Denpasar (Antara Bali) - Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali Putu Sumantra meyakini dengan pemeliharaan intensif akan dapat meningkatkan kualitas daging sapi setara dengan daging impor.
"Daging sapi bali lebih alot dibandingkan daging impor karena dari sisi pemeliharaannya berbeda," katanya di Denpasar, Selasa.
Menurut dia,di luar negeri pembudidayaan sapi umumnya dalam skala besar dengan pemberian pakan dan perawatan yang intensif. Sedangkan para peternak di Pulau Dewata memelihara dalam skala kecil dan sapi dibiarkan bebas berkeliaran dengan makanan yang campuranya berbeda-beda.
"Daging sapi di daerah ini kalah hanya dari sisi teksturnya yang lebih keras, namun dari sisi cita rasa lebih aromatik. Untuk itu, ke depannya kami akan berupaya mengembangkan teknologi dalam pemeliharaan sapi sehingga Bali tidak perlu lagi mengimpor daging sapi," ujarnya.
Faktor lain penyebab alotnya daging sapi bali, jelas dia, karena kebiasaan para peternak yang baru menjual sapi ketika tidak punya uang dan usianya yang sudah tua. (LHS/IGT/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013
"Daging sapi bali lebih alot dibandingkan daging impor karena dari sisi pemeliharaannya berbeda," katanya di Denpasar, Selasa.
Menurut dia,di luar negeri pembudidayaan sapi umumnya dalam skala besar dengan pemberian pakan dan perawatan yang intensif. Sedangkan para peternak di Pulau Dewata memelihara dalam skala kecil dan sapi dibiarkan bebas berkeliaran dengan makanan yang campuranya berbeda-beda.
"Daging sapi di daerah ini kalah hanya dari sisi teksturnya yang lebih keras, namun dari sisi cita rasa lebih aromatik. Untuk itu, ke depannya kami akan berupaya mengembangkan teknologi dalam pemeliharaan sapi sehingga Bali tidak perlu lagi mengimpor daging sapi," ujarnya.
Faktor lain penyebab alotnya daging sapi bali, jelas dia, karena kebiasaan para peternak yang baru menjual sapi ketika tidak punya uang dan usianya yang sudah tua. (LHS/IGT/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013