Ecolab mendorong inisiatif Ecolab Water for Climate (EWC) sebagai salah satu praktik baik untuk menghemat penggunaan air di sektor industri yang diharapkan mendukung pusat keunggulan (COE) ketahanan air dan iklim yang disahkan dalam Deklarasi Menteri pada World Water Forum Ke-10 di Bali.
“Ketika menggunakan air lebih sedikit, otomatis konsumsi energi juga berkurang sehingga berdampak terhadap berkurangnya emisi karbon,” kata Presiden Direktur Ecolab Evan Jayawiyanto di sela World Water Forum Ke-10 di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Jumat.
Menurut dia, air merupakan penggerak utama produksi di industri yang dibutuhkan dalam proses pendinginan, produksi, dan reaksi kimia yang juga melepaskan karbon.
Apabila dibarengi dengan pengolahan air efisien maka juga dapat mengurangi emisi karbon.
Ia menjelaskan dengan inisiatif EWC, dapat menghasilkan tiga tujuan sekaligus yang berkaitan langsung dengan lingkungan mulai dari efisiensi air, hemat energi dan mengurangi emisi karbon.
Evan memberi contoh salah satu industri produsen minuman dapat mengurangi penggunaan air sebesar 25 persen dan diikuti pengurangan konsumsi energi sebesar 12 persen hingga berdampak mengurangi emisi karbon sebesar enam persen.
Hasil baik itu sejalan dengan usulan pemerintah Indonesia untuk mendirikan pusat keunggulan ketahanan air dan iklim atau Center of Excellence (COE) on Water and Climate Resilience pada World Water Forum Ke-10 di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali.
“COE ini bagus sekali karena ini akan meningkatkan daya tahan sistem sumber daya air dan mengurangi dampak risiko perubahan iklim,” imbuh Evan.
Keberadaannya pun diharapkan menjadi ajang edukasi dan menumbuhkan kesadaran mengingat dunia diperkirakan mengalami kekurangan air hingga 56 persen pada 2030 berdasarkan kajian organisasi penelitian, World Resources Institute.
“Kami akan bergerak untuk bisa memberi edukasi, berkolaborasi dengan industri swasta dan lembaga terkait untuk bisa menciptakan kesadaran. Berangkat dari itu, kami bisa juga masuk untuk membantu target yang sudah ditetapkan pemerintah,” ucap Evan.
Melalui riset Ecolab yang dilakukan di Indonesia, Ecolab Watermark Study, masyarakat Indonesia menunjukkan kepedulian yang tinggi terhadap semua isu lingkungan dan menunjukkan kepedulian terbesar terhadap keberlanjutan air. Tidak mengherankan bahwa konsumen dalam kelompok ini juga paling mungkin untuk mengubah perilaku pembelian mereka karena penggunaan air dalam manufaktur.
Evan mengungkapkan, 73 persen konsumen yang percaya bahwa produsen/bisnis kurang memiliki panduan yang jelas dan/atau rencana untuk mengatasi kelangkaan air.
“Masyarakat Indonesia melihat pemimpin pemerintah sangat peduli terhadap konservasi air dan merasa mereka sudah melakukan banyak untuk menghemat air,” tambahnya.
Sementara itu, Pemerintah Indonesia sebelumnya mengusulkan COE ketahanan air dan iklim pada World Water Forum Ke-10 di Bali, 18-25 Mei 2024.
Usulan itu pun disahkan dan menjadi satu dari tiga bagian dalam deklarasi pada Pertemuan Tingkat Menteri World Water Forum Ke-10 yang dihadiri oleh 106 negara dan 27 organisasi internasional.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang juga Ketua Harian Panitia Nasional Penyelenggaraan World Water Forum Ke-10 Basuki Hadimuljono mengatakan COE ketahanan air dan iklim itu untuk mengembangkan kapasitas, berbagi ilmu dan pemanfaatan fasilitas yang unggul.
“Sebagai negara kepulauan, Indonesia wajib berada di garda terdepan untuk mendorong inovasi dalam pengelolaan air dan sanitasi. Center of Excellence ini bukan hanya untuk negara Indonesia tapi juga untuk negara lainnya di Asia Pasifik,” kata Basuki.
Selain soal ketahanan air dan iklim, deklarasi itu juga mencakup pengelolaan sumber daya air terpadu di pulau-pulau kecil dan usulan Hari Danau Sedunia.
Melalui COE, negara-negara Selatan yang memiliki masalah terkait banjir, sedimen akibat erupsi yang merusak sungai, dan masalah pengelolaan air lainnya akan saling mengedukasi, bertukar pikiran, serta berbagi pengalaman untuk mencari solusi terbaik yang dapat diimplementasikan.
Indonesia sudah memiliki contoh yakni Sabo Training Center di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, yang dapat menjadi bagian dari COE masa depan.
