Tatkala lampu sorot menyinari panggung, nampak sekelompok wisatawan berkulit putih (bule) tampil berbinar mengenakan busana khas adat Bali. Yang wanita berkebaya, sementara pria mengenakan kemeja dan destar (udeng) di kepala.

Mereka yang tampil sontak itu, nyaris bersamaan memberikan salam "Penganjali" (tangan tercakup di dada), sambil menundukan kepala di hadapan penonton dan kemudian duduk tenang di balik instrumen gamelan masing-masing.

"Plak", bunyi kendang ditepak, sebagai kode persiapan diberikan oleh penabuh kendang yang tentu saja juga orang bule, kemudian diikuti secara serempak oleh seniman tabuh itu mengambil panggul (stik) dan siap memainkan instrumen gamelan Bali.

Begitu instrumen gamelan ditabuh, tak lama kemudian sekelompok penari wanita berkulit aneka baik putih, kuning dan ada pula yang berkulit hitam tampil di panggung, itulah grup Sekar Jaya, sekaa gamelan Bali yang menjadi unggulan di Amerika Serikat.

Grup kesenian Bali di AS yang dirintis oleh Rachel Cooper dan Michael Tenzer tahun 1979 atau 35 tahun yang silam sudah beberapa kali pentas di arena PKB, bahkan tercatat sebagai pelopor grup kesenian luar negeri ikut memeriahkan PKB tahun 1985.

Kini 60 seniman grup Sekar Jaya Amerika Serikat itu kembali ikut ambil bagian dalam memeriahkan Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-36 yang tengah berlangsung di Taman Budaya Denpasar.

"Seniman asing itu akan tampil di Gedung Kesiarnama Taman Budaya Denpasar, Senin pukul 20.00 wita (7/7)," tutur Rachel Cooper dan Michael Tenzer yang memimpin tim kesenian tersebut yang kini tengah mempersiapkan diri di perkampungan seniman Ubud, Kabupaten Gianyar.

Keikutsertakannya dalam PKB kali ini sekaligus untuk merayakan hari ulang tahun (HUT) nya yang ke-35. Mereka akan menampilkan sejumlah tari Bali, baik jenis tari klasik maupun tari kreasi baru diiringin alunan musik gong Kebyar, gamelan Angklung, gamelan Jegog dan gender Wayang.

Rombongan yang sudah tiba di Bali sejak seminggu yang lalu berada di Pulau Dewata selama dua minggu, hingga 16 Juli 2014.. Selama di Bali akan pentas di empat lokasi, selain di PKB juga pentas untuk melengkapi kegiatan ritual yang tengah digelar warga desa adat di daerah ini.

Pentas yang dilakukan secara iklas tanpa imbalan (Ngayah) itu dilakukan di sebuah pura di Desa Adat Tunjuk, Kabupaten Tabanan 12 Juli 2014, di Lapangan Umum Jagaraga Kabupaten Buleleng, Bali utara 14 Juli 2014 dan di sebuah pura Pengosekan Ubud, Kabupaten Gianyar 15 Juli 2014.

Grup kesenian Sekar Jaya dalam kiprahnya sejak tahun 1979 telah dikenal di panggung internasional atas keunggulan musikal, kemampuan menampilkan musik tradisional maupun jenis kontemporer.

Kesenian Bali melalui Gamelan Sekar Jaya telah menikmati perluasan ke mancanegara yang berkolaborasi dengan berbagai jenis kesenian dari berbagai negara di belahan dunia.

Dharma Kusuma

Gamelan Sekar Jaya, sebuah organaisasi kesenian dengan fokus kesenian Bali di Amerika Serikat dirintis tahun 1979 dengan tujuan mempelajari, melestarikan serta mengembangkan seni budaya Bali yang kini telah membuahkan hasil.

Oleh sebab itu Pemerintah Provinsi Bali tahun 1987 telah menganugrahkan Dharma Kusuma, penghargaan tertinggi dalam bidang seni kepada Sekaa Gamelan Sekar Jaya berkat dedikasi, pengabdian dan perannya dalam "menduniakan" tabuh dan tari Bali.

Grup Sekar Jaya yang bermarkas di San Fransisco, negara bagian California Aamerika Serikat memiliki ratusan anggota yang berasal dari berbagai latarbelakang profesi dan sedikitnya 25 seniman andal dari Bali pernah melatih dan mengajar di sana.

Mereka antara lain Prof Dr I Wayan Rai. S, Prof Dr Wayan Dibia dan sejumlah dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar ketika menyelesaikan pendidikan di sejumlah perguruan tinggi seni di AS.

Setiap tahun grup Sekar Jaya mengundang beberapa seniman Bali terkemuka untuk datang ke California sebagai "guest Artistic Director" yakni guru dan pelatih dibidang tabuh mupun tari Bali.

Pada awalnya hanya mempelajari satu jenis repertoire musik dan tarian Bali, yang berkaitan dengan gamelan gong kebyar, karena hanya gamelan itulah yang dimilikinya, namun sekarang mengkoleksi lima jenis yakni gamelan gong kebyar, angklung, joged, jegog dan gamelan gender wayang.

