Jakarta (Antara Bali) - Difteri tidak hanya menyerang saluran
pernafasan, tetapi juga dapat menyebar hingga menyerang jantung dan
saraf penderita.
Penyakit menular yang disebabkan infeksi bakteri Corynebacterium diphtheriae ini memproduksi racun dan dapat menyebabkan komplikasi serius pada tubuh.
Tanda spesifik dan gejala difteri tergantung pada lokasi tubuh yang terinfeksi. Pada beberapa kasus, infeksi difteri menyerang kulit dan saluran pernafasan.
Jika menyerang saluran pernafasan, maka penderita akan mengalami demam, lesu, kelenjar getah benih di bagian depan leher membesar, jaringan lunak di bagian leher membengkak dan denyut jantung meningkat.
Sementara itu, jika menyerang kulit, penderita akan mengalami kondisi yang hampir sama seperti menderita penyakit kulit lainnya seperti eksim, meskipun dapat menghasilkan luka (borok).
Tak hanya itu, sejumlah membran mukosa lainnya juga dapat terinfeksi oleh difteri - termasuk konjungtiva pada mata dan saluran telinga luar.
Kemudian, pada beberapa kasus lainnya, racun difteri dapat merusak jaringan vital tubuh, seperti jantung dan saraf. Pada jantung, penyakit ini bisa menyebabkan miokarditis-- peradangan otot jantung-- dan bisa berkembang menjadi gagal jantung. Masalah jantung ini biasanya muncul 10-14 hari sejak tubuh terinfeksi bakteri.
Pada saraf, difteri menyebabkan neuritis atau peradangan yang mengakibatkan kerusakan saraf kranial dan perifer. Kondisi ini biasanya terjadi setelah penderita mengalami infeksi pernafasan yang berat.
Pencegahan difteri
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah infeksi difteri ialah melalui vaksinasi. Pusat pengendalian dan pencegahan penyakit Amerika Serikat (CDC) merekomendasikan vaksin DTaP (vaksin difteri sekaligus tetanus) pada anak sejak usia dua bulan hingga enam tahun. Demikian seperti dilansir Medical News Today. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
Penyakit menular yang disebabkan infeksi bakteri Corynebacterium diphtheriae ini memproduksi racun dan dapat menyebabkan komplikasi serius pada tubuh.
Tanda spesifik dan gejala difteri tergantung pada lokasi tubuh yang terinfeksi. Pada beberapa kasus, infeksi difteri menyerang kulit dan saluran pernafasan.
Jika menyerang saluran pernafasan, maka penderita akan mengalami demam, lesu, kelenjar getah benih di bagian depan leher membesar, jaringan lunak di bagian leher membengkak dan denyut jantung meningkat.
Sementara itu, jika menyerang kulit, penderita akan mengalami kondisi yang hampir sama seperti menderita penyakit kulit lainnya seperti eksim, meskipun dapat menghasilkan luka (borok).
Tak hanya itu, sejumlah membran mukosa lainnya juga dapat terinfeksi oleh difteri - termasuk konjungtiva pada mata dan saluran telinga luar.
Kemudian, pada beberapa kasus lainnya, racun difteri dapat merusak jaringan vital tubuh, seperti jantung dan saraf. Pada jantung, penyakit ini bisa menyebabkan miokarditis-- peradangan otot jantung-- dan bisa berkembang menjadi gagal jantung. Masalah jantung ini biasanya muncul 10-14 hari sejak tubuh terinfeksi bakteri.
Pada saraf, difteri menyebabkan neuritis atau peradangan yang mengakibatkan kerusakan saraf kranial dan perifer. Kondisi ini biasanya terjadi setelah penderita mengalami infeksi pernafasan yang berat.
Pencegahan difteri
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah infeksi difteri ialah melalui vaksinasi. Pusat pengendalian dan pencegahan penyakit Amerika Serikat (CDC) merekomendasikan vaksin DTaP (vaksin difteri sekaligus tetanus) pada anak sejak usia dua bulan hingga enam tahun. Demikian seperti dilansir Medical News Today. (WDY)
Penerjemah: Lia Wanadriani Santosa
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015