Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) meminta pemerintah daerah untuk mengidentifikasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) untuk menghadapi tantangan ekonomi baru persaingan pasar bebas.
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki dalam sambutannya pada acara Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pemanfaatan Data KUMKM di Seminyak, Kabupaten Badung, Bali, Selasa mengatakan perdagangan bebas merupakan konsekuensi keikutsertaan Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN.
Salah satu contohnya, kata dia, adalah masuknya produk China yang menguasai 90 persen pasar online.
Salah satu contohnya, kata dia, adalah masuknya produk China yang menguasai 90 persen pasar online.
Karena itu, sektor UMKM yang menjadi salah satu andalan pemerintah perlu dipersiapkan untuk masuk dalam persaingan global.
"Kita itu harus menyiapkan betul-betul para pelaku UMKM yang punya kemampuan adaptasi, punya kemampuan inovasi, sudah mulai menggunakan inovasi teknologi dan kreativitas," katanya kepada ratusan utusan pemerintah daerah seluruh Indonesia.
Baca juga: Kemenkop UKM utamakan data tunggal kunci kebijakan KUKM yang presisi
Baca juga: Kemenkop UKM utamakan data tunggal kunci kebijakan KUKM yang presisi
Dirinya meminta agar UMKM yang kompetitif bersaing di berbagai daerah diperkuat untuk bersaing di pasar global. Dia meyakini setiap daerah memiliki UMKM yang punya keunggulan komparatif dan keunggulan domestik.
"Kita harus fokus mengidentifikasi mana yang bisa kita scaling up karena hari ini kita butuh adanya ekonomi baru, butuh ada enterpreneur baru dan ekonomi baru," kata dia.
Sejalan dengan semangat tersebut, pemerintah tengah membuat program entrepreneur hub untuk masuk ke kampus-kampus untuk menciptakan enterpreneur yang kompetitif dan sanggup melakukan inovasi dan kreativitas.
Teten menjelaskan dalam perhitungan Kementerian Koperasi UKM daripada berpikir menarik investasi dari industri manufaktur luar negeri ke dalam negeri, yang mungkin di negara maju biaya produksinya udah sangat mahal dari segi lingkungan sudah tidak ramah, lebih baik mencoba mencari potensi-potensi di setiap daerah yang bisa diolah sehingga Indonesia bisa membangun industri yang berbasis pada keunggulan-keunggulan domestik.
Baca juga: Pemerintah akui 95 persen UMKM belum kompetitif
Baca juga: Pemerintah akui 95 persen UMKM belum kompetitif
Salah satu keunggulan domestik itu, kata Teten adalah dari sisi ketersediaan bahan baku sudah tersedia dalam negeri seperti sektor pertanian, perkebunan dan kelautan.
"Kita bisa membangun industri kecil dan menengah yang mengolah melakukan hilirisasi terhadap hasil-hasil perkebunan, hasil pertanian, sektor kelautan dan lainnya," pungkas dia.
Teten menyoroti banyak hasil rempah Indonesia dijual keluar negeri Denpasar dalam bentuk bahan baku mentah. Padahal ada opsi lain untuk mengolahnya jadi bahan jadi. Sistem tersebut kata Teten harus ditinggalkan karena sistem tersebut sama dengan yang terjadi pada zaman VOC dulu.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2024