Oleh I Ketut Sutika

Kertagosa "saksi bisu" kejayaan Kerajaan Klungkung yang pernah menaklukkan hampir seluruh kerajaan di Bali pada abad XVIII, kini kondisinya semakin memprihatinkan akibat dimakan usia.

Bangunan warisan zaman kerajaan itu terdiri dari dua unit yaitu Bale Kerta Gosa dan Bale Kambang. Disebut Bale Kambang karena bangunan ini dikelilingi kolam yaitu Taman Gili.

Keunikan Kertagosa dengan Bale Kambang ini adalah pada permukaan plafon atau langit-langit bale yang dihiasi dengan lukisan tradisional (gaya wayang), namun kondisinya perlu renovasi.

Anggota Komisi I DPRD Bali Tjokorda Gde Ngurah mengharapkan pemerintah kabupaten, Provinsi Bali maupun pemerintah pusat memperhatikan keberadaan objek wisata sejarah Kertagosa yang kondisinya semakin memprihatinkan.

Hal itu penting dilakukan mengingat keberadaan peninggalan Kerajaan Klungkung itu perlu perhatian dan pemeliharaan agar tetap lestari sesuai kondisi zaman dulu.

"Sekarang ini perlu perhatian dan pemeliharaan secara berkelanjutan sehingga tetap asri sesuai dengan saat zaman kerajaan tersebut. Bukan sebaliknya dijadikan konflik tarik ulur, siapa yang berhak mengelola dan mendapatkan kontribusi hasil dari kunjungan wisatawan itu," ucap Tjokorda Gde Ngurah yang juga mantan Bupati Klungkung.

Objek wisata yang berlokasi di tengah-tengah Kota Semarapura harus dipertahankan keberadaannya, terlebih lukisan wayang yang ada di dinding flafon bangunan tersebut sangat relevan dengan cerita perbuatan manusia di dunia menuju alam nirwana.

Sebuah karya kanvas goresan Emilio Merola, seorang seniman terkenal kelahiran Italia juga menjadi koleksi Museum Semarajaya di komplek objek wisata Kertagosa

Lukisan yang mempunyai daya tarik tersendiri itu telah berumur ratusan tahun, sehingga perlu terus dirawat dengan baik bersama puluhan karya seniman Bali pada masa kejayaan Kerajaan Klungkung, membawahi hampir seluruh kerajaan-kerjaan di Bali sekitar pada abad ke XVIII.

Karya seorang pelukis asing di museum tersebut, di mana karya-karya di negeri asalnya maupun di sejumlah negara lainnya kini sangat langka dan sulit ditemui, menunjukkan hubungan kedekatan antara Kerjaan Klungkung yang kini menjadi Kabupaten Klungkung dengan Italia.

Atas dasar itu pula Duta Besar negara tersebut di Indonesia pernah secara khusus menikmati karya seni goresan Emilio Merola yang tertata apik dengan sejumlah lukisan karya seniman Bali yang pernah mengalami kejayaan pada masanya.

Koleksi pelukis asal Italia itu menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan mancanegara, khususnya Italia, karena karya seorang pelukis terkenal itu mulai langka di negaranya, dan salah satunya yang terawat dengan baik hingga sekarang adalah di Museum Semarajaya di komplek objek wisata Kerthagosa.

Bangunan Museum Semarajaya yang mempunyai ciri yang khas perpaduan arsitektur Belanda dengan arsitektur tradisional Bali cukup mempesona.

Gedung museum yang dibangun pada zaman pemerintahan Hindia Belanda di Indonesia sekitar tahun 1942 itu hingga kini keasliannya tetap dipertahankan, meskipun pernah mengalami renovasi puluhan tahun silam.

Peninggalan Sejarah

Objek wisata Kertagoso dengan museum Semarajaya di komplek Kertagosa merupakan salah satu dari puluhan museum di Bali yang mengoleksi lukisan dan sejumlah peninggalan benda-benda prasejarah yang bernilai estetik.

Karya-karya seni yang berumur ribuan tahun itu mempunyai daya tarik tersendiri, seperti halnya berbagai jenis alat-alat yang terbuat dari bahan batu, alat tenun dan berbagai jenis alat dalam kehidupan sehari-hari pada masa lampau.

