Nunukan (Antara Bali) - Pertokoan dan sekolah di kawasan Lahad Datu, Negara Bagian Sabah, Malaysia, ditutup sejak Jumat (1/3), menyusul adanya tembak-menembak antara kelompok bersenjata Filipina dengan aparat keamanan Malaysia.
Maknur, seorang warga Malaysia, Minggu, membenarkan "matinya" aktivitas perekonomian dan sekolah di sekitar Lahad Datu, Sabah, sejak dua hari terakhir atau setelah peristiwa bentrokan yang menyebabkan meninggalnya dua anggota kepolisian komando Malaysia dan 12 orang dari kelompok bersenjata Filipina tersebut.
"Bandar (Kota) Lahad Datu sekarang ini jadi senyap karena pertokoan dan seluruh sekolah ditutup sejak Jumat (1/3) termasuk sekolah Indonesia," ujarnya saat dihubungi dari Nunukan, Kalimantan Timur.
Aktivitas warga pun, kata dia, nyaris tidak ada yang hilir mudik sebagaimana biasa karena memilih berdiam diri di dalam rumah masing-masing.
Bukan hanya itu, Maknur mengaku pula kendaraan berupa taksi maupun bus besar yang biasanya ramai setiap hari melintas dari Tawau menuju Kota Kinabalu, tidak lagi terlihat sejak adanya bentrokan tersebut.
Ia juga mengatakan, warga negara Indonesia (WNI) yang kebanyakan bekerja di pertokoan dan menjaga warung makan di Bandar Lahad Datu memilih untuk tidak keluar rumah.
"Balai (kantor) polisi pun di sini (Lahad Datu) ikut ditutup karena takut ada serangan dari kelompok bersenjata itu," sebut Maknur yang mengaku sejak 20 hari ini tidak membawa taksi lagi ke Tawau akibat adanya kekacauan. (*/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013
Maknur, seorang warga Malaysia, Minggu, membenarkan "matinya" aktivitas perekonomian dan sekolah di sekitar Lahad Datu, Sabah, sejak dua hari terakhir atau setelah peristiwa bentrokan yang menyebabkan meninggalnya dua anggota kepolisian komando Malaysia dan 12 orang dari kelompok bersenjata Filipina tersebut.
"Bandar (Kota) Lahad Datu sekarang ini jadi senyap karena pertokoan dan seluruh sekolah ditutup sejak Jumat (1/3) termasuk sekolah Indonesia," ujarnya saat dihubungi dari Nunukan, Kalimantan Timur.
Aktivitas warga pun, kata dia, nyaris tidak ada yang hilir mudik sebagaimana biasa karena memilih berdiam diri di dalam rumah masing-masing.
Bukan hanya itu, Maknur mengaku pula kendaraan berupa taksi maupun bus besar yang biasanya ramai setiap hari melintas dari Tawau menuju Kota Kinabalu, tidak lagi terlihat sejak adanya bentrokan tersebut.
Ia juga mengatakan, warga negara Indonesia (WNI) yang kebanyakan bekerja di pertokoan dan menjaga warung makan di Bandar Lahad Datu memilih untuk tidak keluar rumah.
"Balai (kantor) polisi pun di sini (Lahad Datu) ikut ditutup karena takut ada serangan dari kelompok bersenjata itu," sebut Maknur yang mengaku sejak 20 hari ini tidak membawa taksi lagi ke Tawau akibat adanya kekacauan. (*/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013