaya operasional lebih besar dari pendapatan yang diperoleh. Oleh sebab itu pemerintah perlu mempertimbangkan dan tidak buru-buru melakukan pengalihan bahan bakar minyak dari premium ke BBM jenis baru tersebut.
Jika harus ada peralihan, pihaknya berharap angkutan umum yang ongkosnya tidak seberapa besar mendapat perhatian pemerintah."Kami rakyat kecil mau gimana lagi, kalau harga naik ya naik. Tetapi kami berharap jikapun naik, semoga ada perhatian dari pemerintah kepada rakyat," ucap dia.
Kadek Bento (35) sopir lainnya mengharapkan agar tidak terjadi pengalihan bahan bakar minyak dari premium ke jenis baru. Menurutnya jika itu dilakukan akan membuat rakyat semakin susah, karena akan memicu terjadinya kenaikan harga barang-barang kebutuhan bahan pokok. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015