Kabupaten Badung, adalah pusat pengembangan kepariwisataan di Bali, karena hotel-hotel berbindang, restoran dan fasilitas pendukung lainnya ada di wilayah yang PAD-nya terbesar di Pulau Dewata.

Meskipun hotel dan restoran berjejer di sepanjang kawasan Nusa Dua, Jimbaran, Kuta dan Legian, namun Kabupaten Badung itu masih memiliki hamparan lahan yang luas untuk mengembangkan sektor pertanian yakni di Badung Tengah (Mengwi) dan Badung utara (Petang).

Untuk itu, Pemerintah Kabupaten Badung, menargetkan 50 hektare lahan pengembangan perkebunan Asparagus di Desa Pelaga, Petang, Badung utara, mengingat permintaan dari hotel dan perusahaan terus meningkat, tutur Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Badung, I Ketut Karpiana.

Pengembangan jenis sayur mayur yang mempunyai nilai ekonomis tinggi itu kini telah menjangkau 46 hektare yang melibatkan delapan kelompok petani.

Petani yang mendapat pembinaan ahli pertanian dari Yayasan International Cooperation and Development Fund (ICDF), Taiwan hingga 2015 mampu menghasilkan asparagus untuk memenuhi kebutuhan hotel maupun konsumen di pasaran luar negeri.

Hingga akhir masa pendampingan dari tim ahli luar negeri itu sasaran pengembangan asparagus seluas 50 hektare di kawasan Plaga itu optimis dapat terlampaui.

Dalam sistem pengembangan asparagus tersebut menerapkan produk OVOP (one village one product) dengan komoditas unggulan sayur mayur kualitas terbaik sehingga mampu mengangkat pendapatan dan tingkat kesejahteraan petani.

Setiap petani yang mengembangkan asparagus seluas tujuh are (700 meter persegi) mampu menghasilkan Rp400.000 per hari atau sekitar Rp12 juta per bulan. Pendapatan tersebut sangat menjajikan dibanding dengan pegawai negeri sipil atau pegawai perusahaan suasta lainnya.
Su Tien Chi, ahli pertanian dari Yayasan International Cooperation and Development Fund (ICDF), Taiwan yang mendampingi petani asparagus itu menjelaskan, bahwa kawasan Petang atau Badung bagian utara cukup bagus untuk dikembangkan menjadi kawasan pertanian Asparagus karena suhu dan kondisi tanahnya yang baik.

Bahkan produksi aspragus Desa Plaga berdasarkan hasil penelitian dari Insitut Teknologi Bandung (ITB) masuk paling baik Asia. Hal itu menunjukkan potensi pertanian Asparagus di Kabupaten Badung cukup menjajikan baik dari segi kondisi lingkungan, maupun prospek penjualannya.

ICDF Taiwan berjanji untuk terus mendukung dan memberikan pendidikan kepada petani setempat dalam mengembangkan Asparagus, ujar Su Tien Chi.

Harga Rp35.000/kg

Asparagus merupakan salah satu jenis sayur mayur yang memiliki khasiat kesehatan yang tinggi. tidak salah kalau masyarakat yang mengerti kesehatan selalu mengkonsumsi aspragus, meskipun harganya relatif tinggi yakni mencapai kisaran Rp 35.000-Rp50.000/kg.

Pengembangan jenis sayur mayur itu mencapai 46 hektare, yang produksinya banyak diserap kalangan hotel dan pusat perbelanjaan, disamping ekspor.

Bahkan petani setempat telah menghimpun diri dalam wadah koperasi yang siap bermitra dan membina petani dalam mengembangkan asparagus.

Berdasarkan hasil perhitungan, petani yang mengembangkan asparagus secara intensif itu investasi yang ditanam sudah bisa kembali pada tahun pertama atau tahun kedua.

Dengan demikian selama enam tahun sisanya umur asparagus tinggal merawat sambil menikmati hasil yang lumayan besar, sehingga pengembangan asparagus itu sangat menjanjikan.

Petani bisa memanfaatkan modal dari koperasi dengan bunga ringan, atau kredit perbankan, karena setelah tanaman berumur enam bulan sudah bisa dipanen, sekaligus memulai mencicil hutang yang digunakan untuk investasi.

Semakin baik kualitas asparagus semakin mahal harganya," tutur I Made Artana, seorang petani asparagus. Proses budi daya dari bibit bijian hingga penyemaian membutuhkan waktu selama tiga bulan. Setelah itu bibit siap ditanam di tanah.

Selama enam bulan perawatan selanjutnya sudah mulai bisa dipanen, jika dihitung dalam setahun lahan seluas sepuluh are itu menghasilkan sedikit Rp30 juta sehingga investasi yang ditanam bisa kembali pada tahun pertama atau kedua.

Pengembangan asparagus itu seluruhnya menggunakan pupuk organik yang berimbang disamping persediaan air yang tidak begitu banyak untuk penyiraman.

Festival Asparagus

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Badung I Ketut Karpiana menambahkan, untuk mendorong semangat dan gairah petani mengembangkan asparagus pihaknya akan menggelar Festival Asparagus di Desa Pelaga, Petang selama dua hari, 5-6 Desember 2014.

Upaya tersebut untuk membantu pemasaran asparagus, mempertemukan antara pembeli dengan produsen, meningkatkan kunjungan wisatawan ke Badung utara sekaligus menyeimbangkan perekonomian di daerah itu.

Berbagai upaya dan terobosan itu dilakukan, mengingat pariwisata di Badung masih terfokus di Badung bagian selatan sehingga, sehingga masyarakat di Badung utara tidak kecipratan dolar yang dibelanjakan oleh wisatawan mancanegara.

Untuk itu Dinas Perindustrian dan Perdagangan Badung berinisiatif melakukan berbagai inovasi untuk meningkatkan perekonomian melalui pertanian dalam arti luas.

Festival digelar selama dua hari itu melibatkan delapan kelompok petani asparagus dengan menampilkan berbagai produksi pertanian dan hasil olahannya.

Setiap kelompok petani diberikan kesempatan untuk melakukan pengolahan perkebuannya menjadi makanan jadi dan siap hidang.

Menariknya dalam kesempatan itu, para pengunjung berkesempatan langsung melihat kawasan pertanian dan melihat dari dekat proses pengolahan makanan khas Bali yang halal dan diminati wisatawan yang berlibur ke Pulau Dewata.

Pelaku usaha dapat melakukan transaksi di lokasi festival, sekaligus menjalin kemitraan untuk pengembangan di masa mendatang.

Pertanian asparagus Plaga sangat menjanjikan bagi masyarakat, mengingat permintaan asparagus dari konsumen cukup besar dan harganyapun tinggi, sehingga petani sangat bergairah. (WDY)

Pewarta: Oleh Wira Suryantala dan Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014