Denpasar (Antara Bali) - Pengamat masalah pertanian Dr Gede Sedana menilai, pengembangan agribisnis padi dalam mewujudkan swasembada pangan dalam tiga tahun sesuai tekad Presiden Joko Widodo sangat diperlukan adanya integrasi yang kuat.
"Integrasi yang kuat itu menyangkut antarsubsistem agribisnis yang di hulu dan di hilir sehingga mampu mencapai swasembda pangan, bukan hanya beras," kata Dr Gede Sedana yang juga Dekan Fakultas Pertanian Universitas Dwijendra Denpasar, Kamis.
Ia mengatakan, sesuai tekad Presiden Joko Widodo, jika hanya mencapai swasembada beras yang menjadi sasaran utama, dikhawatirkan akan muncul masalah baru dalam bidang pemasaran, saat hasil pertanian itu melimpah ruah.
"Pengalaman selama ini di lapangan, saat petani mampu menghasilkan produksi padi yang tinggi, saat yang bersamaan mereka menerima harga produk yang relatif murah," ujar Gede Sedana, alumnus program pascasarjana Universitas Udayana.
Dengan demikian tingkat kesejahteraan petani tidak akan bergeser menuju tingkat yang lebih baik. Demikian pula penyediaan benih dan pupuk subsidi, sebagai bagian dari subsistem di hulu serta irigasi, subsistem peunjang yang memadai belum menjamin meningkatkan kesejahteraan petani.
Di awal masa pemerintahannya, Presiden RI Joko Widodo memprogramkan untuk meraih kembali swasembada pangan, yang dulu pernah dicapai pada masa kepemimpinan Presiden Suharto.
Bahkan, pemerintahan Jokowi-JK menargetkan akan mencapai swasembada pangan dalam waktu tiga tahun.
Untuk itu Dr Gede Sedana mengingatkan, harus diimbangi integrasi yang kuat di antara hulu dan hilir, bahkan sangat mutlak harus dilakukan.
Hal itu didasarkan atas subsistem hilir yang harus diperkuat untuk mengimbangi perbaikan di subsistem hulu yakni menyangkut subsistem pengolahan dan pemasaran produksi pertanian.
Hal itu menjadi sangat penting dilakukan untuk memberikan makna terhadap agribisnis yang dikembangkan secara secara terpadu dan selaras dengan semua subsitem yang
ada didalamnya.
Agribisnis sebagai kegiatan yang berhubungan dengan penanganan komoditas pertanian yang menjadi salah satu atau keseluruhan mata rantai produksi, pengolahan masukan dan keluaran produksi (agroindustri).
Selain itu juga menyangkut pemasaran masukan-keluaran pertanian dan kelembagaan penunjang kegiatan tersebut, ujar Dr Gede Sedana. (MFD)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Integrasi yang kuat itu menyangkut antarsubsistem agribisnis yang di hulu dan di hilir sehingga mampu mencapai swasembda pangan, bukan hanya beras," kata Dr Gede Sedana yang juga Dekan Fakultas Pertanian Universitas Dwijendra Denpasar, Kamis.
Ia mengatakan, sesuai tekad Presiden Joko Widodo, jika hanya mencapai swasembada beras yang menjadi sasaran utama, dikhawatirkan akan muncul masalah baru dalam bidang pemasaran, saat hasil pertanian itu melimpah ruah.
"Pengalaman selama ini di lapangan, saat petani mampu menghasilkan produksi padi yang tinggi, saat yang bersamaan mereka menerima harga produk yang relatif murah," ujar Gede Sedana, alumnus program pascasarjana Universitas Udayana.
Dengan demikian tingkat kesejahteraan petani tidak akan bergeser menuju tingkat yang lebih baik. Demikian pula penyediaan benih dan pupuk subsidi, sebagai bagian dari subsistem di hulu serta irigasi, subsistem peunjang yang memadai belum menjamin meningkatkan kesejahteraan petani.
Di awal masa pemerintahannya, Presiden RI Joko Widodo memprogramkan untuk meraih kembali swasembada pangan, yang dulu pernah dicapai pada masa kepemimpinan Presiden Suharto.
Bahkan, pemerintahan Jokowi-JK menargetkan akan mencapai swasembada pangan dalam waktu tiga tahun.
Untuk itu Dr Gede Sedana mengingatkan, harus diimbangi integrasi yang kuat di antara hulu dan hilir, bahkan sangat mutlak harus dilakukan.
Hal itu didasarkan atas subsistem hilir yang harus diperkuat untuk mengimbangi perbaikan di subsistem hulu yakni menyangkut subsistem pengolahan dan pemasaran produksi pertanian.
Hal itu menjadi sangat penting dilakukan untuk memberikan makna terhadap agribisnis yang dikembangkan secara secara terpadu dan selaras dengan semua subsitem yang
ada didalamnya.
Agribisnis sebagai kegiatan yang berhubungan dengan penanganan komoditas pertanian yang menjadi salah satu atau keseluruhan mata rantai produksi, pengolahan masukan dan keluaran produksi (agroindustri).
Selain itu juga menyangkut pemasaran masukan-keluaran pertanian dan kelembagaan penunjang kegiatan tersebut, ujar Dr Gede Sedana. (MFD)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015