Denpasar (Antara Bali) - Perupa I Nyoman Sukari yang meninggal dunia di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah, Denpasar, Rabu (12/5) malam, jenazahnya sementara dititipkan di RSUP tersebut hingga usai masa perayaan Hari Raya Galungan dan Kuningan.

"Di kampung halaman di Renggis kebetulan juga sedang berlangsung upacara besar 'Ngusada', sehingga jenazah almarhum sementara tidak diperkenankan dibawa pulang," kata I Wayan Redika, rekan almahum sesama perupa asal Kabupaten Karangasem di Denpasar, Kamis.

Wayan Redika yang baru datang dari rumah duka keluarga besar almarhum di Renggis menjelaskan, sesuai keyakinan yang dianut umat Hindu di Bali, saat suatu daerah atau dusun berlangsung upacara besar, maka masyarakatnya akan turut berupaya menjaga kesucian daerah tersebut.

"Jadi jenazah almarhum belum boleh dibawa pulang ke kampung selain masih masa Hari Raya Galungan (12/5) dan menjelang Kuningan (22/5), juga untuk menjaga kesucian upacara Ngusada. Menjaga kesucian itu termasuk tidak membawa pulang jenazah untuk sementara waktu," katanya.

Nyoman Sukari yang kuliah di Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia (FSR ISI) Yogyakarta tahun 1990, selama ini memilih tinggal di Kota Gudeg tersebut. Ia sempat dirawat beberapa minggu di rumah sakit di kota almamaternya itu, kemudian dibawa pulang ke Bali dan dirawat di RSUP Sanglah.

Meski telah diupayakan pengobatan dan penyembuhan secara intensif, namun perupa kelahiran Karangasem, 6 Juli 1968 atau masih berusia 42 tahun itu kemudian meninggal dunia.

Meski tinggal di Yogyakarta, Nyoman Sukari selama ini sering pulang ke Bali dan dikenal sebagai inspirator bagi generasi muda pelukis, khususnya yang tergabung dalam Komunitas Perupa Lempuyang, Kabupaten Karangasem.

Komunitas perupa muda itu anggotanya puluhan orang, sebagian lulusan Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar yang berasal dari daerah di ujung timur Pulau Dewata tersebut.

"Kami merasa kehilangan. Almarhum pergi terlalu cepat dalam usia yang masih tergolong muda. Ia selama ini banyak memberikan inspirasi dan motivasi. Banyak program yang belum selesai dan harus kami rencanakan ulang," ujar Wayan Redika yang juga pejabat humas PLN Denpasar.

Nyoman Sukari yang dikenal sebagai perupa produktif dan telah menggelar pameran di berbagai kota dan negara, meninggalkan seorang istri, Nyoman Aryaningsih dan dua orang putra, I Made Sri Yoga Bhuwana dan I Wayan Pande Narawara.

Wayan Redika menambahkan, seluruh keluarga di Yogyakarta sudah berada di Bali dan setelah Hari Raya Kuningan baru dilakukan kembali rembuk dengan keluarga besar untuk memastikan apakah jenazah almarhum dimakamkan dulu atau langsung proses kremasi/pengabenan.(*)

Pewarta:

Editor : Masuki


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010