Denpasar (Antara Bali) - Ketua Umum Himpunan Uroginekologi Indonesia (HUGI) Dr Budi Imam Santosa mengatakan keberadaan perempuan yang telah melakukan persalinan dipastikan akan mengalami gangguan fungsi otot panggul, karena itu harus dilakukan pemulihan setelah persalinan.

"Ini akan dialami setiap perempuan setelah melakukan persalinan akan mengalami disfungsi otot panggul, karena saat melahirkan organ peranakan akan turun," kata Budi Imam Santosa di sela-sela Pertemuan Ilmiah Tahunan HUGI tingkat Internasional 2013 di Sanur, Bali, Sabtu.

Ia mengatakan gejala gangguan fungsi otot panggul tersebut, antara lain perempuan itu sering tidak bisa menahan kencing atau ngompol dan prolag organ panggul yaitu gangguan saat melakukan hubungan seksual.

"Yang paling mudah melihat gejala gangguan fungsi otot panggul adalah si perempuan tersebut tidak bisa menahan kencing, begitu juga saat melakukan hubungan seksual mengeluarkan air kencing atau berak," ujarnya.

Kalau sudah gejala tersebut muncul, kata dia, maka sebaiknya perempuan tersebut harus segera memeriksakan diri atau berkonsultasi kepada dokter kandungan, jika tidak cepat ditangani maka akan berpengaruh terhadap fungsi otot-otot lainnya di sekitar kemaluan perempuan itu.

Menurut Budi Imam, gangguan fungsi otot panggul adalah alami bagi perempuan yang telah melakukan persalinan. Namun hal tersebut dapat dikurangi jika si perempuan tersebut pascamelahirkan melakukan pemeriksaan bila terjadi gejala yang dimaksud itu.

"Semakin banyak perempuan itu melahirkan, maka fungsi otot panggul tersebut akan semakin menurun. Karena itu dengan pengetahuan dibidang kedokteran, khususnya dibidang huruginekologi semakin maju, gangguan itu bisa diatasi," ujarnya.

Budi Imam lebih lanjut mengatakan untuk mengurangi resiko disfungsi otot panggul, maka metode dan teknik persalinan tidak lagi harus melakukan sayatan di daerah kemaluan saat akan melahirkan.

"Di samping itu berat bayi harus sehat dan tidak lebih dari 3.000 gram. Dengan seberat bayi itu akan mengurangi sayatan pada mulut kemaluan," ujarnya.

Menyinggung tindakan operasi pada daerah hurogine, kata dia, di Amerika Serikat saja dalam setahun mencapai 200. 000 orang.

"Di negara maju saja tingkat operasi terkait gangguan disfungsi tersebut masih cukup tinggi. Namun di Indonesia karena pengetahuan di masyarakat masih minim, sehingga belum bisa di data secara akurat," katanya.

Kegiatan pertemuan ilmiah tersebut selain Indonesia sebagai tuan rumah, juga dihadiri dari 10 negara, antara lain Australia, Singapura, Jerman dan Perancis.(WRA) 

Pewarta: Oleh I Komang Suparta

Editor : I Gede Wira Suryantala


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013