Denpasar (Antara Bali) - Harga kopi jenis arabika hasil perkebunan rakyat di tingkat petani di Bangli dan Badung, Bali, hingga awal Januari 2015 cukup stabil yaitu Rp53.000 per Kg, berarti tidak terpengaruh fluktuasi harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.

"Walau terjadi kenaikan maupun turun harga BBM bersubsidi sejak Oktober 2014 tidak terpengaruh harga hasil perkebunan rakyat itu, bahkan harga yang diterima petani tetap stabil," kata Made Muka, seorang petani Kopi asal Kintamani, Kabupaten Bangli, Senin.

Harga hasil perkebunan di daerah ini hendaknya tetap bagus guna membantu masyarakat pekebun untuk berproduksi dengan kualitas yang diinginkan konsumen mancanegara, sebab kopi Bali umumnya sudah memasuki pasar ekspor.

"Petani memproduksi buah kopi berkualitas sehingga harga pun terus merangkak dan hal itu membawa perbaikan kesejahteraan masyarakat di perdesaan," kata Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Bali I Dewa Made Buana Duwuran.

Naiknya perolehan harga hasil perkebunan rakyat itu berkat kopi arabika Kintamani, Kabupaten Bangli, mampu meraih sertifikat Indikasi Geografis (SIG) karena komoditas perkebunan itu berkualitas dengan berbagai kelebihan dan keunggulan.

Harga kopi arabika maupun robusta di daerah ini selama tahun 2014 memang terus mengalami kenaikan, termasuk hasil budi daya lainnya seperti kakao, vanili, mete dan tembakau yang semuanya sudah memasuki pasar ekspor.

Dewa Made Buana Duwuran menyebutkan, kakao hasil perkebunan rakyat Bali yang mulai memasuki pasar ekspor juga mengalami kenaikan dari Rp32.800/kg pada Januari 2014 menjadi Rp37.000/kg dalam minggu II Januari 2015.

Penambahan nilai jual tersebut cukup berarti bagi masyarakat pekebun di daerah perdesaan.

Vanili hasil petikan petani Bali yang sebagian besar dikapalkan untuk memenuhi permintaan konsumen di Amerika Serikat tersebut harga di tingkat petani cukup stabil bahkan belakangan ini mengalami kenaikan dari Rp25.000/kg menjadi Rp40.000 per kg (basah).

Sedangkan vanili kering yang sudah siap ekspor masih tetap Rp100.000/kg sepanjang tahun 2014. Bali baru memperdagangkan kopi, kakao dan vanili ke pasar antarbangsa dengan perolehan devisa cukup bagus.

Dewa Made Buana mengakui, kakao produksi petani daerah ini dalam jumlah terbatas--belasan ton per bulan--baru mulai memasuki pasar ekspor dengan tujuan utama konsumen Amerika Serikat, Australia dan Jerman. (WDY)

Pewarta: Oleh I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015