New York (Antara Bali) - Kurs dolar AS sedikit melemah terhadap sebagian besar mata uang utama lainnya pada Rabu (Kamis pagi WIB), dan mundur terhadap yen Jepang di tengah meningkatnya ketegangan di Ukraina.

Permintaan pasar untuk aset-aset "safe haven" seperti yen meningkat karena laporan menunjukkan bahwa Rusia telah mengumpulkan sekitar 20.000 tentara di perbatasan timur Ukraina dalam beberapa hari terakhir, yang menimbulkan spekulasi kemungkinan invasi untuk menghentikan kemajuan pasukan Ukraina baru-baru ini melawan pemberontak pro-kemerdekaan.

Pada awal perdagangan, dolar mencapai tingkat tertinggi terhadap euro dalam sembilan bulan terakhir setelah data menunjukkan produk domestik bruto (PDB) Italia menyusut tak terduga 0,2 persen pada kuartal kedua tahun ini, namun secara bertahap kehilangan kenaikannya dalam mengikuti perdagangan.

Defisit perdagangan AS turun lebih besar dari yang diperkirakan 7,0 persen menjadi 41,5 miliar dolar AS pada Juni, tingkat terendah sejak Januari, kata Departemen Perdagangan, Rabu. Namun, data tersebut gagal mengangkat greenback (dolar AS).

Sementara itu, investor akan memperhatikan beberapa pertemuan bank sentral pada pekan ini. Bank Sentral Eropa (ECB) dan bank sentral Inggris, Bank of England (BoE), akan mengadakan pertemuan kebijakan moneter pada Kamis, dan bank sentral Jepang, Bank of Japan (BoJ), akan membahas kebijakan moneternya pada Jumat.

Pada akhir perdagangan di New York, euro naik menjadi 1,3377 dolar dari 1,3374 dolar pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris turun menjadi 1,6846 dolar dari 1,6876 dolar. Dolar Australia naik ke 0,9350 dolar dari 0,9300 dolar.

Dolar dibeli 102,05 yen Jepang, lebih rendah dari 102,55 yen pada sesi sebelumnya. Dolar turun menjadi 0,9079 franc Swiss dari 0,9093 franc Swiss, dan bergerak turun menjadi 1,0922 dolar Kanada dari 1,0965 dolar Kanada. Demikian laporan Xinhua.(WDY)

Pewarta:

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014