Jakarta (Antara Bali) - Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Muhammad Sulton Fatoni menilai usul perubahan nama Jalan Medan Merdeka menjadi Jalan Bung Karno, Bung Hatta, Soeharto, dan Ali Sadikin merupakan langkah terburu-buru yang tidak memiliki tujuan pasti.

"Apa target dari usul tersebut selain mengundang munculnya sikap pro kontra di tengah masyarakat? Adakah substansi dari usul tersebut? Saya yakin tujuannya bukan semata menghormati kepahlawanan saja," kata Sulton di Jakarta, Senin.

Usul perubahan nama Jalan Medan Merdeka sebagai jalan protokol di sekeliling Tugu Monumen Nasional (Monas), disampaikan sekelompok masyarakat yang menamakan diri Panitia 17, yang diketuai oleh mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Jimly Asshiddiqie.

Sulton meminta para pengusul agar mencermati kembali sejarah penamaan Jalan Medan Merdeka di lokasi "ring satu" tersebut.

"Penamaan Jalan Medan Merdeka tentu memiliki landasan filosofi yang matang. Diabaikannya buah pemikiran para leluhur, termasuk di usul perubahan nama Jalan Medan Merdeka inilah yang mengundang kontroversi," tambah Sulton.

Selain itu, Sulton juga menilai alasan penggunaan nama Bung Karno, Bung Hatta, Soeharto, dan Ali Sadikin sebagai pengganti Jalan Medan Merdeka juga perlu dikaji lebih mendalam.

"Soekarno, Hatta, Soeharto, dan Ali Sadikin adalah tokoh dengan kiprah spesifik, jasa dan masa pengabdian masing-masing berbeda. Kurang tepat jika keempatnya disejajarkan, karena faktualnya memang berbeda," katanya. (M038)

Pewarta: Oleh Sigit Pinardi

Editor : M. Irfan Ilmie


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013