Denpasar (Antara Bali) - "Menakjubkan dan pemandangannya sangat indah." Ucapan ini meluncur dari mulut Ketua Umum Asosiasi Selancar Indonesia Jero Made Supatra Karang saat pertama kali menginjakkan kaki di kawasan wisata Pantai Pulau Merah.
Dengan ditemani anggota keluarganya, pria asal Bali ini berkunjung ke kawasan wisata yang terletak di Desa Sumber Agung, Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, untuk menyaksikan kompetisi internasional selancar yang berlangsung 24--26 Mei 2013.
"Saya sudah berkeliling ke banyak negara untuk menyaksikan perlombaan 'surfing' (selancar), tetapi hanya sedikit pantai di negara-negara lain yang pemandangannya seperti di sini (Pulau Merah)," tambah Jero, akhir pekan lalu.
Bahkan, Jero berani menyejajarkan pemandangan Pantai Pulau Merah, Banyuwangi, dengan salah satu kawasan wisata pantai yang terdapat di negara Amerika Latin, Brazil, yang juga sangat terkenal dengan keindahan pantai-pantainya untuk penggila surfing.
Salah satu kelebihan dari Pantai Pulau Merah adalah terdapatnya gugusan pulau sehingga sejauh mata memandang tidak langsung disuguhi lautan lepas.
Saat musim kemarau tiba, pulau-pulau itu tampak memantulkan cahaya kemerahan ketika terkena sinar matahari, terutama pada sore menjelang matahari terbenam.
Untuk penggemar olahraga selancar, ombak di Pantai Pulau Merah yang masuk wilayah Pantai Selatan juga sangat menantang meskipun tidak setinggi ombak di Pantai Plengkung, yang lokasinya beberapa puluh kilometer dari Pulau Merah.
Pantai Plengkung atau wisatawan mancanegara mengenalnya dengan nama "G-Land", sudah sangat lama dikenal peselancar profesional karena ombaknya yang bagus dan tinggi.
"Selain untuk surfing, kawasan wisata ini juga cocok untuk rekreasi keluarga. Kalau dikelola dengan baik dan promosi dilakukan secara terus-menerus, Pantai Pulau Merah bisa seperti Pantai Kuta di Bali," ujar Jero Made Supatra.
Pantai Kuta, lanjut Jero, perlu waktu sekitar 10 tahun untuk menjadi kawasan wisata yang digemari wisatawan domestik maupun asing, ketika pertama kali dikembangkan pada tahun 1979. Dukungan masyarakat menjadi salah satu faktor penting dalam pengembangan kawasan wisata.
Pantai Pulau Merah terletak sekitar 70 kilometer arah selatan dari pusat Kota Banyuwangi atau lebih kurang 1,5 jam perjalanan darat menggunakan mobil.
Sementara dari Bandara Blimbingsari, yang berada di Kecamatan Rogojampi, perjalanan darat menuju Pulau Merah bisa ditempuh dalam waktu kurang dari satu jam.
Beberapa bulan menjelang akhir 2012, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, mulai melakukan penataan kawasan Pantai Pulau Merah untuk dijadikan destinasi baru.
Langkah awal dimulai dengan memperbaiki akses jalan menuju kawasan wisata yang masuk pengelolaan PT Perhutani tersebut. Puluhan miliar dana APBD digelontorkan untuk mengaspal jalan yang kondisinya kurang layak.
Perbaikan jalan menuju Pulau Merah juga satu paket dengan pengaspalan puluhan kilometer jalan ke arah kawasan wisata Kawah Gunung Ijen.
Proyek jalan itu merupakan bagian dari rencana Pemkab Banyuwangi untuk menyukseskan kegiatan lomba balap sepeda internasional "Tour de Ijen 2012", yang finisnya berada di kawasan Pulau Merah dan Kawah Ijen.
