Negara (Antara Bali) - Pengusaha penjagalan sapi di Kabupaten Jembrana kesulitan untuk membeli sapi lokal, karena kalah bersaing dengan harga yang ditawarkan pembeli dari Jawa.

"Rata-rata pembeli sapi dari Jawa, sanggup membayar Rp500 ribu lebih tinggi dari harga yang kami tawarkan. Kami tidak bisa mengikuti harga itu, karena daging sapi disini harganya lebih rendah dibanding di Jawa," kata Koordinator Rumah Potong Hewan (RPH), Irfan Efendy, Senin di Negara.

Selain soal harga, Irfan mengungkapkan, terlalu banyak sapi bali yang dikirim ke Jawa sehingga penjagal kesulitan memperolehnya.

"Sulit mencari sapi yang sudah tidak produktif sesuai dengan syarat penjagalan, karena sebagian besar sapi tersebut dijual ke Jawa," ujarnya.

Dampak dari sulitnya memperoleh sapi ini, menurut Irfan, jumlah pengusaha penjagalan terus turun dari semula 9 orang di rumah jagal Kelurahan Lelateng, kini tinggal tujuh orang.

"Yang tersisa inipun hanya bisa bertahan agar tidak gulung tikar. Tapi kalau kondisinya seperti ini terus, tidak lama lagi mereka juga akan bangkrut," katanya.

Komang Bima, salah seorang penjaga RPH mengatakan, saat ini penjagalan di lokasi satu-satunya di Kabupaten Jembrana tersebut, hanya 4 hingga 7 ekor sapi perhari.

"Ada juga pengusaha daging sapi yang berusaha memelihara sapi sendiri untuk menekan biaya. Dulu dia bisa membayar tukang cari rumput, tapi kini terpaksa mencari sendiri," ujar Bima.(GBI)

Pewarta:

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013