Denpasar (Antara) - Aneka barang seni sentuhan pengrajin Bali dipasarkan hingga ke mancanegara sehingga turis asing yang datang berlibur ke Pulau Dewata jarang membeli barang berupa cindera mata di pedagang acung (pengasong).

"Tidak itu saja, di Bali pada setiap sudut juga bermunculan pasar oleh-oleh yang menjajakan barang kerajinan khas daerah ini, sehingga semakin menjauh turis asing dari pengasong," kata Ketut Suamba, seorang pedagang asongan saat dijumpai di pelataran Museum Bali di Denpasar, Selasa.

Tamu luar negeri yang berjalan-jalan di Pantai Kuta, Sanur maupun di objek wisata Kota Denpasar jarang mau membeli barang seni di pengasong, tutur pria setengah baya itu yang mengaku sudah menggeluti bisnis sebagai pengasong sejak belasan tahun silam

Ia menuturkan, sejak terjadinya Bom Bali 2002, kondisi pengasong semakin kurang menguntungkan, karena turis asing jarang mau membeli barang seni di jalanan dan sekarang ditambah lagi usaha investor membangun pasar swalayan khusus menjajakan barang cenderamata untuk turis.

Lain halnya tahun 1970-an, turis asing terutama asal Eropa paling gampang mengeluarkan dolar untuk membeli barang kerajinan terutama patung kayu, lukisan karya seni anak-anak muda Ubud, perhiasan dan kain tenunan khas Bali, kata pria berusia 45 tahun itu.

Ketut Subrata, seorang pramuwisata yang pernah menjadi pengasong barang seni di Pantai Kuta, sekitar tahun 1990-an membenarkan sekarang orang asing jarang membeli cindra mata ke pengasong tetapi ke toko-toko seni yang ada.

Pasar seni yang banyak ada di Bali dengan memperdagangkan aneka barang dengan harga standar ramai dikunjungi turis dalam dan luar negeri, karena para turis calon pembeli merasa aman dan nyaman, berbelanja di toko oleh-oleh khas Bali, kata Subrata.

Pengasong kini sudah berkurang, kata dia lagi, sambil menyebutkan bahwa tahun 1980-an banyak pengasong di Pantai Kuta mendapat teman orang asing, sekaligus memberikan modal sehingga ada pengasong kini menjadi pengusaha hotel.

Ada bekas pengasong di Bali kini mengelola Museum, rumah makan dan penginapan, kata pria setengah baya itu, dan ada pula mantan pengasong mengelola hotel di Tabanan dengan investasi dari orang Australia.

Berkurang pedagang acung yang selama ini dijuluki pengganggu kenyamanan turis, maka Bali yang dijuluki Pulau Surga oleh masyarakat internasional mampu menyuguhkan suasana hening, maka jumlah turis asing ke Bali bertambah banyak. (WDY)

Pewarta: Oleh I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015