Denpasar (Antara Bali) - Pengamat dan pelaku seni budaya Bali, Kadek Suartaya, SS Kar, MSi menilai, sendratari karya Wayan Beratha pernah mendapat kepercayaan Pemprov Bali dalam Festival Ramayana nasional di Yogyakarta serta mencuat dalam Festival Internasional di Pandaan, Jawa Timur dan Bali.

"Dalam kedua peristiwa kesenian tingkat nasional dan internasional itu, sosok Wayan Beratha terus menerus menyempurnakan ciptaan sendratari hingga kini dikenal masyarakat luas di dalam dan luar negeri," kata Kadek Suartaya yang juga dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Minggu.

Ia mengatakan, produktivitas Wayan Beratha menggarap sendratari tetap menggelora hingga awal tahun 1980-an yang selanjutnya mewarnai penampilan setiap Pesta Kesenian Bali (PKB), aktivitas seni tahunan yang digagas almarhum Ida Bagus Mantra sejak tahun 1978.

Setelah penampilan Sendratari Ramayana gaya Bali yang sukses di Prambanan, Yogyakarta dan di Pandaan Jawa Timur itu, para siswa maupun guru Kokar dan mahasiswa/dosen Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI) yang kini berubah status menjadi ISI Denpasar sibuk melayani permintaan masyarakat Bali untuk menyajikan seni pertunjukan yang populer dengan sebutan balet.

Sendratari Ramayana Kokar dan ASTI banyak diminta pentas di seluruh Bali, juga sering mendapat pesanan pentas ke Jawa, Lombok, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.

Sebagai guru Kokar, Wayan Beratha sering memimpin pementasan para siswanya, baik di dalam maupun ke luar negeri.

Suartaya menambahkan, Wayan Beratha sebagai seorang seniman tari dan karawitan yang sudah dikenal sangat berpengalaman menciptakan sendratari. Pemkab Badung, Bali pada tahun 1977 menugaskannya menggarap sebuah sendratari untuk disuguhkan dalam Festival Sendratari se-Bali.

"Beratha memilih Nara Kesuma sebagai judul garapannya. Lakon yang mengisahkan masa muda Salya itu digarapnya dengan telaten dan penuh kesungguhan. Hasilnya, sendratari wakil Kabupaten Badung keluar sebagai juara pertama," ujar Suartaya.

Demikian pula tahun 1978 Gubernur Bali Prof Dr. Ida Bagus Mantra menggagas Pesta Kesenian Bali (PKB), sebuah panggung pertunjukkan yang dibangun pada tahun 1969 dan selesai tahun 1976 yang bernama Ardha Candra di Taman Budaya Denpasar dipersiapkan untuk pementasan skala besar, diantaranya sendratari kolosal Ramayana dan Mahabharata yang diproduksi Pemprov Bali.

I Wayan Beratha yang sudah dikenal sebagai pencipta sendratari yang tangguh ditunjuk untuk menggarap iringan sendratari dengan sumber lakon kedua epos besar India itu. Tahun 1979 ia berhasil menggarap Sendratari Ramayana dengan lakon Bala Kanda, Ayodya Kanda, dan Araniya Kanda.

Berikutnya, 1980, Wayan Beratha bersama para komposer Kokar Bali dan ASTI Denpasar, juga sukses menggarap iringan Sendratari Ramayana lakon Kiskenda Kanda, Yuda Kanda, Sundara Kanda, dan Utara Kanda.

Memasuki PKB III tahun 1981, I Wayan Beratha kembali memperoleh kepercayaan dari Pemprov Bali untuk menggarap iringan Sendratari Mahabharata yakni Sayembara Dewi Amba, Pandawa-Korawa Aguru, dan Goa Gala-gala.

Setahun kemudian, dalam PKB IV, I Wayan Beratha melanjutkan menggrap iringan Sendratari Mahabharata dengan lakon Sayembara Drupadi, Pendawa Bermain Dadu, dan Gugurnya Sang Kecaka.

Memasuki penyelenggaraan PKB V tahun 1983, penggarapan iringan Sendratari Mahabharata lakon-lakon berikutnya diserahkan kepada para komposer muda ISI Denpasar hingga sekarang, ujar Kadek Suartaya. (WDY)

Pewarta: Oleh I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015