Selain itu sewaktu-waktu juga mengumpulkan alat-alat gamelan tertentu untuk jenis musik lain, seperti gamelan baleganjur, gender wayang batel atau wayang suling. Penabuh dan penari Sekar Jaya mempelajari kesenian Bali dengan cara yang sama seperti seniman di Bali sendiri yakni secara lisan di mana materi dituangkan langsung dari seorang guru, lalu pemainnya mengikuti apa saja yang dilihat dan didengar tanpa menggunakan notasi.

Yang berbeda dengan kebiasaan di Pulau Dewata adalah penempatan penabuh, karena dari satu tabuh sampai tabuh berikutnya si penabuh berganti tempat, tujuannya untuk lebih menghafalkan musik Bali dari banyak perspektif, sekaligus meningkatkan pengertian dan keterampilan masing-masing pemain.

Selama 35 tahun sejak pendiriannya, Grup Sekar Jaya telah mengadakan pertunjukkan di berbagai tempat bukan hanya di Amerika Serikat, tapi juga di negeri lain termasuk Kanada, Meksiko dan Indonesia.

Grup kesenian Sekar Jaya selain mempelajari materi yang sudah ada, juga senang menciptakan karya kreasi baru, namun tetap mencerminkan suasana di Bali, yakni mencari keseimbangan diantara yang lama dan yang baru.

Hingga kini telah menciptakan lebih dari 50 kreativitas baru baik dalam bentuk tari maupun instrumen gamelan. Michael Tenzer misalnya menciptakan empat kreasi baru untuk gamelan gong kebyar, yakni berjudul "Jaya Sakti" digarap bersama I Wayan Tembres dan Prof Wayan I Wayan Dibia.

Sementara Wayne Vitale menciptakan enam buah kreasi gong kebyar antara lain berjudul "Byomantara", "Kebyar Linuh", "Lelambatan ombak segara" dan "Tabuh" bersama I Made Arnawa,

Demikian juga Lars Jensen tampil dengan sebuah ciptaan baru untuk jenis gamelan angklung yang diberi judul "Dari Dunia Lain" dan beberapa lagu nyanyian yang memakai alat-alat gamelan. Carla Fabrizio misalnya mengolah dan menyusun musik dari grup terkenal "The Residents" dengan memakai alat-alat gamelan angklung.

Sedangkan bekas anggota "Evan Ziporyn" mengarang tiga buah kreasi baru yang menggunakan berbagai instrumen musik barat yaitu Kekembangan bersama I Nyoman Windha, juga dosen ISI Denpasar yang diberi judul "Aneh Tapi Nyata dan Tire Fire".

Grup Sekar Jaya juga bekerja sama dengan seniman Bali (kolaborasi) dalam proses penciptaan. Karya-karya besar yang tergolong kolaborasi antara lain berjudul "Siddhakarya" (bersama Larry Reed dan Shadow Light Theater Company) dan Drama tari Ramayana (bersama sebuah rombongn tarian India Selatan, The Abhinaya Dance Company).

Perkenalkan budaya Bali

Staf Ahli Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Kerja Sama Internasional Prof Dr I Wayan Rai.S yang juga mantan Rektor ISI Denpasar menjelaskan, "Go internationalnya" tari dan gamelan Bali di mancanegara tidak terlepas dari peran Grup Kesenian Sekar Jaya yang mempelajari dan mendalami seni budaya Bali.

Gamelan Sekar Jaya, AS yang dirintis oleh "tiga serangkai" yakni Rachel Cooper, I Wayan Suweca dan Michael Tenzer tahun 1979 berawal dari sebuah workshop gamelan Bali di Berkeley, dengan idealisme yang tinggi mempelajari gamelan dan seni budaya Bali.

Gamelan Sekar Jaya kini dalam usianya ke-35 tahun sangat dikenal secara meluas di dunia internasional. Grup yang bermarkas di kota San Fransisco, AS sejak 35 tahun yang silam memperkenalkan seni budaya Bali di dunia internasional lewat pementasan, workshop serta rekaman audio atau audio visual yang beredar ke seluruh jagat raya ini.

Prof Rai yang pernah mengajar dan melatih grup Sekar Jaya saat menyelesaikan program doktor di AS menjelaskan, grup Sekar Jaya secara terus menerus mempagelarkan seni tari dan tabuh Bali di mancanegara.

Dengan demikian gamelan dan tari Bali semakin berkembang di AS dan negara di belahan dunia lainnya, bahkan menjadi mata pelajaran utama di universitas, institut dan lembaga kesenian lainnya.

Selain AS, seni musik tradisional Bali juga berkembang di 26 negara lainnya termasuk Jepang. Di AS sendiri kini diperkirakan ada sekitar 200 set gamelan yang aktif digunakan untuk mendukung proses belajar mengajar serta pementasan, tutur Prof Rai. (WDY)

Pewarta: Oleh I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014