Sao Paulo (Antara Bali) - Bagi pelatih Swiss, Ottmar  Hitzfeld, kekalahan atas Argentina sehari setelah abangnya meninggal, terasa amat berat, tetapi ia merasa bangga karena nyaris mengalahkan tim favorit.

Angel Di Maria mencetak satu-satunya gol pada laga 16 besar itu di Sao Paulo dua menit menjelang akhir laga perpanjangan waktu, sebelum pemain Swiss Blerim Dzemaili menggebrak ke gawang Argentina tapi tendangannya membentur tiang gawang.

Pelatih Swiss berusia 65 tahun dan berbicara lembut itu mengatakan, kekalahan itu merupakan laga terakhir ia sebagai pelatih dan setelah itu akan bekerja sebagai komentator televisi di negaranya di Jerman.

"Saya ingin hidup tenang pada sisa usia saya," kata pelatih berwajah keras Hitzfeld dalam temu pers dan ia meminta wartawan tidak bertanya tentang saudara tuanya yang meninggal.

"Pekerjaan saya sebagai pelatih berakhir di sini. Saya bangga dengan karir saya. Saya amat beruntung menjadi pelatih tim hebat termasuk tim nasional Swiss," katanya.

"Ini merupakan penghargaan hebat bagi saya...dan saya bangga mengucapkan selamat tinggal kepada tim Swiss dan tentu saja dalam hati saya amat emosional dan sedih," katanya.

Hitzfeld mulai bergabung dengan tim nasional itu pada 2008 dan membimbing Swiss untuk pertama kali ke perempat final Piala Dunia sejak 1954, ketika mereka maju ke putaran delapan besar di negara sendiri. 

Kekalahan itu mengakhiri karir hebatnya di kancah sepak bola Eropa. 

Mantan pemain itu memenangi dua kejuaraan Swiss, tujuh kejuaraan Jerman dan tiga kompetisi Piala Eropa.

Ia juga memenangi kompetisi Liga Champions dua kali - bersama  Borussia Dortmund pada 1997 dan Bayern Munich pada 2001 - membuat dia menjadi salah satu pelatih yang meraih semua piala pada dua klub berbeda. (Reuters/ADT)

Pewarta:

Editor : I Nyoman Aditya T I


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014