Negara (Antara Bali) - Produksi tepung ikan dari Kabupaten Jembrana mampu bersaing di pasaran internasional, lewat ekspor pengusaha lokal.
"Sudah beberapa tahun belakangan saya melayani pembeli dari Jepang. Bahkan sekarang, sebagian besar hasil produksi tepung ikan perusahaan saya diekspor ke negara tersebut," kata H. Ali Hendarto, pemilik UD Samudra Kencana, di Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, Selasa.
Menurutnya, sekitar 60 persen hasil produksinya diekspor ke Jepang, sementara sisanya untuk pasaran lokal di Indonesia.
Pengusaha yang fokus pada produksi tepung dan minyak ikan ini mengatakan, berhubungan dengan pembeli internasional, yang paling penting adalah memenuhi standar yang mereka inginkan.
Ia mengaku, hubungannya dengan langganan di Jepang lancar, karena pihaknya menjaga kualitas termasuk bahan baku yang digunakan.
Untuk produksi tepung ikan pesanan dari Jepang tersebut, ia mengatakan, menggunakan bahan baku tulang ikan tuna yang didatangkan dari wilayah Benoa, Denpasar.
"Di Jepang, tepung ikan berbahan baku tersebut diolah menjadi pupuk, sehingga volume pengiriman kesana tergantung masa tanam di negara tersebut. Kalau saat masa tanam, saya bisa mengirim empat sampai lima kontainer, dengan isi masing-masing sekitar 20 ton," ujarnya.
Menurutnya, memproduksi tepung ikan untuk pupuk tersebut, berbeda dengan tepung ikan untuk kebutuhan dalam negeri yang rata-rata dipakai bahan pakan ternak.
Untuk pakan ternak, katanya, kandungan paling dominan dalam tepung ikan adalah protein, sementara untuk pupuk justru kadar protein harus rendah.
"Saat musim ikan, pasaran tepung di dalam negeri juga susah. Selain berebutan masuk ke pabrik pakan ternak, harganya juga anjlok," katanya.
Disinggung peluang untuk membuka jaringan penjualan tepung ikan ke negara selain Jepang, ia mengaku, dirinya fokus dulu untuk memenuhi pesanan di negara tersebut, apalagi sudah memiliki pelanggan yang bisa saling percaya.
"Selain itu modal saya juga baru cukup untuk ekspor ke Jepang saja saat ini. Setiap negara tentu punya standar sendiri, sementara untuk mengurus administrasi dan lain-lain kan perlu biaya," ujarnya.
Sementara pemilik PT Hoswana Buana Tunggal (HBT) Hendra, yang juga bergerak di bidang produksi tepung ikan, saat dihubungi untuk diwawancarai mengaku sakit.
Namun beberapa waktu lalu ia mengatakan, pihaknya juga mengincar pasaran luar negeri, khususnya saat Desa Pengambengan yang merupakan kawasan inti minapolitan di Kabupaten Jembrana banjir ikan.
"Dengan membuka pasaran di luar negeri, produksi saya yang cukup besar bisa tertampung. Kalau hanya mengandalkan dalam negeri saja susah, apalagi saat hasi tangkap laut melimpah," katanya.(GBI)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Sudah beberapa tahun belakangan saya melayani pembeli dari Jepang. Bahkan sekarang, sebagian besar hasil produksi tepung ikan perusahaan saya diekspor ke negara tersebut," kata H. Ali Hendarto, pemilik UD Samudra Kencana, di Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, Selasa.
Menurutnya, sekitar 60 persen hasil produksinya diekspor ke Jepang, sementara sisanya untuk pasaran lokal di Indonesia.
Pengusaha yang fokus pada produksi tepung dan minyak ikan ini mengatakan, berhubungan dengan pembeli internasional, yang paling penting adalah memenuhi standar yang mereka inginkan.
Ia mengaku, hubungannya dengan langganan di Jepang lancar, karena pihaknya menjaga kualitas termasuk bahan baku yang digunakan.
Untuk produksi tepung ikan pesanan dari Jepang tersebut, ia mengatakan, menggunakan bahan baku tulang ikan tuna yang didatangkan dari wilayah Benoa, Denpasar.
"Di Jepang, tepung ikan berbahan baku tersebut diolah menjadi pupuk, sehingga volume pengiriman kesana tergantung masa tanam di negara tersebut. Kalau saat masa tanam, saya bisa mengirim empat sampai lima kontainer, dengan isi masing-masing sekitar 20 ton," ujarnya.
Menurutnya, memproduksi tepung ikan untuk pupuk tersebut, berbeda dengan tepung ikan untuk kebutuhan dalam negeri yang rata-rata dipakai bahan pakan ternak.
Untuk pakan ternak, katanya, kandungan paling dominan dalam tepung ikan adalah protein, sementara untuk pupuk justru kadar protein harus rendah.
"Saat musim ikan, pasaran tepung di dalam negeri juga susah. Selain berebutan masuk ke pabrik pakan ternak, harganya juga anjlok," katanya.
Disinggung peluang untuk membuka jaringan penjualan tepung ikan ke negara selain Jepang, ia mengaku, dirinya fokus dulu untuk memenuhi pesanan di negara tersebut, apalagi sudah memiliki pelanggan yang bisa saling percaya.
"Selain itu modal saya juga baru cukup untuk ekspor ke Jepang saja saat ini. Setiap negara tentu punya standar sendiri, sementara untuk mengurus administrasi dan lain-lain kan perlu biaya," ujarnya.
Sementara pemilik PT Hoswana Buana Tunggal (HBT) Hendra, yang juga bergerak di bidang produksi tepung ikan, saat dihubungi untuk diwawancarai mengaku sakit.
Namun beberapa waktu lalu ia mengatakan, pihaknya juga mengincar pasaran luar negeri, khususnya saat Desa Pengambengan yang merupakan kawasan inti minapolitan di Kabupaten Jembrana banjir ikan.
"Dengan membuka pasaran di luar negeri, produksi saya yang cukup besar bisa tertampung. Kalau hanya mengandalkan dalam negeri saja susah, apalagi saat hasi tangkap laut melimpah," katanya.(GBI)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015