Upaya penegakan hukum bidang perikanan, khususnya pencurian ikan, memberikan pengaruh positif terhadap pengembangan subsektor perikanan dalam pembentukan nilai tukar petani (NTP) di Provinsi Bali.

Subsektor perikanan yang menjadi primadona pemerintah pusat, khususnya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), dalam menegakkan hukum bagi pencurian ikan memberikan dampak yang signifikan.

Dampak yang mulai dirasakan di Pulau Dewata, yakni meningkatkan peran subsektor perikanan dalam pembentukan nilai tukar petani (NTP) sebesar 1,30 persen pada bulan Februari 2015 serta indeks harga yang diterima oleh nelayan (lt) bertambah 0,52 persen, kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Panusunan Siregar.

Pada sisi lain indeks harga yang dibayar (lb) menurun sebesar 0,77 persen sehingga pendapatan nelayan mengalami kenaikan, khususnya harga-harga pada kelompok komoditas perikanan tangkap sebesar 0,76 persen dan budi daya 0,08 persen.

Komoditas perikanan tangkap yang mengalami penaikan harga, antara lain ikan lemuru dan tuna serta perikanan budi daya meliputi ikan nila, patin, dan gurami.

Kondisi itu secara tidak langsung memberikan dampak positif pada produksi tepung ikan di sentra pengembangan perikanan Kabupaten Jembrana, Bali barat. Tepung ikan yang diproduksi pengusaha lokal kini mampu bersaing di pasaran mancanegara.

Menurut Ali Hendarto, pemilik UD Samudra Kencana di Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, dalam beberapa tahun belakangan ini telah melayani pembeli dari Jepang.

Bahkan, sebanyak 60 persen produksi tepung ikan dikapalkan ke Negeri Matahari Terbit dan 40 persen sisanya memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Pengusaha yang juga memproduksi minyak ikan itu menekankan bahwa produk mata dagangan untuk bisa menembus pasaran ekspor harus memenuhi standar yang diinginkan konsumen.

Dengan kualitas yang bagus, termasuk menggunakan bahan baku yang bermutu, kerja sama yang dijalin selama ini dapat dipertahankan secara berkesinambungan.

Bahan baku pembuatan tepung ikan berupa tulang ikan tuna yang didatangkan dari sekitar Pelabuhan Benoa, Denpasar, dicampur dengan ikan lainnya, selanjutnya diolah menjadi halus.

"Di Jepang, tepung ikan berbahan baku tersebut diolah menjadi pupuk sehingga volume pengiriman ke sana bergantung pada masa tanam di negara tersebut. Kalau pada masa tanam, saya bisa mengirim empat sampai lima kontainer dengan isi masing-masing sekitar 20 ton," kata Ali Hendarto.

Memproduksi tepung ikan untuk pupuk tersebut berbeda dengan tepung ikan untuk kebutuhan dalam negeri yang rata-rata dipakai bahan pakan ternak.

Untuk pakan ternak, kata dia, kandungan paling dominan dalam tepung ikan adalah protein, sedangkan untuk pupuk justru kadar protein harus rendah.

Saat musim ikan, pasaran tepung di dalam negeri juga susah. Selain berebutan masuk ke pabrik pakan ternak, harganya juga anjlok. Peluang itulah dimanfaatkan dengan baik untuk memproduksi tepung ikan yang mampu memberikan penghasilan relatif cukup lumayan.

Masih Fokus

Ali Hendarto yang fokus mengembangkan usaha bisnis tepung ikan mengaku masih fokus menggarap pasar Jepang meskipun pemasaran ke negara lainnya sangat potensial.

Konsumen di Negeri Matahari Terbit itu masih memerlukan pelayanan karena secara berkesinambungan mereka telah memesan tepung ikan. Kerja sama yang terjalin selama ini, menurut dia, relatif cukup baik.

