Perpaduan sawah yang berundak-undak, lembah, pesisir pantai dan gunung merupakan panorama alam yang menambah daya tarik Bali, di samping keunikan seni budaya yang diwarisi masyarakatnya secara turun temurun.

Bali adalah sebuah pulau relatif kecil dengan luas 5.632,86 kilometer persegi atau 0,29 persen dari luas Nusantara, namun memiliki kelengkapan unsur, mulai dari empat danau, sungai, gunung dan kawasan hutan.

Keanekaragaman seni budaya serta kegiatan ritual yang kokoh dalam hidup keseharian masyarakat Pulau Dewata, selain menambah daya tarik menjadi inspirasi bagi seniman, termasuk orang asing untuk menghasilkan karya seni yang bermutu dalam bidang tabuh, tari, seni sastra, karya lukisan maupun untuk menulis buku.

Dengan demikian wisatawan mancanegara yang berulang kali menghabiskan liburan di Pulau Seribu Pura tidak pernah merasa bosan dan jenuh, karena selalu akan menemukan suasana baru serta atraksi yang unik dan menarik untuk dinikmati.

Atas kondisi Bali yang demikian itulah terpilih sebagai pulau terindah di dunia pilihan pembaca majalah Conde Nast Traveler Russia tahun 2013, mengalahkan banyak pilihan pulau-pulau cantik lainnya yang telah dikenal sebagai daerah tujuan berwisata.

"Pesona keindahan Pulau Bali tetap menjadi pilihan utama para turis asal Rusia, setelah pada 2012 juga masuk sebagai nominator pulau terbaik," tutur Sekretaris I Pensosbud KBRI Moskow, Lailal K. Y.

Penganugerahan penghargaan pilihan pembaca Conde Nast Traveler Russia itu diterima Duta Besar RI untuk Rusia, Djauhari Oratmangun, didampingi Penangggung Jawab Fungsi Pensosbud KBRI Moskow, Yul Edison di gedung teater terkemuka di Kota Moskow, Senin (17/3).

Bali untuk meraih penghargaan paling bergengsi di tingkat dunia itu bersaing dengan sejumlah nominator pulau yang telah dikenal di dunia, yakni Phuket, Maladewa, Mauritius dan Yunani.

Dubes Djauhari Oratmangun mengatakan penghargaan yang diterima Bali kali ini tidak tidak lepas dari upaya berbagai pihak baik di Indonesia maupun di Rusia yang terus mempromosikannya kepada calon-calon turis potensial asal Rusia.

KBRI Moskow juga secara berkesinambungan melakukan promosi terhadap Pulau Bali dan objek-objek wisata lainnya di Indonesia kepada masyarakat Rusia.

"Penghargaan ini merupakan bukti bahwa Indonesia, terutama Pulau Bali, memang mampu memberikan `5S` kepada turis-turis Rusia yakni `Sun`, `Sea`, `Sand`, `Smile`, `Service`, `Scenery`, ditambah `Satisfaction` apabila telah kembali," ujarnya.

Hotel terbaik

Bali selain menerima penghargaan sebagai Pulau terindah di dunia itu, salah satu sarana akomodasi yakni Hotel Mulia Bali, juga masuk sebagai nominator untuk hotel terbaik bagi keluarga pilihan pembaca namun sayangnya masih belum beruntung memenangkan kategori terbaik.

Majalah Conde Nast Traveler Russia rutin menyelenggarakan kegiatan "readers choice award" ini untuk mengetahui berbagai kategori wisata dan sarana pendukung yang disukai oleh masyarakat Rusia.

Conde Nast Traveler Russia sering memuat tulisan mengenai objek wisata di Indonesia, termasuk pada edisi summer 2013 yang khusus membawa Maria Sharapova berkunjung ke Yogyakarta. Laporan terkait hal itu dimuat dalam 14 halaman Conde Nast Traveler Russia, Spanyol dan China.

Guru Besar Universitas Udayana, Prof Dr. I Nyoman Darma Putra, M. Litt memberikan apresiasi terhadap prestasi Bali di tingkat internasional, yang selama ini juga pernah tampil sebagai pulau wisata terbaik di Asia dan di tingkat dunia.

Alumnus master University of Sydney dan jenjang doktor di University of Queensland, keduanya di Australia menyebutkan majalah pariwisata Travel and Leisure berdasarkan jajak pendapat dalam jaringan (online) di Amerika sebelumnya juga memberikan penghargaan kepada Bali secara berturut-turut.

