Kesehariannya sangat sederhana dan terkesan pendiam, namun pembawaan itu akan berubah total saat tampil di atas pangung, menabuh mengiringi olah gerak tari yang lincah di atas pentas.

Putu Geria (68), pria kelahiran Banjar Segah, Kabupaten Karangasem sebelum dinobatkan sebagai Jro Mangku, pemimpin upacara umat Hindu itu, dikenal sebagai seniman serba bisa, baik tabuh maupun tari.

Meskipun hanya mengenyam pendidikan formal setingkat sekolah dasar (SD), namun kemampuannya dalam bidang pengembangan seni budaya Bali sangat mapan.

Suami dari Ni Made Suparti itu pernah melatih puluhan sekaa (grup) kesenian maupun sekaa gong di sejumlah banjar dan desa di Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem dan sekitarnya.

Pria yang cukup piawai memainkan semua alat musik tradisional Bali itu dengan senang hati melatih sekaa gong yang telah dilakoninya hampir setengah abad.

Sukses melatih sekaa gong dalam satu banjar, dilanjutkan ke banjar lainnya dan beberapa sekaa antre menunggu giliran, sehingga jadualnya untuk memberikan latihan guna mencetak kader penerus seni budaya Bali itu cukup padat.

"Masuk banjar ke luar banjar pada malam hari untuk melatih sekaa gong, hasilnya hanya bisa dinilai dengan kepuasan oleh saya sendiri," tutur ayah dari dua putra itu yakni I Putu Jati dan I Wayan Susandiyasa yang juga mewarisi keahlian dalam bidang tabuh dan tari Bali.

Pria yang tampak masih sehat bugar dalam usia "berkepala enam" selain melatih juga aktif sebagai penabuh gamelan untuk kepentingan berbagai kegiatan, termasuk kelengkapan kegiatan ritual.

Namun sejak dinobatkan menjadi Jro Mangku, keahlian yang dimilikinya itu hampir tidak pernah lagi dipraktekkan, kecuali hanya memberikan pembinaan seni.


Masuk nominasi

Berkat prestasi, dedikasi dan pengabdian Putu Geria dalam pengembangan seni budaya Bali kini masih nominasi penerima Dharma Kusuma, penghargaan terginggi dalam bidang seni dari Pemerintah Provinsi Bali,

Pemerintah Provinsi Bali telah membentuk satu tim untuk menyeleksi seniman yang dinilai berjasa untuk memperoleh Dharma Kusuma, terkait HUT ke-55 Pemprov Bali, 14 Agustus 2013.

Kepala Seksi Perfilman dan Perizinan pada Dinas Kebudayaan Provinsi Bali I Wayan Dauh menjelaskan, Pemerintah Kabupaten/kota di Bali telah melakukan seleksi dan mengusulkan sejumlah seniman di daerahnya untuk mendapat penghargaan Dharma Kusuma.

Usulan dari kabupaten/kota itu kembali diseleksi oleh tim yang diketuai Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, karena usulan yang masuk cukup banyak sementara penghargaan hanya diberikan kepada 14 orang, ujar Wayan Dauh.

Untuk itu tim melakukan seleksi secara ketat terhadap usulan dari delapan kabupaten dan satu kota di Bali, sehingga mereka yang menerima penghargaan tertinggi dalam bidang seni itu betul-betul mempunyai prestasi tinggi, dedikasi dan pengabdian untuk pelestarian seni budaya Bali.

Sosok Putu Geria yang cukup enerjik dan senang bermasyarakat menggeluti seni budaya itu berawal dari tahun 1958, ketika berusia 13 tahun ikut menjadi anggota sekaa angklung di desa tempat kelahirannya.

Banyak mendapat pengalaman dalam bidang tabuh kemudian bergabung dalam sekaa gong kebyar, sekaligus menjadi pembina sekaa tersebut hingga akhirnya meraih juara pertama tingkat kecamatan Rendang.

Selain itu juga belajar sebagai dalang wayang kulit, hingga akhirnya sering pentas untuk menghibur masyarakat, sekaligus untuk kelengkapan kegiatan ritual.

Sosok Jro Mangku Putu Geria juga memiliki keterampilan membuat bade, kerangka pengusungan jenazah untuk keperluan upacara ngaben, membuat banten kegiatan ritual berskala besar.

Darah seni Jro Mangku Putu Geria kini "mengalir" kepada putra-putranya dan puluhan bahkan ratusan kader yang berhasil dicetak sebagai generasi penerus seni budaya Bali.

Semua itu berkat kesenangannya sejak kecil terhadap tabuh dan tari Bali. Teknik tabuh dan tari Bali yang dipelajarinya dapat dikuasasinya dengan baik. Hal itu menjadi modal baginya dalam membina dan melatih sekaa-sekaa gong dan kesenian di sejumlah desa di Kabupaten Karangasem, daerah ujung timur Pulau Bali.

Berkat kesungguhan dan keseriusan itu mampu mengantarkan dirinya sebagai sosok seorang seniman yang tidak bisa dipisahkan dengan perkembangan seni kerawitan Bali pada umumnya. (*/ADT)

Pewarta: Oleh I Ketut Sutika

Editor : I Nyoman Aditya T I


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013