Magelang (Antara Bali) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
menandatangani prasasti peresmian Batalyon Infanteri-10 Marinir di
Akademi Militer Magelang, Jawa Tengah, Jumat.
Dinas Penerangan Korps Marinir dalam keterangan resmi yang diterima Antara di Surabaya melaporkan peresmian Yonif-10 Mar itu merupakan rangkaian kegiatan Presiden meresmikan "Museum Paviliun 5" di Akmil Magelang.
Pada kesempatan itu, Presiden juga menandatangani prasasti peresmian Skuadron F16 yang berada di Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru, sedangkan Yonif-10 Marinir berkedudukan di Pulau Setoko, Batam.
"Pembangunan Yonif-10 Marinir merupakan langkah pemerintah untuk memperkuat TNI, jika TNI kuat maka negara akan kuat," kata Presiden sebelum menandatangani prasasti itu.
Sebelumnya, Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana TNI Dr. Marsetio menyampaikan paparan kesiapan Ksatrian Yonif-10 Marinir di hadapan Presiden.
"Pembentukan Batalyon Infanteri -10 Marinir yang bermarkas di Pulau Setoko, Batam, Provinsi Kepulauan Riau, merupakan Satuan Marinir yang berkekuatan Satu Batalyon Infanteri Marinir," kata KSAL.
Satu Batalyon Infanteri Marinir itu merupakan satuan yang diperkuat dengan dilengkapi Unit Combat Boat, Sea Raider, Tank Amfibi, dan peralatan canggih lainnya, sehingga akan mampu menjaga keamanan dan memperkuat pertahanan di wilayah tersebut.
Batalyon Infanteri-10 Marinir mempunyai semboyan "Satria Bhumi Yudha". Satria mempunyai makna prajurit laut yang gagah berani, lalu Bhumi artinya Tanah Air dan Yudha mempunyai arti perang.
"Jadi, Satria Bhumi Yudha memiliki makna prajurit laut yang gagah berani yang selalu siap sedia berperang di darat maupun di laut dengan tujuan untuk menjaga setiap jengkal Tanah Air," katanya.
Pedang Jenawi
Komandan Batalyon Infanteri-10 Marinir dijabat oleh Letkol Marinir Kresno Pratowo yang pernah berdinas di Detasemen Jalamangkara (Denjaka) dan juga pernah menjabat Komandan Yonif-4 Marinir di Cilandak, Jakarta Selatan.
Selain bersemboyankan Satria Bhumi Yudha, Yonif-10 Marinir juga memiliki bendera perang yang bergambar senjata tradisional masyarakat Kepulauan Riau yaitu "Pedang Jenawi" sebagai bentuk penghormatan terhadap budaya masyarakat Riau.
Pedang Jenawi adalah senjata berbentuk lurus panjang dan digunakan dengan dua belah tangan. Mata Pedang Jenawi terbuat dari besi kualitas baja, hulunya terbuat dari tembaga, panjang bisa mencapai satu meter.
Keunggulan Pedang Jenawi adalah bisa ditebaskan ke kiri dan ke kanan, selain itu juga dapat menjadi tombak yang diarahkan ke depan. Pedang Jenawi ini dipakai oleh para panglima perang kerajaan di Riau dalam pertempuran melawan Portugis dan Belanda tempo dulu.
Pedang Jenawi ini tidak sembarangan dipegang oleh para pejuang. Orang yang memegang harus handal dalam bersilat dan lebih-lebih adalah orang yang cukup zuhud dalam Islam. Karena itu langkahnya selalu dipandang oleh anak buahnya, bukan langkah sembarangan, tapi langkah yang meminta ridha Allah SWT, bahkan ia bersembahyang dua rakaat sebelum membawa Pedang Jenawi ke medan peperangan.
Yonif-10 Marinir berdiri di atas lahan seluas 37 hektare, dilengkapi sejumlah fasilitas yaitu markas batalyon, balai prajurit, helipad, mess perwira , mess bintara, mess tamtama, rumah dinas, garasi angkutan dan rantis, bangunan markas kompi, barak kompi, dapur, lapangan apel, fasilitas olah raga, balai pengobatan, lapangan tembak dan sarana ibadah.
Peletakan batu pertama pembangunan Markas Batalyon Infanteri-10 Marinir dilakukan oleh Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana TNI Dr. Marsetio pada 5 Juni 2013. Awalnya, Direktif Presiden kepada Komandan Korps Marinir Letnan Jenderal TNI (Mar) Muhammad Alfan Baharudin pada akhir Juni 2011 di Istana Negara.
