Denpasar (Antara Bali) - Pergerakan cuaca yang berpengaruh terhadap musim hujan, tingginya gelombang laut, menyebabkan terganggunya produksi bahan pangan, jalur distribusi dan salah satu dampaknya adalah kenaikan harga atau inflasi di daerah pariwisata Bali.

"Bali yang banyak kedatangan wisatawan dalam dan luar negeri memiliki ketergantungan akan bahan pangan sehingga sebagian besar barang keperluan pangan dipasok dari luar daerah," kata Deputi Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia wilayah III, Suarpika Bimantoro di Denpasar, Sabtu.

Curah hujan dan gelombang tinggi di perairan laut menyebabkan terganggunya produksi bahan pangan dan jalur distribusi. Kondisi ini turut berdampak pada kenaikan harga berbagai komoditas di Bali atau inflasi hususnya komoditas bahan makanan.

Inflasi komoditas pangan merupakan salah satu aspek yang terus dipantau oleh Bank Indonesia, mengingat bobotnya yang relatif besar dalam pembentukan inflasi keseluruhan dan semua itu merupakan hasil Survei Pemantauan Harga (SPH).

Ia menyebutkan, hasil pengamatan ini menunjukkan adanya peningkatan harga yang disebabkan tingginya curah hujan yang menghambat produktivitas pertanian dan gelombang tinggi menyebabkan terkendalanya distribusi komoditas bahan pangan.

Mencermati perkembangan ini, Bank Indonesia memperkirakan inflasi Bali Januari 2014 berada pada rentang 0.9 -1.25 persen (mtm), maka inflasi tahunan daerah ini (Januari 2013-Januari 2014) akan berada pada kisaran 6.8 persen (yoy) hingga 7.2 persen (yoy).

Salah satu komoditas yang diperkirakan memberikan tekanan inflasi yang cukup besar adalah komoditas perikanan. Angin kencang yang menyebabkan tingginya gelombang laut menyulitkan para nelayan untuk mempertahankan produktivitas hasil tangkapan laut.

Anjloknya hasil tangkapan ikan laut mendorong tingginya harga. Peningkatan harga komoditas perikanan akan berpengaruh terhadap tingkat inflasi Bali mengingat bobot sub komoditas ini cukup besar, yakni mencapai 0.03 dari total bobot yang ada.

Distribusi barang antarpulau yang terganggu juga turut memberikan tekanan inflasi pada awal tahun 2014, akibat terlambatnya pasokan barang. Situasi ini tidak hanya terjadi pada komoditas pertanian namun juga mencakup komoditas makanan jadi.

Ia menyebutkan, Bank Indonesia bersama dengan instansi lain yang tergabung dalam Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) berupaya mensinergikan langkah-langkah guna mengantisipasi kenaikan inflasi.

Selain langkah itu, peran serta masyarakat sebagai pelaku kegiatan ekonomi sangat diperlukan guna mendukung langkah-langkah pengendalian inflasi. Masyarakat sebagai pelaku ekonomi perlu ikut mengendalikan permintaan sebagai pengendali tekanan inflasi.

Berbagai langkah yang bisa dilakukan tentu dengan harapan dapat mengefektifkan upaya pengendalian inflasi dan tetap mendorong penambahan produksi, sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, ujarnya. (WDY)

Pewarta: Oleh I Ketut Satika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014