"Kami ingin menggabungkan kegiatan olahraga dan wisata untuk mempromosikan objek wisata di Banyuwangi. Tahun lalu, kami fokus memperkenalkan Kawah Ijen, sekarang sasarannya beralih ke Pantai Pulau Merah," kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.
Kawah Ijen yang menjadi favorit wisatawan asing asal Eropa, kini semakin ramai dikunjungi wisatawan domestik dari berbagai daerah, karena akses jalannya yang sudah bagus.
"Bahkan setiap akhir pekan kalau kondisi gunungnya sedang normal, kawasan Ijen selalu dipenuhi oleh ratusan wisatawan lokal dan asing," ujarnya.
Konsep "Sport-tourism"
Menurut Anas, konsep "sport-tourism' relatif sangat efektif dalam memperkenalkan objek wisata, termasuk di Pantai Pulau Merah melalui penyelenggaraan "Banyuwangi Internasional Surfing Competition 2013".
Kompetisi ini tidak hanya diikuti peselancar lokal dan nasional, tetapi juga peserta dari 18 negara, seperti Australia, Amerika Serikat, Selandia Baru, Singapura, Malaysia, Jerman, Italia, Swedia, Brazil, Portugal, Perancis, Austria, Belanda, dan Afrika Selatan.
Selain memperbaiki akses jalan, Pemkab Banyuwangi melalui kerja sama dengan Perhutani selaku pengelola kawasan Pulau Merah, juga membenahi fasilitas sekitar lokasi, seperti penataan kios suvenir dan pedagang, kebersihan pantai, hingga menyiapkan rumah-rumah penduduk setempat sebagai "home stay".
"Tidak akan ada hotel, tetapi rumah-rumah penduduk yang disulap jadi penginapan. Kami menawarkan budaya dan keramah-tamahan penduduk, serta keaslian panorama alamnya," ujar Bupati.
Ke depan, lanjut Anas, Pemkab Banyuwangi bekerja sama dengan pihak Perhutani akan terus membenahi kawasan wisata tersebut dan menambah beberapa fasilitas penunjangnya.
Dari ajang promosi wisata yang telah dilakukan selama dua tahun terakhir, termasuk kegiatan tahunan "Banyuwangi Ethno Carnival" (BEC), Anas berharap kunjungan wisatawan lokal dan asing ke Banyuwangi bisa meningkat hingga mencapai lebih dari 500.000 orang dalam setahun.
Peselancar asal Australia Dave Davidson mengatakan bahwa menginap di rumah penduduk dan menikmati makanan serta budaya lokal menjadi pengalaman tersendiri bagi dirinya dan peserta asing kompetisi di Pulau Merah.
"Mudah-mudahan kompetisi seperti ini bisa berlangsung setiap tahun. Pemandangannya bagus dan ombaknya juga cukup menantang," kata Dave yang pernah mengikuti kompetisi selancar di beberapa negara.
Direktur Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata Kementerian Pariwisata dan ekonomi Kreatif M. Farid memberikan apresiasi kepada Pemkab Banyuwangi atas pembukaan kawasan wisata baru tersebut.
Akan tetapi, Farid juga mengingatkan bahwa pengembangan destinasi wisata memerlukan sebuah perencanaan yang matang dan berkelanjutan sehingga sasaran akhir untuk mendatangkan wisatawan bisa dicapai.
"Memanfaatkan momentum boleh, tetapi rencana jangka panjangnya juga harus disiapkan. Pemprov Bali sudah melakukan itu pada tahun 1979 saat akan mengembangkan kawasan pariwisata dengan studi untuk membuat 'masterplan'," katanya.
Farid mengemukakan bahwa banyak daerah di Indonesia yang menyimpan potensi besar di sektor pariwisata, tetapi pemerintah daerahnya selalu kesulitan untuk melakukan pengembangan. Kendala klasiknya adalah soal pendanaan dan dukungan masyarakat.
