Negara (Antara Bali) - Pasar baru di Kota Negara, Kabupaten Jembrana, Bali, masih sepi pembeli, sehingga pedagang enggan untuk berjualan di lokasi tersebut.
"Saat saya masih berjualan di Pasar Umum Negara, hasil yang diperoleh jauh lebih besar dibandingkan berjualan di sini," kata Putu Sunarini, salah seorang pedagang di Peken Ijogading, nama dari pasar baru tersebut, Selasa.
Pedagang yang berjualan canangsari, atau sarana persembahyangan Umat Hindu ini mengatakan, penghasilannya turun 50 persen dibandingkan saat masih berjualan di Pasar Umum Negara.
Menurutnya, pada hari-hari besar persembahyangan, ia bisa mendapatkan hasil kotor hingga Rp1 juta, dengan keuntungan Rp200 ribu.
"Kalau di sini hanya separuhnya dari itu, bahkan sering lebih kecil lagi. Tapi saya tetap berjualan, siapa tahu makin lama tambah ramai," ujarnya.
Sepinya pembeli di Peken Ijogading juga disampaikan Sonten, pedagang buah di lantai dua pasar tersebut.
Pedagang yang berjualan di Peken Ijogading, rata-rata pindahan dari pedagang yang berjualan di gang-gang Pasar Umum Negara.
Sunarini mengungkap, sepinya pembeli di pasar baru tersebut, juga dipengaruhi belum seluruhnya pedagang yang dipindah mau berjualan di lokasi tersebut.
Menurutnya, masih banyak pedagang yang kembali berjualan di gang Pasar Umum Negara, dengan alasan disana lebih ramai pembeli.
"Padahal kalau seluruh pedagang canangsari berjualan di sini, mau tidak mau pembeli yang butuh akan datang kesini. Karena mereka masih berjualan di Pasar Umum Negara, pembeli malas ke sini, karena kebutuhan lainnya di pasar tersebut juga lebih lengkap," katanya.
Agar Peken Ijogading ramai, ia berharap, Pemkab Jembrana tegas dengan melarang bahkan menindak, pedagang yang berjualan di gang Pasar Umum Negara.
Untuk mengelabuhi petugas dari Dinas Perindagkop Jembrana, yang melakukan kontrol ke pasar baru tersebut, pedagang yang nakal hanya menaruh barang dagangannya di los, sementara mereka tetap berjualan di Pasar Umum Negara.
Direktur Perusahaan Daerah (Perusda) Jembrana, I Wayan Wasa selaku pengelola Pasar Umum Negara mengakui, masih ada pedagang yang sudah dipindahkan ke Peken Ijogading kembali ke lokasi lama.
Ia mengatakan, pihaknya hampir setiap hari mengingatkan mereka untuk kembali berjualan di Peken Ijogading, namun esok harinya pedagang bersangkutan kembali lagi.
"Dibutuhkan waktu untuk menyadarkan mereka, agar berjualan di lokasi baru. Untuk pedagang di Pasar Umum Negara, kami bisa mengambil tindakan, namun terkait los maupun kios di pasar baru yang tidak mereka gunakan untuk berjualan, bukan wewenang kami," katanya.
Menurutnya, hingga saat ini pengelolaan Peken Ijogading, masih ditangani langsung Dinas Perindagkop, yang kemungkinan baru akan diserahkan ke pihak lain pada bulan desember.
Pantauan di Peken Ijogading pukul 14.00 wita, hanya suasana sepi baik dari jumlah pedagang maupun pembeli, yang sangat bertolak belakang dengan Pasar Umum Negara pada jam yang sama.
Di lantai satu, yang dikhususkan untuk pedagang canangsari, hanya tampak sekitar delapan pedagang, sementara di lantai dua di los buah hanya berisi dua pedagang.
