Denpasar (Antara Bali) - Seni lukis Bali modern mengalami banyak perubahan dalam irama penuh kreasi, gagasan dan kreativitas seniman yang bersumber pada "rerajahan".
"Rerajahan merupakan produk budaya Hindu, serta salah satu keunggulan lokal yang banyak digunakan dalam kegiatan ritual, sarana pengobatan, ilmu penengen dan ilmu pengiwa (aliran kiri)," kata Drs AA Gde Ngurah TY, MSi, dosen Jurusan Seni Murni, Fakultas Seni Rupa dan Disain (FSRD) Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Senin.
Ia mengatakan, antara "rerajahan", tantra, dan mantram memiliki keterpaduan yang sangat erat dan saling mendukung dalam membangkitkan kekuatan magis sesuai dengan kepercayaan dan keyakinan masyarakat di Pulau Dewata.
"Transformasi rerajahan seni lukis Bali modern telah dimulai sejak masuknya pengaruh budaya luar. Rudolf Bonnet dan Walter Spies, seniman warga negara asing yang bermukim di perkampungan seniman Ubud, telah memberikan pengaruh terhadap kehidupan seniman Bali," ujar Agung Gde Ngurah.
Upaya itu dilakukan dengan mengungkapkan gagasan dan apresiasi seni di atas kanvas secara bebas. Transpormasi "rerajahan" diawali pada zaman Pitha Maha (1936).
Perubahan dan pembaharuan terjadi karena transformasi melalui akulturasi dan asimilasi yang berkaitan erat dengan penemuan baru
"Rerajahan sebagai subyek mater diolah dan dilebur menjadi bentuk, fungsi dan makna baru pada seni lukis Bali modern, namun rerajahan yang erat kaitannya dengan Agama Hindu tetap disakralkan," tutur Agung Gde Ngurah yang melakukan penelitian dan pengkajian secara mendalam terhadap hal itu.
Ia menilai, metode transpormasi tersebut mampu memberikan penghayatan terhadap ide dan gagasan pelukis melalui adopsi dan setelirisasi "rerajahan", sehingga mampu mewujudkan karya seni Bali modern yang berkepribadian, original dan segar.
Penelitian yang dilakukan itu bertujuan untuk memperoleh gambaran secara lebih mendalam dan jelas mengenai traspormasi "rerajahan" dalam konteks perubahan bentuk, fungsi dan makna pada seni lukis Bali modern.
Hasil analisis mengungkapkan, keberadaan "rerajahan" mampu menunjukan peran sebagai sumber inspirasi, sekaligus mampu menggerakkan perubahan budaya dari transformasi "rerajahan" menjadi suatu tema-tema atau bentuk baru maupun fungsi estetis.
Dari perubahan dan pengaruh itu transformasi "rerajahan" seni lukis Bali modern telah terhegemoni oleh pariwisata, toko penjual cinderamata dan kolektor seni.
Transformasi merupakan salah satu cara untuk mengekpresikan gagasan melalui bentuk-bentuk "rerajahan" dan unsur internal antara lain nilai-nilai agama dan adat dilebur menjadi satu disertai olahan ide, teknik serta pengungkapan karya seni.
Upaya tersebut memunculkan seni lukis Bali modern bersifat individualistik, namun mengandung nilai-nilai komersial, ujar Agung Gde Ngurah.(*)
Editor : Masuki
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010