"Pemkab Banyuwangi perlu konsisten dalam pengembangan jangka panjang kawasan Pulau Merah sehingga jangan sampai setelah kejuaraan surfing berakhir, destinasinya juga ikut tenggelam," katanya. (*/ADT)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013
Dengan ditemani anggota keluarganya, pria asal Bali ini berkunjung ke kawasan wisata yang terletak di Desa Sumber Agung, Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, untuk menyaksikan kompetisi internasional selancar yang berlangsung 24--26 Mei 2013.
"Saya sudah berkeliling ke banyak negara untuk menyaksikan perlombaan 'surfing' (selancar), tetapi hanya sedikit pantai di negara-negara lain yang pemandangannya seperti di sini (Pulau Merah)," tambah Jero, akhir pekan lalu.
Bahkan, Jero berani menyejajarkan pemandangan Pantai Pulau Merah, Banyuwangi, dengan salah satu kawasan wisata pantai yang terdapat di negara Amerika Latin, Brazil, yang juga sangat terkenal dengan keindahan pantai-pantainya untuk penggila surfing.
Salah satu kelebihan dari Pantai Pulau Merah adalah terdapatnya gugusan pulau sehingga sejauh mata memandang tidak langsung disuguhi lautan lepas.
Saat musim kemarau tiba, pulau-pulau itu tampak memantulkan cahaya kemerahan ketika terkena sinar matahari, terutama pada sore menjelang matahari terbenam.
Untuk penggemar olahraga selancar, ombak di Pantai Pulau Merah yang masuk wilayah Pantai Selatan juga sangat menantang meskipun tidak setinggi ombak di Pantai Plengkung, yang lokasinya beberapa puluh kilometer dari Pulau Merah.
Pantai Plengkung atau wisatawan mancanegara mengenalnya dengan nama "G-Land", sudah sangat lama dikenal peselancar profesional karena ombaknya yang bagus dan tinggi.
"Selain untuk surfing, kawasan wisata ini juga cocok untuk rekreasi keluarga. Kalau dikelola dengan baik dan promosi dilakukan secara terus-menerus, Pantai Pulau Merah bisa seperti Pantai Kuta di Bali," ujar Jero Made Supatra.
Pantai Kuta, lanjut Jero, perlu waktu sekitar 10 tahun untuk menjadi kawasan wisata yang digemari wisatawan domestik maupun asing, ketika pertama kali dikembangkan pada tahun 1979. Dukungan masyarakat menjadi salah satu faktor penting dalam pengembangan kawasan wisata.
Pantai Pulau Merah terletak sekitar 70 kilometer arah selatan dari pusat Kota Banyuwangi atau lebih kurang 1,5 jam perjalanan darat menggunakan mobil.
Sementara dari Bandara Blimbingsari, yang berada di Kecamatan Rogojampi, perjalanan darat menuju Pulau Merah bisa ditempuh dalam waktu kurang dari satu jam.
Beberapa bulan menjelang akhir 2012, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, mulai melakukan penataan kawasan Pantai Pulau Merah untuk dijadikan destinasi baru.
Langkah awal dimulai dengan memperbaiki akses jalan menuju kawasan wisata yang masuk pengelolaan PT Perhutani tersebut. Puluhan miliar dana APBD digelontorkan untuk mengaspal jalan yang kondisinya kurang layak.
Perbaikan jalan menuju Pulau Merah juga satu paket dengan pengaspalan puluhan kilometer jalan ke arah kawasan wisata Kawah Gunung Ijen.
Proyek jalan itu merupakan bagian dari rencana Pemkab Banyuwangi untuk menyukseskan kegiatan lomba balap sepeda internasional "Tour de Ijen 2012", yang finisnya berada di kawasan Pulau Merah dan Kawah Ijen.
"Kami ingin menggabungkan kegiatan olahraga dan wisata untuk mempromosikan objek wisata di Banyuwangi. Tahun lalu, kami fokus memperkenalkan Kawah Ijen, sekarang sasarannya beralih ke Pantai Pulau Merah," kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.