"Kalau pagi ada pedagang lainnya, tapi memang tidak seluruhnya buka. Pedagang yang buka, rata-rata hanya berjualan setengah hari mulai pukul 07.00 wita," kata Sonten. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Saat saya masih berjualan di Pasar Umum Negara, hasil yang diperoleh jauh lebih besar dibandingkan berjualan di sini," kata Putu Sunarini, salah seorang pedagang di Peken Ijogading, nama dari pasar baru tersebut, Selasa.
Pedagang yang berjualan canangsari, atau sarana persembahyangan Umat Hindu ini mengatakan, penghasilannya turun 50 persen dibandingkan saat masih berjualan di Pasar Umum Negara.
Menurutnya, pada hari-hari besar persembahyangan, ia bisa mendapatkan hasil kotor hingga Rp1 juta, dengan keuntungan Rp200 ribu.
"Kalau di sini hanya separuhnya dari itu, bahkan sering lebih kecil lagi. Tapi saya tetap berjualan, siapa tahu makin lama tambah ramai," ujarnya.
Sepinya pembeli di Peken Ijogading juga disampaikan Sonten, pedagang buah di lantai dua pasar tersebut.
Pedagang yang berjualan di Peken Ijogading, rata-rata pindahan dari pedagang yang berjualan di gang-gang Pasar Umum Negara.
Sunarini mengungkap, sepinya pembeli di pasar baru tersebut, juga dipengaruhi belum seluruhnya pedagang yang dipindah mau berjualan di lokasi tersebut.
Menurutnya, masih banyak pedagang yang kembali berjualan di gang Pasar Umum Negara, dengan alasan disana lebih ramai pembeli.
"Padahal kalau seluruh pedagang canangsari berjualan di sini, mau tidak mau pembeli yang butuh akan datang kesini. Karena mereka masih berjualan di Pasar Umum Negara, pembeli malas ke sini, karena kebutuhan lainnya di pasar tersebut juga lebih lengkap," katanya.
Agar Peken Ijogading ramai, ia berharap, Pemkab Jembrana tegas dengan melarang bahkan menindak, pedagang yang berjualan di gang Pasar Umum Negara.
Untuk mengelabuhi petugas dari Dinas Perindagkop Jembrana, yang melakukan kontrol ke pasar baru tersebut, pedagang yang nakal hanya menaruh barang dagangannya di los, sementara mereka tetap berjualan di Pasar Umum Negara.
Direktur Perusahaan Daerah (Perusda) Jembrana, I Wayan Wasa selaku pengelola Pasar Umum Negara mengakui, masih ada pedagang yang sudah dipindahkan ke Peken Ijogading kembali ke lokasi lama.
Ia mengatakan, pihaknya hampir setiap hari mengingatkan mereka untuk kembali berjualan di Peken Ijogading, namun esok harinya pedagang bersangkutan kembali lagi.
"Dibutuhkan waktu untuk menyadarkan mereka, agar berjualan di lokasi baru. Untuk pedagang di Pasar Umum Negara, kami bisa mengambil tindakan, namun terkait los maupun kios di pasar baru yang tidak mereka gunakan untuk berjualan, bukan wewenang kami," katanya.
Menurutnya, hingga saat ini pengelolaan Peken Ijogading, masih ditangani langsung Dinas Perindagkop, yang kemungkinan baru akan diserahkan ke pihak lain pada bulan desember.
Pantauan di Peken Ijogading pukul 14.00 wita, hanya suasana sepi baik dari jumlah pedagang maupun pembeli, yang sangat bertolak belakang dengan Pasar Umum Negara pada jam yang sama.
Di lantai satu, yang dikhususkan untuk pedagang canangsari, hanya tampak sekitar delapan pedagang, sementara di lantai dua di los buah hanya berisi dua pedagang.
"Kalau pagi ada pedagang lainnya, tapi memang tidak seluruhnya buka. Pedagang yang buka, rata-rata hanya berjualan setengah hari mulai pukul 07.00 wita," kata Sonten. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014