Pura kuno Tanah Lot di Kabupaten Tabanan, sekitar 15 Km barat daya Kota Denpasar, letaknya "bertengger" di atas batu karang Pantai Beraban, Bali selatan.

Tempat suci umat Hindu sekaligus objek wisata andalan itu, selama ini menyimpan misteri dan keunikan yang membuat pelancong "wajib" mengunjunginya selama berwisata di Pulau Dewata.

Daya tarik yang dimiliki pura kuno peninggalan abad XVI dalam menyedot kunjungan turis domestik dan mancanegara itu, telah menjadikan Tanah Lot sebagai daerah yang mampu menempati urutan teratas, menyusul objek wisata Pura Uluwatu, sebagai objek wisata terbanyak dikunjungi turis yang datang ke Bali.

Penataan kawasan obyek wisata tersebut kini lebih mengedepankan nuansa religius yang dipadukan dengan panorama dan keindahan alam. Objek wisata Tanah Lot merupakan lokasi wisata terfavorit di Bali baik itu oleh wisatawan dalam negeri maupun pelancong asal mancanegara.

"Wisatawan masih sering meminta supaya bisa diantarkan ke lokasi wisata Tanah Lot, supaya bisa menyaksikan bangunan suci sekaligus matahari terbenam," tutur Made Sudiana seorang pemandu wisata di Denpasar, Rabu.

Para pelancong senang menyaksikan dua pura (tempat suci) yang terletak di atas batu besar dan satu lagi ada di atas tebing mirip dengan Pura Uluwatu di daerah bagian selatan Kabupaten Badung.

Pura Tanah Lot merupakan bagian dari pura Sad Kahyangan, salah satu tempat suci besar di Pulau Dewata. Objek wisata itu dikelola secara profesional sehingga turis akan senang datang ke sini, karena jalan aspal yang bagus, tempat parkir yang luas dan penataan lingkungan yang asri, ujar Made Sudiana yang hampir setiap tamu minta diantar ke Tanah Lot.

Dari sekian banyak objek wisata yang ada di Pulau Dewata, Tanah Lot yang paling ramai permintaan dari wisatawan baik itu pelancong dalam negeri maupun yang asing dan objek wisata paling ramai dikunjungi turis.

Dinas Pariwisata provinsi Bali mencatat, jumlah kunjungan turis dalam maupun luar negeri yang datang ke Tanah Lot selama lima tahun terakhir ini tetap tertinggi, menyusul Pura Uluwatu, di ujung selatan Pulau Bali.

Jumlah turis yang datang ke objek wisata Tanah Lot tahun 2012 sebanyak 3.092.434 orang yang terdiri atas 1.649.655 wisatawan dalam negeri dan 1.442.779 orang asing dan jumlah itu pada tahun 2013 diperkirakan bertambah 20 persen.

Terbanyak kedua adalah objek wisata Uluwatu menerima kunjungan 803.567 orang dalam tahun lalu dan di urutan ketiga adalah Ulun Danu Beratan 45 Km utara Denpasar mendapat kiriman turis sebanyak 512.365 orang.

Tanah Lot menerima kunjungan terbanyak memang masuk akal, disamping lokasi itu dekat dari pusat wisata Kuta dan Nusa Dua, dari sini turis bisa menikmati pemandangan alam pantai dan Pura yang tak ada duanya di dunia.

Apalagi pengelola objek wisata ini melakukan pementasan kesenian jenis kecak untuk turis dengan latarbelakangan pemandangan laut dan Pura sangat mengasyikkan bagi setiap turis yang bisa menyaksikannya, ujar Sudiana.



Pertahankan kawasan suci

Pengelolaan objek wisata Tanah Lot oleh desa adat Beraban, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan itu tetap mempertahankan sebagai kawasan suci dan elemen-elemen alam yang terkandung di dalamnya.

Kegiatan ritual, adat dan budaya tetap berjalan sebagaimana mestinya dan kondisi itu menambah daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung ke obyek wisata tersebut.