Kawah Ijen yang menjadi favorit wisatawan asing asal Eropa, kini semakin ramai dikunjungi wisatawan domestik dari berbagai daerah, karena akses jalannya yang sudah bagus.
"Bahkan setiap akhir pekan kalau kondisi gunungnya sedang normal, kawasan Ijen selalu dipenuhi oleh ratusan wisatawan lokal dan asing," ujarnya.
Konsep "Sport-tourism"
Menurut Anas, konsep "sport-tourism' relatif sangat efektif dalam memperkenalkan objek wisata, termasuk di Pantai Pulau Merah melalui penyelenggaraan "Banyuwangi Internasional Surfing Competition 2013".
Kompetisi ini tidak hanya diikuti peselancar lokal dan nasional, tetapi juga peserta dari 18 negara, seperti Australia, Amerika Serikat, Selandia Baru, Singapura, Malaysia, Jerman, Italia, Swedia, Brazil, Portugal, Perancis, Austria, Belanda, dan Afrika Selatan.
Selain memperbaiki akses jalan, Pemkab Banyuwangi melalui kerja sama dengan Perhutani selaku pengelola kawasan Pulau Merah, juga membenahi fasilitas sekitar lokasi, seperti penataan kios suvenir dan pedagang, kebersihan pantai, hingga menyiapkan rumah-rumah penduduk setempat sebagai "home stay".
"Tidak akan ada hotel, tetapi rumah-rumah penduduk yang disulap jadi penginapan. Kami menawarkan budaya dan keramah-tamahan penduduk, serta keaslian panorama alamnya," ujar Bupati.
Ke depan, lanjut Anas, Pemkab Banyuwangi bekerja sama dengan pihak Perhutani akan terus membenahi kawasan wisata tersebut dan menambah beberapa fasilitas penunjangnya.
Dari ajang promosi wisata yang telah dilakukan selama dua tahun terakhir, termasuk kegiatan tahunan "Banyuwangi Ethno Carnival" (BEC), Anas berharap kunjungan wisatawan lokal dan asing ke Banyuwangi bisa meningkat hingga mencapai lebih dari 500.000 orang dalam setahun.
Peselancar asal Australia Dave Davidson mengatakan bahwa menginap di rumah penduduk dan menikmati makanan serta budaya lokal menjadi pengalaman tersendiri bagi dirinya dan peserta asing kompetisi di Pulau Merah.
"Mudah-mudahan kompetisi seperti ini bisa berlangsung setiap tahun. Pemandangannya bagus dan ombaknya juga cukup menantang," kata Dave yang pernah mengikuti kompetisi selancar di beberapa negara.
Direktur Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata Kementerian Pariwisata dan ekonomi Kreatif M. Farid memberikan apresiasi kepada Pemkab Banyuwangi atas pembukaan kawasan wisata baru tersebut.
Akan tetapi, Farid juga mengingatkan bahwa pengembangan destinasi wisata memerlukan sebuah perencanaan yang matang dan berkelanjutan sehingga sasaran akhir untuk mendatangkan wisatawan bisa dicapai.
"Memanfaatkan momentum boleh, tetapi rencana jangka panjangnya juga harus disiapkan. Pemprov Bali sudah melakukan itu pada tahun 1979 saat akan mengembangkan kawasan pariwisata dengan studi untuk membuat 'masterplan'," katanya.
Farid mengemukakan bahwa banyak daerah di Indonesia yang menyimpan potensi besar di sektor pariwisata, tetapi pemerintah daerahnya selalu kesulitan untuk melakukan pengembangan. Kendala klasiknya adalah soal pendanaan dan dukungan masyarakat.
"Pemkab Banyuwangi perlu konsisten dalam pengembangan jangka panjang kawasan Pulau Merah sehingga jangan sampai setelah kejuaraan surfing berakhir, destinasinya juga ikut tenggelam," katanya. (*/ADT)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013