Sosok kesehariannya tampil sederhana, tidak ada yang tampak istimewa dibandingkan wanita Bali lainnya dalam menjalani aktivitas keseharian.

Kelebihan yang dimiliki baru kentara saat tampil mengenakan busana tari dengan gerakan yang lincah mengikuti irama gamelan di atas panggung.

Olah gerak tubuh yang disertai ekspresi jiwa itu mampu menyuguhkan keindahan yang menarik perhatian penonton, itulah sosok Ni Luh Toya Adnyani (77), wanita kelahiran Banjar Muding Tengah, Kerobokan, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung, 15 Agustus 1936 silam.

Sosok wanita sederhana itu ketika masih remaja memiliki keahlian dan karisma dalam mementaskan berbagai jenis tari di tingkat lokal Bali, ke berbagai daerah di Indonesia maupun lawatan ke mancanegara.

Berkat prestasi, dedikasi dan pengabdiannya terhadap pelestarian seni budaya Bali yang ditekuninya selama setengah abad itu mengantarkan dirinya masuk nominasi penerima penghargaan pengabdi seni dari Pemerintah Provinsi Bali terkait pelaksanaan Pesta Kesenian Bali (PKB) XXXV tahun 2013 yang akan digelar sebulan penuh mulai 15 Juni 2013.

Kasi Perfilman dan Perizin pada Dinas Kebudayaan Provinsi Bali I Wayan Dauh yang juga panitia PKB menjelaskan, satu tim yang dibentuk Pemprov Bali melakukan seleksi terhadap seniman.

Masing-masing pemerintah kabupaten/kota di Bali mengusulkan sejumlah senimannya yang dinilai mempunyai prestasi dan pengabdian dalam bidang seni dan budaya yang menonjol pada masanya.

Seleksi tersebut didasarkan atas prestasi, dedikasi, dan pengalaman dalam bidang memajukan seni budaya di Bali, khususnya di daerahnya masing-masing, ujar Wayan Dauh.

Ni Luh Toya Adnyani yang diusulkan oleh Pemerintah Kabupaten Badung itu mulai belajar tari Bali sejak tahun 1942 atau pada usia enam tahun dari sejumlah gurunya yang sanggup melatih dan membinanya sehingga ketika menginjak remaja sanggup menguasasi aneka jenis tari Bali dengan sempurna.

Dengan modal keterampilan tari yang dimiliki Tonya Adnyani itu tidak mengherankan sejak remaja telah dipercaya untuk memperkuat tim kesenian Bali dalam mengadakan lawatan ke tingkat nasional, bahkan ke luar negeri.

Sosok yang akrab disapa Bu Toya itu menguasai tari legong, jangger dan margapati dengan sempurna. Tari Legong dalam khasanah seni budaya Bali merupakan salah satu jenis tari klasik.

Tari yang tetap eksis hingga sekarang merupakan sebuah karya yang maha agung tercipta dari alam bawah sadar (mimpi) dari I Dewa Agung Made Karna, Raja Sukawati yang bertahta tahun 1775-1825 M.

Tari legong berarti gerakan yang sangat diikat, terutama aksentuasinya oleh instrumen gamelan yang mengiringinya. Sebagai sebuah tari klasik, tari Legong sangat mengedepankan unsur artistik yang tinggi, gerakan yang sangat dinamis, simetris dan teratur.

Sosok Toya Adnyani mampu melakoni hal itu dengan baik, bergabung dengan Sekaa (perkumpulan ) kesenian di Kerobokan, Kabupaten Badung mendapat kesempatan pentas ke berbagai tempat di Bali

Kemudian bergabung dengan sanggar seni "Cinta Manik" yang dipimpin oleh I Wayan Liwes pentas keliling Nusantara antara lain Medan, Bandung, Jakarta, Solo, Yogyakarta, Semarang dan Surabaya.


Tim Kesenian Indonesia

Istri dari Madjid Daeng Nangka (alm) itu juga pernah mendapat kepercayaan untuk memperkuat tim kesenian Indonesia mengadakan lawatan ke India, Singapura, Australia dan China.

Ibu dari tiga putra dan putri itu selalu meraih sukses pentas ke luar negeri, sehingga peluang atau kesempatan tahap berikutnya selalu menyusul.

Lawatan sekaligus pentas ke sejumlah negara itu berlangsung sekitar dua hingga empat minggu itu, sekaligus mengharumkan Bali dan Indonesia di dunia internasional. Hal itu secara tidak langsung sebagai sarana promosi pariwisata Pulau Dewata.

Ni Luh Toya Adnyani ibu dari I Made Monaneka Yusuf, Siti Salmah dan Siti Aishah itu berkat prestasi, dedikasi dan pengabdiannya dalam bidang seni budaya Bali mengantongi segudang penghargaan, antara lain Ibu dari Seni Kerti Budaya dari Pemkab Badung dan dari Yayasan Semara Ratih Ubud, Kabupaten Gianyar.

Keahlian dan keterampilan yang dimilikinya itu dengan senang hati ditularkan kepada siapa saja, baik anak-anak, remaja, dewasa dan orang tua, sehingga telah berhasil mencetak ratusan bahkan ratusan seniman tari.

Pembinaan terhadap sekaa kesenian Bali, terutama yang paling menonjol di wilayah Kerobokan, Kabupaten Badung dan kota Denpasar, termasuk kepada ibu-ibu anggota PKK desa setempat dan sejumlah desa lainnya.

Anggota PKK hasil binaannya sering tampil dalam memeriahkan berbagai kegiatan, termasuk tampil di arena Pesta Kesenian Bali (PKB), aktivitas seni tahunan di Pulau Dewata.

Penampilan dengan gaya dan kemampuan yang tidak kalah menarik dengan penabuh pria, sehingga setiap pementasan yang melibatkan sekaa kesenian wanita mendapat perhatian besar dari penonton.

Selain melatih anggota PKK dan masyarakat umum, wanita berpenampilan sederhana itu juga menciptakan tabuh dan tari, sebagai wujud tanggung jawab, pengabdian terhadap seni dan masyarakat.

Sosok wanita yang masih enerjik pada usia senjanya itu hingga sekarang masih melatih generasi penerus dalam bidang tari Bali, termasuk pernah tampil dalam memeriahkan PKB, aktivitas seni tahunan di Pulau Dewata. (LHS)

Pewarta: Oleh I Ketut Sutika

Editor : Ni Luh Rhismawati


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013