Denpasar (Antara Bali) - Pesatnya perkembangan teknologi di era globalisasi membuat generasi muda semakin jauh dari tradisi, salah satunya adalah kesenian wayang.
Panitia Pengarah "Festival Wayang Internasional 2013" Agustinus Prayitno kepada media di Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali, Senin, mengatakan keberadaan media bagi wayang tradisional saat ini terdesak media modern yang mengandalkan kecanggihan teknologi dan konten yang dinilai lebih "modern".
"Padahal dalam pergelaran wayang tradisional, banyak informasi dan pesan kepada masyarakat yang dituangkan dalam bentuk pesan moral dalam falsafah kehidupan," kata Prayitno.
Pesan moral dan falsafah kehidupan dalam kesenian wayang disebut Prayitno masih sangat relevan dengan kehidupan zaman modern ini sehingga ia menilai sangat penting bagi informasi itu untuk tetap disampaikan ke masyarakat.
Namun perkembangan teknologi yang pesat dan era globalisasi membuat generasi muda semakin jauh dari nilai-nilai tradisi termasuk kesenian wayang sehingga Prayitno berharap agar wayang mendapatkan perhatian dan pelestarian.
"Kesenian tradisional wayang ini harus dilestarikan. Di Indonesia sejak dulu pertunjukan wayang kulit maupun wayang orang menjadi inspirasi dalam kehidupan masyarakat pendukungnya," kata Prayitno yang merupakan pemilik Rumah Topeng dan Wayang Setiadarma Gianyar.
Salah satu upaya untuk melestarikan kesenian wayang itu adalah dengan menggelar Festival Wayang Internasional yang diselenggarakan selama enam hari hingga Jumat (27/9) dan diikuti 10 negara diantaranya Iran, Malaysia, Jepang, Amerika Serikat, Filipina dan Indonesia selaku tuan rumah.
Festival tersebut menggelar lokakarya dan dilanjutkan pementasan wayang tiap harinya dan seluruh pertunjukan akan dibuka untuk umum.
Sementara itu, Dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar Prof Dr Nyoman Sedana mengatakan dalam upaya melestarikan kebudayaan wayang, di ISI Denpasar saat ini pihaknya membuka jurusan pedalangan.
"Jadi di jurusan ini para mahasiswa akan diberikan materi kuliah sejarah wayang di dunia termasuk juga teori-teori pentasan hingga sampai pergelaran," kata Sedana. (WRA)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013
Panitia Pengarah "Festival Wayang Internasional 2013" Agustinus Prayitno kepada media di Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali, Senin, mengatakan keberadaan media bagi wayang tradisional saat ini terdesak media modern yang mengandalkan kecanggihan teknologi dan konten yang dinilai lebih "modern".
"Padahal dalam pergelaran wayang tradisional, banyak informasi dan pesan kepada masyarakat yang dituangkan dalam bentuk pesan moral dalam falsafah kehidupan," kata Prayitno.
Pesan moral dan falsafah kehidupan dalam kesenian wayang disebut Prayitno masih sangat relevan dengan kehidupan zaman modern ini sehingga ia menilai sangat penting bagi informasi itu untuk tetap disampaikan ke masyarakat.
Namun perkembangan teknologi yang pesat dan era globalisasi membuat generasi muda semakin jauh dari nilai-nilai tradisi termasuk kesenian wayang sehingga Prayitno berharap agar wayang mendapatkan perhatian dan pelestarian.
"Kesenian tradisional wayang ini harus dilestarikan. Di Indonesia sejak dulu pertunjukan wayang kulit maupun wayang orang menjadi inspirasi dalam kehidupan masyarakat pendukungnya," kata Prayitno yang merupakan pemilik Rumah Topeng dan Wayang Setiadarma Gianyar.
Salah satu upaya untuk melestarikan kesenian wayang itu adalah dengan menggelar Festival Wayang Internasional yang diselenggarakan selama enam hari hingga Jumat (27/9) dan diikuti 10 negara diantaranya Iran, Malaysia, Jepang, Amerika Serikat, Filipina dan Indonesia selaku tuan rumah.
Festival tersebut menggelar lokakarya dan dilanjutkan pementasan wayang tiap harinya dan seluruh pertunjukan akan dibuka untuk umum.
Sementara itu, Dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar Prof Dr Nyoman Sedana mengatakan dalam upaya melestarikan kebudayaan wayang, di ISI Denpasar saat ini pihaknya membuka jurusan pedalangan.
"Jadi di jurusan ini para mahasiswa akan diberikan materi kuliah sejarah wayang di dunia termasuk juga teori-teori pentasan hingga sampai pergelaran," kata Sedana. (WRA)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013