Indonesia Kekurangan 1,3 Juta Kantong Darah per Tahun

Selasa, 24 Juni 2014 13:46 WIB

Jakarta (Antara Bali) - Indonesia masih kekurangan sekitar 1,3 juta kantong darah per tahun dengan tingkat kebutuhan mencapai 4,8 juta kantong dan baru terpenuhi 3,5 juta kantong darah.

"Kondisi saat ini, kebutuhan (darah) itu meningkat satu persen seluruh dunia, sementara ketersediaan turun satu persen. Ini akan terjadi diskrepensi. Efeknya adalah ada manusia di dunia yang tidak memiliki akses dan mati sia-sia," kata Staf Ahli Menteri Kesehatan Bidang Teknologi Kesehatan dan Globalisasi Prof Dr dr Agus Purwadianto, SH,M.Si,Sp.F(K) pada Seminar untuk memperingati Hari Donor Darah Sedunia di Jakarta, Selasa.

Ibu hamil dan melahirkan termasuk salah satu kelompok yang mengalami kerugian dari kekurangan kantong darah tersebut karena lebih dari sepertiga dari penyebab kematian ibu melahirkan adalah perdarahan.

Angka Kematian Ibu (AKI) juga masih cukup tinggi yaitu 359 per 100.000 kelahiran (SDKI 2012). Pada tahun yang sama data Ditjen Gizi dan KIA Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa penyebab kematian ibu melahirkan 35 persen adalah akibat perdarahan.

Permasalahan lain muncul karena ketersediaan darah saat ini tidak seluruhnya berasal dari donor sukarela melainkan di beberapa daerah juga didominasi oleh donor pengganti dari keluarga pasien.

"Ini masih harus ditumbuhkan kesadaran ke sana (menjadi donor sukarela). Kita ingin evaluasi semua regulasi dan insentif, kita inginkan pendonor sukarela diberi penghargaan," kata Agus.

Meski demikian, Agus juga menegaskan bahwa kebijakan memberikan transfusi juga harus ditinjau ulang agar dapat diberikan seperlunya, tidak berlebihan.

Sebelumnya, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyerukan negara anggotanya untuk memfokuskan Hari Donor Darah Sedunia 2014 pada ketersediaan kantong darah untuk membantu ibu melahirkan karena transfusi darah adalah salah satu kunci penyelamatan nyawa pada penanganan komplikasi terkait kehamilan.

"Pemerintah perlu memastikan tersedianya darah dan produk darah yang cukup dan aman dari berbagai kuman penyakit seperti HIV, hepatitis, syphilis dan malaria. Kita memerlukan lebih banyak sukarelawan yang mau mendonorkan darah serta memastikan keamanan darah selama transfusi," kata Direktur Regional WHO untuk kawasan Asia Tenggara Dr Khetrapal Singh beberapa waktu lalu.

Di dunia, diperkirakan 800 ibu meninggal setiap hari selama kehamilan, saat melahirkan dan sesaat setelah melahirkan dengan 99 persen di antaranya tinggal di negara berkembang. (WDY)

Pewarta: Oleh Arie Novarina

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014

Terkait

Angka Kematian Ibu di Buleleng Menurun

Kamis, 31 Agustus 2017 18:44

RSUD Wangaya Tekan Angka Kematian Ibu dan Anak

Jumat, 11 Agustus 2017 21:02

Angka Kematian Ibu Di Buleleng 14 Orang

Kamis, 24 Desember 2015 12:36

Angka Kematian Ibu Di Bali 29 Kasus

Jumat, 26 Juni 2015 21:42
Terpopuler