Denpasar (Antara Bali) - Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Bali mencatat tingkat inflasi pascakenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi mencapai 1,94 persen yang dinilai berdampak langsung pada putaran pertama.
     
"Efek 'shock' awal ini kami perkirakan hingga tiga bulan pertama. Melihat respon masyarakat Bali, kita harus jaga untuk meredam ekspektasi inflasi," kata Sekretaris TPIP Provinsi Bali, Dwi Pranoto di Denpasar, Selasa.
     
Penyesuaian harga BBM yang diumumkan pemerintah pada 21 Juni lalu dinilai tidak terlalu berdampak secara sosial yang membuat kepanikan bagi masyarakat di Pulau Dewata.
     
Dia mengungkapkan bahwa dampak terbesar ada pada kenaikan harga premium yaitu sekitar 1,92 persen dibandingkan harga solar sebesar 0,02 persen.
     
"Dampak langsung itu akan terdistribusi pada Juni dan Juli 2013," ucap Kepala Kantor Regional Bank Indonesia Wilayah III Bali-Nusa Tenggara itu.
     
Kenaikan harga BBM bersubsidi itu selain memberikan dampak langsung berupa kenaikan biaya transportasi juga memberikan dampak turunan berupa kenaikan harga barang lain akibat biaya produksi dan distribusi yang meningkat.
     
"Kita harus realistis bahwa target pencapaian inflasi Bali 2013 sebesar 5,5 persen akan dulit dicapai," tambahnya.
     
Menurut dia, dampak turunan masih akan terasa pada Juli hingga Agustus 2013 namun terbatas pada penyesuaian harga transportasi baik angkutan umum maupun barang.
     
Sementara untuk harga barang lainnya seperti komoditas makanan yaitu makanan yang dijual di restoran, makananan dalam kemasan dan makanan olahan umumnya baru berpengaruh pada inflasi dua bulan tersebut
     
Sedangkan untuk komoditas bahan pangan penyesuaian harganya relatif lebih panjang mengingat jangka waktu panen dengan pemanfaatan terjadi dalam kurun waktu tiga hingga enam bulan.
 
Pihaknya memperkirakan apabila dikombinasikan antara dampak langsung dan tidak langsung maka total dampak inflasi mencapai sekitar tiga persen . Namun TPID berupaya meminimalkan dampak kenaikan BBM tersebut yang lebih besar.

Sementara itu Asisten I Bidang Ekonomi Pemerintah Provinsi Bali Ketut Wija menyampaikan bahwa apabila terjadi peningkatan harga, pihaknya akan melakukan operasi pasar.
     
Namun sepanjang tidak ada gejolak perekonomian yang menimbukan emosi masyarakat yang ditunjukkan dengan melakukan stok barang.
     
"Jangan emosi untuk menyetok barang karena takut semua barang akan naik, itu yang tidak bagus," ujarnya. (DWA)

Pewarta: Oleh Dewa Wiguna

Editor : Dewa Sudiarta Wiguna


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013