Denpasar (Antara Bali) - Koperasi Produsen Tahu dan Tempe (Kopti) Makmur Kota Denpasar, Bali sanggup menampung berapapun banyaknya produksi kedelai lokal untuk memenuhi kebutuhan bahan baku pembuatan tahu dan tempe.

"Produksi kedelai Bali pada era 1980 hingga 1990-an mempunyai peran yang sangat strategis dalam memenuhi kebutuhan bahan baku tahu tempe, sehingga tidak terlalu tergantung pada kedelai impor," kata Ketua Kopti Makmur Kota Denpasar, Bambang Haryadi di Denpasar, Kamis.

Ia mengatakan, harga kedelai hasil petani saat itu hampir sama dengan kedelai impor sehingga perajin pembuat tahu tempe lebih senang menggunakan bahan baku produk lokal.

Pihaknya saat itu bekerja sama dengan Dinas Pertanian setempat memberikan penyuluhan kepada petani untuk menghasilkan matadagangan kedelai yang bermutu.

"Petani saat itu memang menghasilkan matadagangan kedelai sesuai kebutuhan bahan baku pembuatan tahu dan tempe, namun lama kelamaan mutunya merosot" ujar Bambang, yang kini memimpin Kopti dengan 185 anggota.

Ia menilai, kemoroostan dari segi mutu itu akibat ulah petani yang tidak lagi memperhatikan masalah mutu, bahkan dalam kondisi masih kotor sudah dijual.

Kondisi itu menyulitkan para perajin tahu tempe yang hingga sekarang sekitar 80-90 persen tergantung dari bahan baku kedelai impor.

"Kedelai lokal sebenarnya juga sangat diperlukan, namun sangat terbatas, bahkan kedelai hanya ditanam petani di subak-subak tertentu," ujar Bambang Haryadi.

Pihaknya yang memiliki 185 anggota yang bergerak dalam pembuatan tahu tempe dalam kondisi normal setiap harinya membutuhkan bahan baku sepuluh ton per hati.

Untuk itu Kopti Makmur Denpasar sanggup menyerap produksi kedelai berapapun jumlah yang dihasilkan petani Bali, tutur Bambang Haryadi. (WRA) 

Pewarta: Oleh I Ketut Sutika

Editor : I Gede Wira Suryantala


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013