Baca juga: Ecolab gunakan digitalisasi tingkatkan kualitas air bersih
Baca juga: Ecolab targetkan industri hemat air sampai 300 miliar galon pada 2030
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2024
“Ketika menggunakan air lebih sedikit, otomatis konsumsi energi juga berkurang sehingga berdampak terhadap berkurangnya emisi karbon,” kata Presiden Direktur Ecolab Evan Jayawiyanto di sela World Water Forum Ke-10 di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Jumat.
Menurut dia, air merupakan penggerak utama produksi di industri yang dibutuhkan dalam proses pendinginan, produksi, dan reaksi kimia yang juga melepaskan karbon.
Apabila dibarengi dengan pengolahan air efisien maka juga dapat mengurangi emisi karbon.
Ia menjelaskan dengan inisiatif EWC, dapat menghasilkan tiga tujuan sekaligus yang berkaitan langsung dengan lingkungan mulai dari efisiensi air, hemat energi dan mengurangi emisi karbon.
Evan memberi contoh salah satu industri produsen minuman dapat mengurangi penggunaan air sebesar 25 persen dan diikuti pengurangan konsumsi energi sebesar 12 persen hingga berdampak mengurangi emisi karbon sebesar enam persen.
Hasil baik itu sejalan dengan usulan pemerintah Indonesia untuk mendirikan pusat keunggulan ketahanan air dan iklim atau Center of Excellence (COE) on Water and Climate Resilience pada World Water Forum Ke-10 di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali.
“COE ini bagus sekali karena ini akan meningkatkan daya tahan sistem sumber daya air dan mengurangi dampak risiko perubahan iklim,” imbuh Evan.
Keberadaannya pun diharapkan menjadi ajang edukasi dan menumbuhkan kesadaran mengingat dunia diperkirakan mengalami kekurangan air hingga 56 persen pada 2030 berdasarkan kajian organisasi penelitian, World Resources Institute.
“Kami akan bergerak untuk bisa memberi edukasi, berkolaborasi dengan industri swasta dan lembaga terkait untuk bisa menciptakan kesadaran. Berangkat dari itu, kami bisa juga masuk untuk membantu target yang sudah ditetapkan pemerintah,” ucap Evan.
Melalui riset Ecolab yang dilakukan di Indonesia, Ecolab Watermark Study, masyarakat Indonesia menunjukkan kepedulian yang tinggi terhadap semua isu lingkungan dan menunjukkan kepedulian terbesar terhadap keberlanjutan air. Tidak mengherankan bahwa konsumen dalam kelompok ini juga paling mungkin untuk mengubah perilaku pembelian mereka karena penggunaan air dalam manufaktur.
Evan mengungkapkan, 73 persen konsumen yang percaya bahwa produsen/bisnis kurang memiliki panduan yang jelas dan/atau rencana untuk mengatasi kelangkaan air.
“Masyarakat Indonesia melihat pemimpin pemerintah sangat peduli terhadap konservasi air dan merasa mereka sudah melakukan banyak untuk menghemat air,” tambahnya.
Sementara itu, Pemerintah Indonesia sebelumnya mengusulkan COE ketahanan air dan iklim pada World Water Forum Ke-10 di Bali, 18-25 Mei 2024.
Usulan itu pun disahkan dan menjadi satu dari tiga bagian dalam deklarasi pada Pertemuan Tingkat Menteri World Water Forum Ke-10 yang dihadiri oleh 106 negara dan 27 organisasi internasional.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang juga Ketua Harian Panitia Nasional Penyelenggaraan World Water Forum Ke-10 Basuki Hadimuljono mengatakan COE ketahanan air dan iklim itu untuk mengembangkan kapasitas, berbagi ilmu dan pemanfaatan fasilitas yang unggul.
“Sebagai negara kepulauan, Indonesia wajib berada di garda terdepan untuk mendorong inovasi dalam pengelolaan air dan sanitasi. Center of Excellence ini bukan hanya untuk negara Indonesia tapi juga untuk negara lainnya di Asia Pasifik,” kata Basuki.
Selain soal ketahanan air dan iklim, deklarasi itu juga mencakup pengelolaan sumber daya air terpadu di pulau-pulau kecil dan usulan Hari Danau Sedunia.
Melalui COE, negara-negara Selatan yang memiliki masalah terkait banjir, sedimen akibat erupsi yang merusak sungai, dan masalah pengelolaan air lainnya akan saling mengedukasi, bertukar pikiran, serta berbagi pengalaman untuk mencari solusi terbaik yang dapat diimplementasikan.
Indonesia sudah memiliki contoh yakni Sabo Training Center di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, yang dapat menjadi bagian dari COE masa depan.
Baca juga: Ecolab gunakan digitalisasi tingkatkan kualitas air bersih
Baca juga: Ecolab targetkan industri hemat air sampai 300 miliar galon pada 2030
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2024