Di Surabaya, Komandan Resimen Kavaleri-1 Marinir Kolonel Marinir Herkulanus Herry Sintarto memimpin apel khusus peringatan hari ulang tahun ke-53 Kavaleri Korps Marinir di Kesatrian Soepraptono Semarung, Ujung, Surabaya (17/10). (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
Dinas Penerangan Korps Marinir dalam keterangan resmi yang diterima Antara di Surabaya melaporkan peresmian Yonif-10 Mar itu merupakan rangkaian kegiatan Presiden meresmikan "Museum Paviliun 5" di Akmil Magelang.
Pada kesempatan itu, Presiden juga menandatangani prasasti peresmian Skuadron F16 yang berada di Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru, sedangkan Yonif-10 Marinir berkedudukan di Pulau Setoko, Batam.
"Pembangunan Yonif-10 Marinir merupakan langkah pemerintah untuk memperkuat TNI, jika TNI kuat maka negara akan kuat," kata Presiden sebelum menandatangani prasasti itu.
Sebelumnya, Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana TNI Dr. Marsetio menyampaikan paparan kesiapan Ksatrian Yonif-10 Marinir di hadapan Presiden.
"Pembentukan Batalyon Infanteri -10 Marinir yang bermarkas di Pulau Setoko, Batam, Provinsi Kepulauan Riau, merupakan Satuan Marinir yang berkekuatan Satu Batalyon Infanteri Marinir," kata KSAL.
Satu Batalyon Infanteri Marinir itu merupakan satuan yang diperkuat dengan dilengkapi Unit Combat Boat, Sea Raider, Tank Amfibi, dan peralatan canggih lainnya, sehingga akan mampu menjaga keamanan dan memperkuat pertahanan di wilayah tersebut.
Batalyon Infanteri-10 Marinir mempunyai semboyan "Satria Bhumi Yudha". Satria mempunyai makna prajurit laut yang gagah berani, lalu Bhumi artinya Tanah Air dan Yudha mempunyai arti perang.
"Jadi, Satria Bhumi Yudha memiliki makna prajurit laut yang gagah berani yang selalu siap sedia berperang di darat maupun di laut dengan tujuan untuk menjaga setiap jengkal Tanah Air," katanya.
Pedang Jenawi
Komandan Batalyon Infanteri-10 Marinir dijabat oleh Letkol Marinir Kresno Pratowo yang pernah berdinas di Detasemen Jalamangkara (Denjaka) dan juga pernah menjabat Komandan Yonif-4 Marinir di Cilandak, Jakarta Selatan.
Selain bersemboyankan Satria Bhumi Yudha, Yonif-10 Marinir juga memiliki bendera perang yang bergambar senjata tradisional masyarakat Kepulauan Riau yaitu "Pedang Jenawi" sebagai bentuk penghormatan terhadap budaya masyarakat Riau.
Pedang Jenawi adalah senjata berbentuk lurus panjang dan digunakan dengan dua belah tangan. Mata Pedang Jenawi terbuat dari besi kualitas baja, hulunya terbuat dari tembaga, panjang bisa mencapai satu meter.
Keunggulan Pedang Jenawi adalah bisa ditebaskan ke kiri dan ke kanan, selain itu juga dapat menjadi tombak yang diarahkan ke depan. Pedang Jenawi ini dipakai oleh para panglima perang kerajaan di Riau dalam pertempuran melawan Portugis dan Belanda tempo dulu.
Pedang Jenawi ini tidak sembarangan dipegang oleh para pejuang. Orang yang memegang harus handal dalam bersilat dan lebih-lebih adalah orang yang cukup zuhud dalam Islam. Karena itu langkahnya selalu dipandang oleh anak buahnya, bukan langkah sembarangan, tapi langkah yang meminta ridha Allah SWT, bahkan ia bersembahyang dua rakaat sebelum membawa Pedang Jenawi ke medan peperangan.
Yonif-10 Marinir berdiri di atas lahan seluas 37 hektare, dilengkapi sejumlah fasilitas yaitu markas batalyon, balai prajurit, helipad, mess perwira , mess bintara, mess tamtama, rumah dinas, garasi angkutan dan rantis, bangunan markas kompi, barak kompi, dapur, lapangan apel, fasilitas olah raga, balai pengobatan, lapangan tembak dan sarana ibadah.
Peletakan batu pertama pembangunan Markas Batalyon Infanteri-10 Marinir dilakukan oleh Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana TNI Dr. Marsetio pada 5 Juni 2013. Awalnya, Direktif Presiden kepada Komandan Korps Marinir Letnan Jenderal TNI (Mar) Muhammad Alfan Baharudin pada akhir Juni 2011 di Istana Negara.
Di Surabaya, Komandan Resimen Kavaleri-1 Marinir Kolonel Marinir Herkulanus Herry Sintarto memimpin apel khusus peringatan hari ulang tahun ke-53 Kavaleri Korps Marinir di Kesatrian Soepraptono Semarung, Ujung, Surabaya (17/10). (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014