Jakarta (Antara Bali) - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek
Indonesia (BEI), Senin dibuka melemah sebesar 36,17 poin atau 0,70
persen menjadi 5.124,26 dipicu oleh tertekannya mata uang rupiah
terhadap dolar AS, sementara indeks 45 saham unggulan (LQ45) melemah
8,94 poin (1,01 persen) ke level 879,07.
"Pergerakan bursa saham di BEI terkendala oleh depresiasi nilai tukar rupiah. Tekanan mata uang itu terjadi menyusul indikasi membaiknya ekonomi Amerika Serikat yang ditunjukkan dari kenaikan indikator penjualan ritel AS," kata Head of Research Valbury Asia Securities Alfiansyah di Jakarta, Senin.
Terpantau, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi bergerak melemah sebesar 117 poin menjadi Rp12.584 dibandingkan posisi sebelumnya Rp12.467 per dolar AS.
Alfiansyah menambahkan bahwa harga minyak mentah yang diprediksi masih akan bertahan di level rendah pasca Arab Saudi tidak bersedia memangkas output produksinya juga menjadi salah satu kekhawatiran pelaku pasar. Menurunnya harga minyak dunia itu akan memicu aksi jual yang kuat pada saham-saham energi dan beberapa tambang lainnya
"Tren penurunan harga minyak dan depresiasi mata uang terhadap dolar AS masih akan membebani bursa saham domestik pada pekan ini," katanya.
Analis PT Quant Kapital Investama, Kiswoyo Adi Joe menambahkan bahwa membaiknya ekonomi Amerika Serikat yang salah satunya ditunjukkan dari kenaikan jumlah pekerja dan indikator penjualan ritel AS dapat memicu terjadinya pelarian modal (capital outflow) dari Indonesia.
Kendati demikian, ia memprediksi bahwa pergerakan indeks BEI akan bergerak di kisaran terbatas di level 5.100-5.200 poin jingga akhir tahun ini. Hal itu dikarenakan sebagian pelaku pasar saham sudah mulai menahan transaksinya menjelang libur panjang akhir tahun.
Bursa regional, di antaranya indeks Bursa Hang Seng melemah 352, poin (1,51 persen) ke 22.897,67, indeks Nikkei turun 146,49 poin (0,84 persen) ke 17.225,09, dan Straits Times melemah 26,24 poin (0,79 persen) ke posisi 3.297,89.(WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Pergerakan bursa saham di BEI terkendala oleh depresiasi nilai tukar rupiah. Tekanan mata uang itu terjadi menyusul indikasi membaiknya ekonomi Amerika Serikat yang ditunjukkan dari kenaikan indikator penjualan ritel AS," kata Head of Research Valbury Asia Securities Alfiansyah di Jakarta, Senin.
Terpantau, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi bergerak melemah sebesar 117 poin menjadi Rp12.584 dibandingkan posisi sebelumnya Rp12.467 per dolar AS.
Alfiansyah menambahkan bahwa harga minyak mentah yang diprediksi masih akan bertahan di level rendah pasca Arab Saudi tidak bersedia memangkas output produksinya juga menjadi salah satu kekhawatiran pelaku pasar. Menurunnya harga minyak dunia itu akan memicu aksi jual yang kuat pada saham-saham energi dan beberapa tambang lainnya
"Tren penurunan harga minyak dan depresiasi mata uang terhadap dolar AS masih akan membebani bursa saham domestik pada pekan ini," katanya.
Analis PT Quant Kapital Investama, Kiswoyo Adi Joe menambahkan bahwa membaiknya ekonomi Amerika Serikat yang salah satunya ditunjukkan dari kenaikan jumlah pekerja dan indikator penjualan ritel AS dapat memicu terjadinya pelarian modal (capital outflow) dari Indonesia.
Kendati demikian, ia memprediksi bahwa pergerakan indeks BEI akan bergerak di kisaran terbatas di level 5.100-5.200 poin jingga akhir tahun ini. Hal itu dikarenakan sebagian pelaku pasar saham sudah mulai menahan transaksinya menjelang libur panjang akhir tahun.
Bursa regional, di antaranya indeks Bursa Hang Seng melemah 352, poin (1,51 persen) ke 22.897,67, indeks Nikkei turun 146,49 poin (0,84 persen) ke 17.225,09, dan Straits Times melemah 26,24 poin (0,79 persen) ke posisi 3.297,89.(WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014