Denpasar (Antara Bali) - Pengembangan usaha jasa pariwisata bahari di Pulau Serangan, Denpasar, Bali terkendala dermarga untuk memudahkan mobilitas kapal nelayan yang bertujuan mencari ikan dan mengantar wisatawan di wilayah perairan tersebut.
"Dermarga yang sudah ada sekarang tidak mencukupi karena wisatawan semakin ramai, sehingga masyarakat adat Desa Serangan bertekad membangun sendiri dermaga baru," ujar Wayan Darna, tokoh masyarakat adat Desa Serangan di Pantai Melasti, Denpasar, Selasa.
Untuk dermaga di kawasan Desa Serangan baru ada satu yang panjangnya 20 meter yang menjorok ke laut kurang lebih sejauh 15 meter. Namun, jumlah dermaga tersebut belum memadai untuk dijadikan pelabuhan kecil yang bisa mengatasi hambatan mobilitas kapal kapal nelayan dan wisata.
Masyarakat nelayan Pulau Serangan masih tetap hidup dari mencari ikan, namun karena hasilnya dari melaut sangat kecil sekaligus juga berprofesi mengantar jemput wisatawan asing dan domestik yang berolahraga air, meski dengan bersusah payah karena memang terkendala dermarga.
Ia mengatakan rencananya tahun ini masyarakat adat (Desa Pakraman) Serangan, Denpasar, akan membuat dermaga tambahan yang lebih besar di kawasan itu yang panjangnya kurang lebih 40 meter dan menjorok ke laut sepanjang 30 meter. Dengan dibangun dermarga yang baru fasilitas transportasi yang diperlukan relatif mencukupi.
"Saat ini, yang menjadi kendala desa serangan untuk membangun dermaga karena minimnya pendanaan. Namun, pembangunan dermarga baru dan renovasi dermaga yang sudah ada harus segera dilakukan dan diperbesar," ujarnya.
Menurut dia, untuk pembangunan pelabuhan kecil tersebut, lanjutnya dia, rencananya dibangun di dua tempat terpisah masing masing untuk pelabuhan barang dan perikanan yang dananya dari "Desa Pakraman" juga dibantu oleh Dinas Kelautan dan Perikanan. Ia mengakui saat ini sudah ada retribusi pariwisata yang disetorkan kepada Pemerintah Kota, namun dikembalikan kembali kepada masyarakat setempat untuk mengelolanya.
"Untuk saat ini yang menjadi kendala masyarakat pesisir untuk memajukan pariwisata laut itu yakni masalah lahan dan dermaga saja," ujarnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Dermarga yang sudah ada sekarang tidak mencukupi karena wisatawan semakin ramai, sehingga masyarakat adat Desa Serangan bertekad membangun sendiri dermaga baru," ujar Wayan Darna, tokoh masyarakat adat Desa Serangan di Pantai Melasti, Denpasar, Selasa.
Untuk dermaga di kawasan Desa Serangan baru ada satu yang panjangnya 20 meter yang menjorok ke laut kurang lebih sejauh 15 meter. Namun, jumlah dermaga tersebut belum memadai untuk dijadikan pelabuhan kecil yang bisa mengatasi hambatan mobilitas kapal kapal nelayan dan wisata.
Masyarakat nelayan Pulau Serangan masih tetap hidup dari mencari ikan, namun karena hasilnya dari melaut sangat kecil sekaligus juga berprofesi mengantar jemput wisatawan asing dan domestik yang berolahraga air, meski dengan bersusah payah karena memang terkendala dermarga.
Ia mengatakan rencananya tahun ini masyarakat adat (Desa Pakraman) Serangan, Denpasar, akan membuat dermaga tambahan yang lebih besar di kawasan itu yang panjangnya kurang lebih 40 meter dan menjorok ke laut sepanjang 30 meter. Dengan dibangun dermarga yang baru fasilitas transportasi yang diperlukan relatif mencukupi.
"Saat ini, yang menjadi kendala desa serangan untuk membangun dermaga karena minimnya pendanaan. Namun, pembangunan dermarga baru dan renovasi dermaga yang sudah ada harus segera dilakukan dan diperbesar," ujarnya.
Menurut dia, untuk pembangunan pelabuhan kecil tersebut, lanjutnya dia, rencananya dibangun di dua tempat terpisah masing masing untuk pelabuhan barang dan perikanan yang dananya dari "Desa Pakraman" juga dibantu oleh Dinas Kelautan dan Perikanan. Ia mengakui saat ini sudah ada retribusi pariwisata yang disetorkan kepada Pemerintah Kota, namun dikembalikan kembali kepada masyarakat setempat untuk mengelolanya.
"Untuk saat ini yang menjadi kendala masyarakat pesisir untuk memajukan pariwisata laut itu yakni masalah lahan dan dermaga saja," ujarnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015