Elemen-elemen alam kawasan Tanah Lot, sebagai salah satu pendukung utama kini ditata menjadi Taman dan Hutan Yadnya, yakni berbagai jenis pepohonan yang dikoleksi, adalah bahan keperluan pelaksanaan ritual yadnya (pengorbanan suci secara tulus iklas).

Lahan yang cukup luas milik desa adat Beraban yang lokasinya tidak jauh dari Pura Tanah Lot itu kini ditata secara baik, dengan ditanami berbagai junis pepohonan, yang sekaligus bermanfaat untuk keperluan pelaksanaan upacara ritual.

Taman dan hutan Yadnya antara lain mengoleksi berbagai jenis tanaman bunga-bungaan, aneka jenis tanaman berbuah, pohon jenis dedaunan, akar dan umbi-umbian.

Penataan dalam satu kawasan itu mampu melengkapi objek wisata Tanah Lot dengan pengembangan wisata budaya Bali, khususnya aneka jenis bahan keperluan upacara ritual yang setiap saat digelar umat Hindu di Bali.

Pengembangan kawasan taman dan hutan Yadnya itu mampu ikut memperkenalkan budaya Bali kepada wisatawan dalam dan luar negeri yang berkunjung ke daerah itu.

Dalam mengelola dan mengembangkan kawasan Tanah Lot tetap mengutamakan ketertiban para pedagang serta kesucian dan kelestarian situs-situs budaya yang ada.

Dengan memelihara kesucian kawasan Pura Tanah Lot menciptakan konsep-konsep baru, dengan harapan kawasan itu memiliki konsep landasan "Tri Hita Karana" yakni hubungan yang serasi dan harmonis serta konsep "Tri Mandala" yakni areal bagi dalam, tengah dan luar.

Kawasan pada bagian luar (nista mandala) dikembangkan taman dan hutan Yadnya, yang mampu menambah keindahan kawasan Tanah Lot, disamping memudahkan masyarakat Bali dalam memenuhi berbagai jenis keperluan pelaksanaan upacara ritual.



Filosofi

Masing-masing koleksi Taman dan Hutan Yadnya itu memiliki masing-masing filosofi yang bisa dijelaskan secara langsung kepada pengunjung objek wisata Tanah Lot.

Satu tanaman keperluan upacara keagamaan umat Hindu dapat dijelaskan dengan baik, sehingga masyarakat dunia bisa mengetahui makna filosofi di balik tanaman tersebut.

Tanaman sirih (base) misalnya dapat dijelaskan mulai dari cara penanaman, manfaat dan makna secara simbolis yang terkandung dalam tanaman tersebut sesuai kepercayaan agama Hindu.

Kondisi demikian diharapkan mampu mendukung pengembangan pariwisata Bali yang lebih berkualitas, pemahaman wisatawan terhadap budaya Bali lewat Taman dan Hutan Yadnya.

Pura luhur yang berdiri kokoh, dan setiap saat diterjang ombak Samudera Indonesia, menjadi daya tarik tersendiri. Belum lagi pada sore hari tampak indah ketika sang surya tenggelam, "sunset".

Pemandangan yang tidak ada duanya dan cukup serasi serta harmonis, meski tempat suci umat Hindu itu setiap hari terkena gempuran gelombang samudera yang dahsyat.

Atas keunikan dan daya tarik yang demikian itu, hampir sebagian besar tamu-tamu negara yang singgah ke Bali mempunyai keinginan keras melihat dari dekat obyek wisata Tanah Lot.

Demikian pula sebagian besar wisatawan mancanegara yang berliburan di Bali, menyempatkan diri berkunjung ke Pura yang berhadapan dengan Samudera Indonesia itu.

Tercatat Perdana Menteri Republik Rakyat China, Zhu Rongji beserta 140 anggota rombongan, dan Wakil Presiden India, Krishan Kant, juga pernah mengunjungi objek wisata andalan di daerah lumbung beras Kabupaten Tabanan itu. (*/DWA)

Pewarta: Oleh I Ketut Sutika

Editor : Dewa Sudiarta Wiguna


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014