Denpasar (Antara Bali) - Pengamat seni budaya Bali, Kadek Suartaya S S.Kar M.Si, menyatakan Sendratari Ramayana Bali diminati masyarakat dalam setiap kegiatan berskala nasional dan internasional sejak era tahun 1970-an.
"Sendratari Ramayana yang merupakan karya besar seniman Wayan Beratha itu sempat mewakili Bali dalam Festival Ramayana Nasional di Yogyakarta pada tahun 1970," kata dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar itu, Jumat.
Kandidat doktor Kajian Budaya Universitas Udayana itu mengatakan sendratari itu pada tahun 1971 juga mendapat kehormatan tampil dalam Festival Ramayana Internasional di Pandaan, Jawa Timur.
Dalam kedua peristiwa kesenian tingkat nasional dan internasional itu, sosok seniman andal Wayan Beratha merevisi dan menyempurnakan sendratari setelah lawatan Sendratari Ramayana yang ditampilkan di Yogyakarta dan Jawa Timur.
Bersamaan dengan itu, para siswa/guru Konservatori Karawitan (Kokar) yang kini berubah status menjadi Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Sukawati, Kabupaten Gianyar, Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI) dan akhirnya menjadi Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar itu sibuk melayani permintaan masyarakat Bali untuk menyajikan seni pertunjukan yang populer dengan sebutan balet itu.
Sendratari Ramayana banyak diminta pentas di seluruh Bali, Jawa dan Lombok hingga ke Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi maupun ke mancanegara.
"Bersamaan dengan hal itu, Gubernur Bali almarhum Prof Ida Bagus Mantra pada tahun 1978 merintis Pesta Kesenian Bali (PKB) dan sekaligus membangun panggung pertunjukan skala besar yang diberi nama Ardha Candra di Taman Budaya Denpasar," katanya.
Panggung khusus itu dipersiapkan untuk pementasan-pementasan besar, di antaranya sendratari kolosal Ramayana dan Mahabharata yang diproduksi Pemerintah Provinsi Bali melalui lembaga pendidikan tinggi seni. (*/ADT)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Sendratari Ramayana yang merupakan karya besar seniman Wayan Beratha itu sempat mewakili Bali dalam Festival Ramayana Nasional di Yogyakarta pada tahun 1970," kata dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar itu, Jumat.
Kandidat doktor Kajian Budaya Universitas Udayana itu mengatakan sendratari itu pada tahun 1971 juga mendapat kehormatan tampil dalam Festival Ramayana Internasional di Pandaan, Jawa Timur.
Dalam kedua peristiwa kesenian tingkat nasional dan internasional itu, sosok seniman andal Wayan Beratha merevisi dan menyempurnakan sendratari setelah lawatan Sendratari Ramayana yang ditampilkan di Yogyakarta dan Jawa Timur.
Bersamaan dengan itu, para siswa/guru Konservatori Karawitan (Kokar) yang kini berubah status menjadi Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Sukawati, Kabupaten Gianyar, Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI) dan akhirnya menjadi Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar itu sibuk melayani permintaan masyarakat Bali untuk menyajikan seni pertunjukan yang populer dengan sebutan balet itu.
Sendratari Ramayana banyak diminta pentas di seluruh Bali, Jawa dan Lombok hingga ke Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi maupun ke mancanegara.
"Bersamaan dengan hal itu, Gubernur Bali almarhum Prof Ida Bagus Mantra pada tahun 1978 merintis Pesta Kesenian Bali (PKB) dan sekaligus membangun panggung pertunjukan skala besar yang diberi nama Ardha Candra di Taman Budaya Denpasar," katanya.
Panggung khusus itu dipersiapkan untuk pementasan-pementasan besar, di antaranya sendratari kolosal Ramayana dan Mahabharata yang diproduksi Pemerintah Provinsi Bali melalui lembaga pendidikan tinggi seni. (*/ADT)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014