Denpasar (Antara Bali) - Sektor industri pengolahan di Provinsi Bali mengalami pertumbuhan 7,03 persen selama triwulan I/2014 meningkat dari triwulan yang sama tahun sebelumnya hanya tercatat 6,40 persen.
"Hampir seluruh komponen dalam subsektor industri mengalami pertumbuhan, di antaranya industri tekstil, barang kayu, dan industri makanan," kata Manajer Peneliti pada Kantor Perwakilan Bank Indonesia wilayah III/Bali-Nusa Tenggara Ignatius Adhi Nugroho, Jumat.
Dalam laporan kajian ekonomi regional Bali disebutkan bahwa jika ditinjau berdasarkan masing-masing komponennya, peningkatan pertumbuhan industri barang kayu, dan hasil hutan lainnya sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekspor kayu olahan.
Setelah mengalami kontraksi dalam satu setengah tahun terakhir, ekspor kayu olahan mampu tumbuh tinggi di triwulan I/2014, yakni dari kontraksi 0,42 persen menjadi tumbuh positif sebesar 43,03 persen dengan nilai nominal mencapai 19,48 juta dolar AS.
Ia menjelaskan bahwa tata kelola dan perdagangan sektor kehutanan dalam bentuk Perjanjian Kemitraan Indonesia dan Uni Eropa tentang Penegakan Hukum untuk menghentikan perdagangan kayu ilegal dan memastikan hanya kayu dan produk kayu yang telah diverifikasi legalitasnya yang boleh diimpor oleh Uni Eropa dari Indonesia.
Indonesia merupakan negara Asia pertama yang memiliki perjanjian dengan Uni Eropa dan hal itu memberikan keunggulan komparatif kayu dan produk kayu Indonesia, termasuk kerajinan kayu dari sektor usaha kecil dan menengah (UKM) untuk bersaing dengan produk negara lain di pasar Uni Eropa.
Ekspor aneka kerajinan berbahan baku kayu sendiri merupakan perdagangan antarbangsa terbesar ke dua di Bali setelah tekstil dan pada triwulan I 2014 pangsanya terhadap total ekspor luar negeri Bali sebesar 21,13 persen.
Sejalan dengan pertumbuhan ekspor kayu, nilai ekspor pakaian jadi juga mengalami peningkatan pada triwulan I/2014 yang mencapai 28,12 juta dolar AS jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 21,79 juta dolar AS.
Ia mengemukakan bahwa perolehan devisa dari produk tekstil dan produk tekstil (TPT) Bali mencapai 25,20 persen terhadap total ekspor nonmigas Bali di triwulan I- 2014, ini bisa dicapai berkat busana Bali dibuat dengan rancangan didesain secara unik dan menarik. (ADT)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Hampir seluruh komponen dalam subsektor industri mengalami pertumbuhan, di antaranya industri tekstil, barang kayu, dan industri makanan," kata Manajer Peneliti pada Kantor Perwakilan Bank Indonesia wilayah III/Bali-Nusa Tenggara Ignatius Adhi Nugroho, Jumat.
Dalam laporan kajian ekonomi regional Bali disebutkan bahwa jika ditinjau berdasarkan masing-masing komponennya, peningkatan pertumbuhan industri barang kayu, dan hasil hutan lainnya sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekspor kayu olahan.
Setelah mengalami kontraksi dalam satu setengah tahun terakhir, ekspor kayu olahan mampu tumbuh tinggi di triwulan I/2014, yakni dari kontraksi 0,42 persen menjadi tumbuh positif sebesar 43,03 persen dengan nilai nominal mencapai 19,48 juta dolar AS.
Ia menjelaskan bahwa tata kelola dan perdagangan sektor kehutanan dalam bentuk Perjanjian Kemitraan Indonesia dan Uni Eropa tentang Penegakan Hukum untuk menghentikan perdagangan kayu ilegal dan memastikan hanya kayu dan produk kayu yang telah diverifikasi legalitasnya yang boleh diimpor oleh Uni Eropa dari Indonesia.
Indonesia merupakan negara Asia pertama yang memiliki perjanjian dengan Uni Eropa dan hal itu memberikan keunggulan komparatif kayu dan produk kayu Indonesia, termasuk kerajinan kayu dari sektor usaha kecil dan menengah (UKM) untuk bersaing dengan produk negara lain di pasar Uni Eropa.
Ekspor aneka kerajinan berbahan baku kayu sendiri merupakan perdagangan antarbangsa terbesar ke dua di Bali setelah tekstil dan pada triwulan I 2014 pangsanya terhadap total ekspor luar negeri Bali sebesar 21,13 persen.
Sejalan dengan pertumbuhan ekspor kayu, nilai ekspor pakaian jadi juga mengalami peningkatan pada triwulan I/2014 yang mencapai 28,12 juta dolar AS jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 21,79 juta dolar AS.
Ia mengemukakan bahwa perolehan devisa dari produk tekstil dan produk tekstil (TPT) Bali mencapai 25,20 persen terhadap total ekspor nonmigas Bali di triwulan I- 2014, ini bisa dicapai berkat busana Bali dibuat dengan rancangan didesain secara unik dan menarik. (ADT)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014