Denpasar (Antara Bali)-- Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali mencatat, perolehan devisa dari aneka barang kerajinan bernilai seni sentuhan tangan-tangan terampil perajin Pulau Dewata selama 2014 mencapai 220 juta dolar AS atau bertambah hingga sepuluh persen dari periode yang sama 2013 yang hanya 200 juta dolar.
"Kondisi ekonomi dunia belum pulih secara kondusif, namun hasil kerajinan Bali memiliki pangsa pasar tersendiri karena dinilai unik dan bertumpu pada kreasi manusia, sehingga sulit tersaingi oleh produk yang memanfaatkan teknologi bersekala ekonomi tinggi," kata Nyoman Sudiana, seorang eksportir asal Desa Mas Ubud, Kabupaten Gianyar, Jumat.
"Ini salah satu sebab kenapa aneka barang kerajinan Bali tetap laku ke pasar ekspor dengan menjamah sekitar seratus negara di dunia," kata dia sambil menggambarkan bahwa perajin perhiasan perak di Desa Celuk Gianyar misalnya, ada yang memiliki pelanggan dari Amerika Serikat secara turun temurun, mulai dari kakek, ayah dan sekarang anak mereka sendiri masih pembeli perhiasan dari Bali.
Perhiasan seperti kalung, giwang, gelang yang dibuat dengan muatan lokal, tampaknya memiliki karisma tersendiri, sehingga pelanggan-pelanggan lama tetap datang ke Bali membeli dan bahkan laku terjual kembali setiba di negerinya.
Amerika Serikat merupakan pasar ekspor tradisional Bali dan konsumen dari negeri Paman Sam ini adalah pembeli terbesar aneka kerajinan Pulau Dewata.
Amerika mengeluaekan devisa untuk membeli aneka barang kerajinan dan nonmigas Bali selama 2014 mencapai 114 juta dolar atau 21,30 persen dari seluruh devisa sebanyak 536 juta, menyusul dari Jepang 61,5 juta dolar dan negeri Sakura itu menempati urutan ketiga dengan 47,3 juta dolar.
"Saya masih sering mengapalkan aneka barang kerajinan hasil produksi masyarakat Bali ke Jepang," kata Nyoman, di samping juga kepada rekan bisnisnya di Italia, Australia, Korea Selatan dan Singapura.
Kondisi ini pula merupakan salah satu penyebab perolehan devisa nonmigas Bali 2014 mencapai 536 juta dolar AS, naik 1,4 persen jika dibandingkan periode yang sama 2013 yang tercatat 528 juta dolar AS. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Kondisi ekonomi dunia belum pulih secara kondusif, namun hasil kerajinan Bali memiliki pangsa pasar tersendiri karena dinilai unik dan bertumpu pada kreasi manusia, sehingga sulit tersaingi oleh produk yang memanfaatkan teknologi bersekala ekonomi tinggi," kata Nyoman Sudiana, seorang eksportir asal Desa Mas Ubud, Kabupaten Gianyar, Jumat.
"Ini salah satu sebab kenapa aneka barang kerajinan Bali tetap laku ke pasar ekspor dengan menjamah sekitar seratus negara di dunia," kata dia sambil menggambarkan bahwa perajin perhiasan perak di Desa Celuk Gianyar misalnya, ada yang memiliki pelanggan dari Amerika Serikat secara turun temurun, mulai dari kakek, ayah dan sekarang anak mereka sendiri masih pembeli perhiasan dari Bali.
Perhiasan seperti kalung, giwang, gelang yang dibuat dengan muatan lokal, tampaknya memiliki karisma tersendiri, sehingga pelanggan-pelanggan lama tetap datang ke Bali membeli dan bahkan laku terjual kembali setiba di negerinya.
Amerika Serikat merupakan pasar ekspor tradisional Bali dan konsumen dari negeri Paman Sam ini adalah pembeli terbesar aneka kerajinan Pulau Dewata.
Amerika mengeluaekan devisa untuk membeli aneka barang kerajinan dan nonmigas Bali selama 2014 mencapai 114 juta dolar atau 21,30 persen dari seluruh devisa sebanyak 536 juta, menyusul dari Jepang 61,5 juta dolar dan negeri Sakura itu menempati urutan ketiga dengan 47,3 juta dolar.
"Saya masih sering mengapalkan aneka barang kerajinan hasil produksi masyarakat Bali ke Jepang," kata Nyoman, di samping juga kepada rekan bisnisnya di Italia, Australia, Korea Selatan dan Singapura.
Kondisi ini pula merupakan salah satu penyebab perolehan devisa nonmigas Bali 2014 mencapai 536 juta dolar AS, naik 1,4 persen jika dibandingkan periode yang sama 2013 yang tercatat 528 juta dolar AS. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015