Jakarta (Antara Bali) - Sejumlah aktor Hollywood mulai bergabung dengan ribuan konsumen untuk mendukung Tiger Manifesto yang dibuat Greenpeace untuk diakhirinya produksi produk rumah tangga yang mengancam hutan dan harimau di Indonesia.
Kepala Kampanye Hutan Indonesia Greenpeace International Bustar Maitar dalam keterangan pers yang diterima di Jakarta, Kamis, mengatakan hutan tidak perlu dihancurkan untuk menanam kelapa sawit, tetapi produsen produk rumah tangga membuat semua menjadi bagian dari kehancuran itu.
"Melindungi hutan dan mencegah harimau dari kepunahan adalah suatu hal yang mungkin dan Tiger Manifesto Greenpeace menyatukan orang-orang yang memiliki visi ini," katanya.
Tiger Manifesto yang sudah diluncurkan di Indonesia, ujar dia, hanya bagian pertama dari kampanye global untuk menyelamatkan rumah Harimau Sumatra dan untuk menghilangkan minyak sawit kotor dari produk yang banyak digunakan orang.
"Ribuan orang di Indonesia dan di seluruh dunia telah ambil bagian, tetapi kita perlu lebih banyak yang lagi mendukung Tiger Manifesto ini. Kami ingin Harimau Sumatra dan hutan tetap ada di masa depan kita," ujar Bustar.
Ia menjelaskan Greenpeace akan terus mengekspos mereka yang menolak untuk memutus kerusakan hutan dari produk-produk itu, karena konsumen tidak ingin menjadi bagian dari kepunahan seperti Harimau Sumatra.
Ia mengatakan kelapa sawit bahan yang ditemukan pada hampir setengah dari produk pasar modern adalah penggerak terbesar dari penggundulan hutan di Indonesia.
Berdasarkan penelitian Greenpeace International, sebagian besar hutan yang dibuka untuk konsesi kelapa sawit di Sumatra selama 2009-2011 merupakan habitat harimau.
Hal itu, katanya, membuat sektor perkebunan menjadi ancaman utama untuk Harimau Sumatra. Hingga satu juta hektare habitat utama harimau telah dialokasikan untuk konsesi perkebunan di Indonesia .
Ia mengatakan tekanan global dari Greenpeace dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) lainnya telah mendesak Wilmar International, pedagang minyak kelapa sawit terbesar di dunia untuk berkomitmen melakukan perlindungan terhadap hutan.
Merek besar seperti L'Oréal, Unilever, Ferrero, dan Nestle juga telah membuat komitmen, tetapi aksi nyata tetap dibutuhkan untuk menyelamatkan hutan yang tersisa.
Aktor dan artis Hollywood, seperti Joaquin Phoenix, Kellan Lutz, dan Gillian Anderson telah bergabung dengan ribuan konsumen berseru untuk diakhirinya produk rumah tangga yang diproduksi melalui perusakan hutan .
Tiger Manifesto yang diluncurkan oleh Greenpeace, merupakan cara untuk konsumen menuntut produk yang ramah terhadap hutan dan harimau. Penghancuran hutan yang menjadi penyebab hewan seperti Harimau Sumatra di Indonesia yang jumlahnya tersisa 400 menuju ambang kepunahan.
Aktor Hollywood Joaquin Phoenix yang terkenal melalui perannya di film Gladiator mengatakan dirinya baru saja belajar tentang penghancuran massal hutan hujan di Indonesia untuk memproduksi minyak sawit dan kertas.
Menurut dia, tidak hanya memiliki dampak negatif terhadap jutaan orang Indonesia yang mata pencahariannya bergantung pada hutan, tetapi juga telah menjadi penyebab langsung Harimau Sumatra menuju kepunahan.
"Kita semua adalah bagian dari masa depan, dan bersama-sama kita harus dapat memastikan masa depan hewan-hewan luar biasa ini, " ujar Joaquin. (*/DWA)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
Kepala Kampanye Hutan Indonesia Greenpeace International Bustar Maitar dalam keterangan pers yang diterima di Jakarta, Kamis, mengatakan hutan tidak perlu dihancurkan untuk menanam kelapa sawit, tetapi produsen produk rumah tangga membuat semua menjadi bagian dari kehancuran itu.
"Melindungi hutan dan mencegah harimau dari kepunahan adalah suatu hal yang mungkin dan Tiger Manifesto Greenpeace menyatukan orang-orang yang memiliki visi ini," katanya.
Tiger Manifesto yang sudah diluncurkan di Indonesia, ujar dia, hanya bagian pertama dari kampanye global untuk menyelamatkan rumah Harimau Sumatra dan untuk menghilangkan minyak sawit kotor dari produk yang banyak digunakan orang.
"Ribuan orang di Indonesia dan di seluruh dunia telah ambil bagian, tetapi kita perlu lebih banyak yang lagi mendukung Tiger Manifesto ini. Kami ingin Harimau Sumatra dan hutan tetap ada di masa depan kita," ujar Bustar.
Ia menjelaskan Greenpeace akan terus mengekspos mereka yang menolak untuk memutus kerusakan hutan dari produk-produk itu, karena konsumen tidak ingin menjadi bagian dari kepunahan seperti Harimau Sumatra.
Ia mengatakan kelapa sawit bahan yang ditemukan pada hampir setengah dari produk pasar modern adalah penggerak terbesar dari penggundulan hutan di Indonesia.
Berdasarkan penelitian Greenpeace International, sebagian besar hutan yang dibuka untuk konsesi kelapa sawit di Sumatra selama 2009-2011 merupakan habitat harimau.
Hal itu, katanya, membuat sektor perkebunan menjadi ancaman utama untuk Harimau Sumatra. Hingga satu juta hektare habitat utama harimau telah dialokasikan untuk konsesi perkebunan di Indonesia .
Ia mengatakan tekanan global dari Greenpeace dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) lainnya telah mendesak Wilmar International, pedagang minyak kelapa sawit terbesar di dunia untuk berkomitmen melakukan perlindungan terhadap hutan.
Merek besar seperti L'Oréal, Unilever, Ferrero, dan Nestle juga telah membuat komitmen, tetapi aksi nyata tetap dibutuhkan untuk menyelamatkan hutan yang tersisa.
Aktor dan artis Hollywood, seperti Joaquin Phoenix, Kellan Lutz, dan Gillian Anderson telah bergabung dengan ribuan konsumen berseru untuk diakhirinya produk rumah tangga yang diproduksi melalui perusakan hutan .
Tiger Manifesto yang diluncurkan oleh Greenpeace, merupakan cara untuk konsumen menuntut produk yang ramah terhadap hutan dan harimau. Penghancuran hutan yang menjadi penyebab hewan seperti Harimau Sumatra di Indonesia yang jumlahnya tersisa 400 menuju ambang kepunahan.
Aktor Hollywood Joaquin Phoenix yang terkenal melalui perannya di film Gladiator mengatakan dirinya baru saja belajar tentang penghancuran massal hutan hujan di Indonesia untuk memproduksi minyak sawit dan kertas.
Menurut dia, tidak hanya memiliki dampak negatif terhadap jutaan orang Indonesia yang mata pencahariannya bergantung pada hutan, tetapi juga telah menjadi penyebab langsung Harimau Sumatra menuju kepunahan.
"Kita semua adalah bagian dari masa depan, dan bersama-sama kita harus dapat memastikan masa depan hewan-hewan luar biasa ini, " ujar Joaquin. (*/DWA)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014