Pengelola Daerah Tujuan Wisata (DTW) Jatiluwih di Kabupaten Tabanan, Bali menyiapkan tradisi budaya Nagluk Merana untuk menyambut sejumlah kepala negara peserta World Water Forum (WWF) yang akan digelar di Pulau Dewata pada 20-25 Mei mendatang.
"Persiapan penyambutan kepada sekitar 20 orang kepala negara peserta WWF di Jatiluwih hingga saat ini sudah mencapai 70 persen," kata Manajer Operasional DTW Jatiluwih Ketut Purna, Rabu di Tabanan.
Menurut Ketut Purna, saat para delegasi tersebut tiba di objek wisata Jatiluwih, Tabanan, pihaknya akan menyambut kedatangan mereka dengan menyuguhkan sekaligus memperkenalkan tradisi budaya di Bali salah satunya Nagluk Merana.
Nagluk Merana sendiri adalah tradisi menolak bala untuk menghilangkan hama di areal persawahan sehingga diharapkan tradisi tolak bala ini mampu menjaga kelestarian dari hasil pertanian yang ada di Jatiluwih.
Ketut Purna lebih lanjut mengatakan, selain di perlihatkan berbagai macam kebudayaan, para kepala negara tersebut juga akan dibawa ke areal kawasan wisata untuk melihat langsung sistem Subak di Jatiluwih.
Di lokasi tersebut lanjut Ketut Purna, mereka akan ditunjukkan mengenai tata cara mengatur air di Bali khususnya di Jatiluwih dengan sistem Subak.
"Dengan sistem pengairan di Bali (subak) yang kita punya, bagaimana bisa melestarikan air dan menjaga hutan, yang pada akhirnya semua bisa berguna bagi warga sekitar," ujar Ketut Purna.
Ketut Purna pun berharap dengan adanya kunjungan sejumlah kepala negara tersebut nantinya akan bisa mendongkrak kunjungan wisata ke DTW Jatiluwih.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2024
"Persiapan penyambutan kepada sekitar 20 orang kepala negara peserta WWF di Jatiluwih hingga saat ini sudah mencapai 70 persen," kata Manajer Operasional DTW Jatiluwih Ketut Purna, Rabu di Tabanan.
Menurut Ketut Purna, saat para delegasi tersebut tiba di objek wisata Jatiluwih, Tabanan, pihaknya akan menyambut kedatangan mereka dengan menyuguhkan sekaligus memperkenalkan tradisi budaya di Bali salah satunya Nagluk Merana.
Nagluk Merana sendiri adalah tradisi menolak bala untuk menghilangkan hama di areal persawahan sehingga diharapkan tradisi tolak bala ini mampu menjaga kelestarian dari hasil pertanian yang ada di Jatiluwih.
Ketut Purna lebih lanjut mengatakan, selain di perlihatkan berbagai macam kebudayaan, para kepala negara tersebut juga akan dibawa ke areal kawasan wisata untuk melihat langsung sistem Subak di Jatiluwih.
Di lokasi tersebut lanjut Ketut Purna, mereka akan ditunjukkan mengenai tata cara mengatur air di Bali khususnya di Jatiluwih dengan sistem Subak.
"Dengan sistem pengairan di Bali (subak) yang kita punya, bagaimana bisa melestarikan air dan menjaga hutan, yang pada akhirnya semua bisa berguna bagi warga sekitar," ujar Ketut Purna.
Ketut Purna pun berharap dengan adanya kunjungan sejumlah kepala negara tersebut nantinya akan bisa mendongkrak kunjungan wisata ke DTW Jatiluwih.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2024