Terakhir Bali mendapat prestasi sebagai "The Island Destination of the Year" dari majalah pariwisata terkemuka China, di samping masih banyak prestasi lainnya, di sela-sela berbagai berita negatif tentang Bali seperti serangan terorisme, sampah, kemacetan lalu lintas, dan pembangunan yang berlebihan di Pulau Dewata.

Penulis buku berjudul "Tourism, Development and Terorism in Bali" bersama Prof Michael Hitchcock (Inggris) menilai, semua prestasi yang diraih Bali merupakan hasil kolaborasi berbagai pihak di tingkat lokal, nasional, dan global.

Pria kelahiran Banjar Pandangsambian, Denpasar Barat, Kota Denpasar, 5 Desember 1961 itu menilai prestasi Bali dalam perkembangan pariwisata yang mencuat itu erat kaitannya dengan peran dan kolaborasi seniman (artis) dari barat, peneliti, sarjana, fotografer dan pembuat film.

Mereka datang dari berbagai negara di belahan dunia yang tinggal dan menetap di Bali untuk berkreativitas dengan kawan kreatif lokalnya. Pelukis dan seniman kelahiran Jerman, Walter Spies misalnya tidak saja melakukan riset untuk bukunya "Dance and Drama in Bali (co- authored by Berry de Zoete, edisi pertama 1938), juga secara kreatif mengembangkan tari kecak bersama seniman lokal I Wayan Limbak dari Bedulu, Gianyar.

Kecak "dance" kini banyak dipertontonkan untuk wisatawan. Hasil kolaborasi mereka itu menjadi garapan menarik bahkan menjadi ikon pariwisata budaya Bali.

Berkat orang asing

Direktur Program Doktor Ilmu Agama Pascasarjana Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar, Dr. I Ketut Sumadi menambahkan dikenalnya Bali oleh masyarakat dunia awalnya dipromosikan oleh orang asing.

Lewat tulisan, buku, karya seni, pementasan tabuh dan tari Bali ke berbagai negara di belahan dunia sejak 1930 jauh sebelum Indonesia merdeka mampu mencitrakan Bali hingga dikenal masyarakat mancanegara.

Miguel Covarrubias, seorang penulis, pelukis dan antropolog kelahiran Meksiko misalnya pada tahun 1930 atau 84 tahun yang silam sempat menetap di Bali dan menulis buku berjudul "Island of Bali".

Walter Spies dan Miguel Covarrubias, dua warga negara asing yang "melarikan diri" dari Eropa pada perang dunia pertama bertemu di Bali yang akhirnya menemukan ketenangan dan kedamaian. Mereka lewat keahliannya masing-masing memperkenalkan pesona seni budaya dan tari Bali kepada dunia barat hingga akhirnya pariwisata Bali berkembang pesat seperti sekarang.

Oleh sebab itu orang Bali termasuk para pendatang dari luar Bali perlu memahami dengan baik tentang istilah cakra yadnya yang dalam implementasinya sejalan dengan konsep karma yoga dalam ajaran Agama Hindu yang dianut oleh warga desa adat (pekraman) di Pulau Dewata.

Karma yoga merupakan ajaran yang menuntun umat Hindu mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidup melalui aktivitas kerja yang dilandasi hati suci dan tulus iklas. Oleh karena itu, aktivitas kepariwisataan yang berkembang pesat dan keagamaan sebagai suatu wujud kerja yang dilandasi dengan hati suci dan tulus ikhlas akan melahirkan kesejahteraan serta terjaganya religiusitas tanah Bali.

Sesuai konsep "Tri Hita Karana" (THK) hubungan yang harmonis dan serasi sesama manusia, manusia dengan lingkungan dan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa yang melandasi kehidupan Desa Adat di Bali, maka penghasilan yang diterima dari pariwisata juga dimanfaatkan untuk kepentingan pelaksanaan ritual dan pemugaran tempat suci, sehingga makna religius tetap terjaga.

Warga desa adat di Bali kini tidak lagi dipusingkan oleh beban biaya untuk keperluan pelaksanaan ritual dan aktivitas sosial budaya yang telah ditetapkan sebagai daya tarik wisata yang mampu memperpanjang waktu tinggal wisatawan di Pulau Dewata, ujar Ketut Sumadi.  (WDY)

Pewarta: Oleh I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014