Denpasar (Antara Bali) - Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Provinsi Bali menilai melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tidak menguntungkan perhotelan di Pulau Dewata.

"Jangan lupa bahwa di luar negeri banyak persoalan seperti di Eropa dan Rusia. Jadi sekalipun kurs (dolar) naik tidak menguntungkan kita (perhotelan)," kata Ketua PHRI Bali, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati di Denpasar, Rabu.

Menurut dia, melemahnya nilai tukar rupiah dan menguatnya mata uang dolar malah menguntungkan wisatawan mancanegara yang menukarkan uangnya ke rupiah menjadi lebih banyak.

Meski demikian, hal itu tidak serta merta memberikan dampak keuntungan bagi industri perhotelan di Pulau Dewata karena kondisi pariwisata saat ini yang justru melemah.

Hal itu, kata dia, disebabkan karena saat ini telah memasuki bulan rendah kunjungan wisatawan, persaingan ketat antarhotel di Pulau Dewata hingga rata-rata lama tinggal wisatawan yang tidak begitu panjang. "Tidak ada pengaruhnya sekalipun tamu meningkat kalau `length of stay` (lama tinggal) mengecil, tidak ada pengaruh malah cenderung menurunkan pendapatan kami (perhotelan)," ucap mantan Bupati Gianyar itu.

Menguatnya nilai mata uang dolar, kata dia, juga mempengaruhi tingkat keinginan wisatawan untuk mengunjungi destinasi wisata yang lebih mahal dibandingkan Bali. Meski demikian, melemahnya nilai tukar rupiah yang sempat menyentuh level Rp13.000 per dolar AS, membuat wisatawan bisa memilih tinggal di hotel yang lebih mahal dengan pengeluaran yang sedikit. (WDY)

Pewarta: Oleh Dewa Wiguna

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015