Denpasar (Antara Bali) - Gubernur Bali Made Mangku Pastika menyambut positif kelahiran Surat Kabar "Pos Bali" yang semakin meramaikan persaingan industri media massa di Pulau Dewata itu.

"Kehadiran media cetak baru harus diimbangi dengan peningkatan kualitas SDM dan manajerial. Masyarakat kita makin cerdas dalam memilih media," katanya dalam sambutan peluncuran Surat Kabar Pos Bali di Desa Budaya Kertalangu, Denpasar, Minggu malam.

Dalam kesempatan tersebut Pastika mendapat kesempatan menekan tombol dan membubuhkan tanda tangan di atas baliho peluncuran Surat Kabar Pos Bali dan web www.posbali.com.

Gubernur yang kembali terpilih pada Pilkada Bali 15 Mei lalu itu, juga berpesan kepada insan pers untuk tetap menjaga independensi dalam menyuguhkan informasi kepada publik.

"Dalam upaya mengontrol pembangunan, masyarakat dapat menggunakan media sebagai jembatan komunikasi. Media harus bisa menjadi agen perubahan sosial ke arah yang lebih baik," ucap mantan Kapolda Bali itu.

Di samping sebagai jembatan antara pemerintah dan masyarakat, Pastika secara khusus meminta Pos Bali mengajak media lain dalam upaya mencerdaskan masyarakat di Pulau Dewata sebagaimana "tagline" koran itu, "Kritis-Cerdas-Independen".

"Masyarakat adalah hakim bagi pers, maka mari melangkah bersama masyarakat untuk membangun Bali," ucapnya, mengingatkan.

Selain Gubernur, peluncuran Pos Bali itu juga dihadiri anggota DPD RI asal Bali Wayan Sudirta, perwakilan tokoh masyarakat lintasagama, insan media, dan tokoh masyarakat lainnya. Surat Kabar Pos Bali sudah beredar di tengah masyarakat dalam sebulan terakhir.

Pemimpin Umum Surat Kabar Pos Bali Made Naryana dalam acara tersebut menyatakan komitmen independensi dalam pemberitaan.

Pos Bali akan terbuka terhadap kritik dan masukan dari masyarakat dengan mengedepankan asas jurnalisme produktif dan membangun saling pengertian.

"Kami berkomitmen untuk tetap independen dan membela kepentingan masyarakat luas," ujar salah satu wartawan senior di Bali itu.

Naryana mengakui bahwa dalam tahun politik seperti sekarang, tidak tertutup kemungkinan media masa bersifat partisan, oposan, dan independen.

Ia menganggap hal itu lumrah sepanjang tidak bertentangan dengan etika pemberitaan. "Keberadaan media juga harus memperhatikan aspek sosial budaya. Sebagai media yang terbit di Bali, sudah menjadi kewajiban kami untuk menghargai dan melestarikan adat dan budaya masyarakat setempat," ujanya. (M038)

Pewarta: Oleh M. Irfan Ilmie

Editor : M. Irfan Ilmie


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013