Peluang ekspor ke negara lain terbuka lebar. Namun, belum bisa dimanfaatkan, mengingat produksi yang masih terbatas akibat modal yang dimiliki belum begitu besar.

Pemilik PT Hoswana Buana Tunggal, yang juga bergerak bidang produksi tepung ikan, memang berkeinginan memperluas pasaran ekspor yang akan dilakukan secara bertahap sesuai dengan modal yang dimiliki.

Desa Pengambengan tempat mengembangkan usahanya memang merupakan kawasan inti minapolitan di Kabupaten Jembrana dibanjiri ikan sehingga tidak pernah mengalami kesulitan bahan baku memproduksi tepung ikan.

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali mencatat ekspor hasil perikanan dari Bali mencapai 113,068 juta dolar AS selama 2014, atau menurun tipis 1,51 persen dari tahun sebelumnya yang tercatat 114,800 juta dolar AS.

Sektor perikanan itu mampu memberikan kontribusi sebesar 22,44 persen dari total ekspor daerah Bali yang mencapai 503,82 juta dolar AS. Namun, total ekspor Bali pada tahun 2014 meningkat 3,65 persen dari tahun sebelumnya yang tercatat 486,06 juta dolar AS.

Kontribusi terbesar perolehan devisa tersebut berasal dari ikan tuna dalam bentuk segar dan beku yang mencapai 78,49 juta dolar AS hasil pengapalan 26.166,7 ton, menyusul ikan jenis lainnya Rp14,49 juta dolar AS.

Selain itu, sumbangan dari ekspor ikan kerapu 10,007 juta dolar AS hasil pengiriman 1.158,8 ton, ikan kakap 4,06 juta dolar AS, ekspor ikan hias hidup 3,25 juta dolar AS dan lobster 2,55 juta dolar AS.

Ekspor ikan dan udang dari Bali itu paling banyak tujuan Jepang yang mencapai 30,76 persen dari total pengapalan mata dagangan hasil perikanan dan kelautan, menyusul Amerika Serikat menyerap 19,60 persen, Taiwan 12,66 persen, dan Singapura 8,46 persen.

Selain itu, juga menembus pasaran Singapura 8,46 persen, Australia 1,33 persen, Hong Kong 5,10 persen, Tiongkok 3,53 persen, Belanda 7,64 persen, Prancis 0,30 persen, dan Thailand 0,79 persen.

Sisanya 9,84 persen menembus sejumlah negara lainnya. Hasil perikanan, khususnya ikan tuna dan udang, dari Bali mampu bersaing di pasaran luar negeri.

Pada tahun 2015, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali Made Gunaja mengatakan bahwa pihaknya mempunyai sasaran untuk meningkatkan produksi perikanan tangkap di perairan Pulau Dewata itu, minimal 2 persen untuk semua jenis ikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Pihaknya sengaja memasang target yang peningkatannya tidak terlalu ekstrem meskipun tahun lalu produksi meningkat sebesar 14 persen. Produksi perikanan tangkap pada tahun 2014 mencapai 118.241 ton, jika dibandingkan produksi pada 2013 sebesar 103.591 ton.

Perikanan tangkap tersebut tidak hanya untuk hasil tangkapan di laut, tetapi juga di perairan umum, seperti waduk, danau, sungai, dan rawa-rawa.

Namun, mayoritas produksi perikanan tangkap disumbangkan oleh penangkapan di laut yang mencapai 116.909 ton. Hasil tangkapan di laut Bali terbanyak adalah jenis ikan tuna yang mencapai 25.277 ton selama 2014 atau meningkat 8,4 persen dari hasil tangkapan pada tahun sebelumnya sebanyak 23.319 ton.

Selain itu, kata Made Gunaja, juga ada jenis ikan tongkol dan cakalang yang produksinya mencapai 59.276 ton, atau meningkat 22 persen dari hasil tangkapan pada tahun sebelumnya sebanyak 58.400 ton. (WDY)

Pewarta: Oleh I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015