Selain itu tersimpan pula peninggalan senjata yang pernah digunakan dalam perang Puputan Klungkung tahun 1908. Koleksi tersebut antara lain keris, tombak dan tandu raja, disamping foto raja-raja yang pernah memerintah kerajaan Bali, khususnya Klungkung.

Sebuah ruangan khusus juga tempat penyimpanan koleksi antara lain seperangkat gamelan, kain tenun, selongsong peluru, perak, kuningan serta barong, dan rangda yang dibuat ratusan tahun silam.

Kertagosa yang kini dijadikan objek wisata menarik di kawasan Bali timur, merupakan bukti sejarah dari kerajaan Klungkung. Objek wisata yang terletak dijantung Kota Semarapura dapat dijangkau dengan mudah menggunakan kendaraan bermotor, dengan waktu tempuh kurang dari satu jam dari kota Denpasar.

Di komplek objek wisata tersebut selain Museum Semarajaya juga terdapat Taman Gili dan sejumlah bangunan Kertagosa. Bangunan yang bagian langit-langitnya itu dihiasi dengan lukisan klasik gaya Kamasan.

Sebuah kolam yang tertata apik dengan ratusan jenis ikan hias berwarna-warni mengelilingi Taman Gili, sehingga mampu memberikan ketenangan dan menyamanan bagi setiap pengunjung.

Bangunan Taman Gili merupakan bagian dari satu kesatuan yang tak terpisahkan dengan Puri Semarapura Klungkung.

Pengadilan Adat

Gedung Kertagosa yang arsitekturnya terpelihara, konon pada zaman kerajaan berfungsi sebagai balai pengadilan adat. Setiap warga masyarakat yang bermasalah, baik yang melanggar ketentuan adat, norma agama dan pertikaian penyelesaiannya di tempat tersebut.

Bangunan yang terdiri beberapa ruangan, salah satu ruangan yang berukuran cukup luas itu dilengkapi enam buah kursi dan sebuah meja ukuran persegi empat yang berhiaskan ukiran prada.

Masing-masing kursi yang utuh hingga sekarang itu dihiasi dengan seni pahat yang berbeda-beda. Dua kursi dilengkapi dengan pahatan naga, masing-masing untuk tempat duduk pendeta Brahmana dan tempat duduk sang raja.

Dua kursi lainnya dihiasi pahatan lembu untuk juru tulis dan yang memanggil pesakitan (terdakwa). Sebuah kursi yang berpahat Singa untuk tempat duduk seorang petinggi Belanda, dan satu kursi berisi hiasan kerbau bagi hakim yang memutus perkara tersebut.

Sedangkan masyarakat yang diadili karena melakukan pelanggaran duduk bersila di lantai. Gedung Kertagosa adalah tempat untuk menghukum seseorang akibat pelanggaran yang dilakukan.

Proses pengadilan terhadap seluruh warga masyarakat yang melakukan pelanggaran di bawah kekuasaan raja-raja di seluruh Bali itu dilaksanakan setiap Purnamaning Kapat atau sekitar bulan Oktober setiap tahunnya.

Selain itu gedung yang dihiasi dengan lukisan gaya kamasan itu juga dimanfaatkan oleh para raja untuk membahas berbagai hal yang berkaitan dengan keamanan, kemakmuran dan keadilan wilayah kerajaan Bali.

Menurut Candra Sengkala yang terpahat di Pemedalan Agung (pintu utama) Puri Kertaagosa, objek wisata tersebut dibuat tahun 1622 atau tahun 1700 Masehi, saat pemerintahan Klungkung dikendalikan oleh Raja I Dewa Agung Jambe.

Gedung Kertaagosa itu sekaligus berfungsi sebagai tempat penerimaan tamu-tamu penting kerjaan, seperti yang datang dari Belanda, Inggris, Portugal, dan China.

Kini Kertagosa merupakan salah satu objek wisata andalan Kabupaten Klungkung, selain peningkatan budaya, juga lukisan yang menceritakan tentang sistem peradilan pada zaman kerajaan dulu. (*/T007)

Pewarta:

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013