Bogor (Antara Bali) - Direktur Rumah Sakit Sehat Terpadu Dompet Duafa dr Yahmin Setiawan mengatakan, perlu dilakukan sosialisasi mengenai penyakit kusta kepada masyarakat untuk memberikan pemahaman agar tidak ada stigma negatif kepada penderita.

"Kusta ini daya tularnya rendah, bukan penyakit mematikan, namun kecacatan yang ditimbulkan oleh penyakit ini menjadi stigma negatif di kalangan masyarakat," katanya di Bogor, Senin.

Yahmin menyebutkan, Dinas Kesehatan harus melakukan sosialisasi kepada masyarakat terutama di daerah yang masih terdapat penderita kusta. Seperti halnya di Parung Panjang yang terdapat satu keluarga terdiri dari bapak dan dua anaknya menderita kusta.

Menurut Yahmi, pengalaman yang dialami Jiung (48) dan dua anaknya warga asal Kampung Kampung Salimun, Desa Gintung Cilejet, Kecamatan Parung Panjang, yang menderita kusta dapat menjadi informasi bahwa pemahaman tentan kusta masih minim di masyarakat.

"Seperti Jiung yang sudah mengidap kusta sejak dua tahun ini, justru awalnya tidak tahu ia menderita kusta. Malah dibawa berobat ke dukun, ini artinya dia tidak tahu penanganannya seperti apa, hingga dua anaknya tertular," katanya.

Meski kusta memiliki daya tular rendah, tidak seperti TBC yang hanya dengan lewat percikan batuk kuman penyebab penyakit langsung tertular. Kusta berbeda dengan TBC, proses penularanan cukup lama. (LHS)

Pewarta:

Editor : Masuki


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013