Anggota Dewan Perwakilan Daerah Made Mangku Pastika berpandangan Program Sistem Pertanian Terintegrasi (Simantri) yang digagasnya saat menjabat Gubernur Bali, dapat menjadi wahana edukasi bagi masyarakat Bali mengenai rasa kecintaan kepada pertanian.

"Kalau datang ke unit Simantri, kita bisa langsung melihat model pertanian yang terintegrasi. Orang Bali 'kan ingin melihat pertanian maju. Jadi, bukan hanya mencari duit saja di sini," kata Pastika di Gianyar, Rabu.

Pastika menyampaikan hal itu saat mengadakan reses di Simantri 096 Blangsinga, Desa Saba, Kabupaten Gianyar. Gabungan kelompok tani (gapoktan) di simantri tersebut, pernah tercatat sebagai juara I dalam Lomba Simantri tingkat Provinsi Bali pada 2012.

Tetapi Simantri 096 yang terbentuk pada 2011 itu dengan minimal 20 petani sebagai anggotanya tersebut, sudah tidak beroperasi lagi sejak setahun lalu.

Hal itu karena lahan seluas 15 are yang selama ini dipakai untuk memelihara 21 ekor sapi, mengolah kotoran dan urine sapi menjadi pupuk organik, telah ditagih oleh pemiliknya. Selain itu sudah tidak ada pendampingan lagi dari para tenaga kontrak yang sebelumnya direkrut Pemprov Bali.

"Dengan adanya Simantri, berapa keluarga petani yang tertolong dan bisa hidup, berapa tanah yang menjadi subur dengan pupuk organik dan sekaligus melindungi plasma nutfah sapi Bali," ucap Pastika pada acara reses yang juga dihadiri Kepala Desa Saba Ketut Redhana dan perwakilan anggota Simantri 096.

Ia menambahkan kalau sapi Bali tidak dikembangkan, apalagi diabaikan maka lama-lama bisa punah. Sekarang sapi Bali banyak justru banyak dikembangkan di luar seperti di Gorontalo, NTB, NTT, Sukabumi dan beberapa daerah lainnya di tanah air.

Baca juga: Kelompok Simantri di Kelating-Tabanan "banjir" pesanan pupuk organik

"Dengan adanya Simantri ini bisa memberikan pendidikan para rakyat agar cinta pertanian, sekaligus supaya Bali lestari dengan penggunaan pupuk organik dan terjaganya plasma nutfah sapi Bali," kata Anggota DPD yang tak maju lagi di DPD dalam Pemilu 2024 ini.

Menurut Pastika, bangunan unit Simantri yang dibangun dengan uang negara beserta bantuan sapi (anggaran Rp200 juta) , sebaiknya jangan ditelantarkan serta diharapkan bisa dikembalikan pada fungsinya karena dapat menguntungkan petani.

"Mudah-mudahan Gubernur Bali yang akan datang bisa melanjutkan program Simantri ini yang sebelumnya telah terbentuk hingga 800 unit se-Bali," ujarnya.

Wayan Suastika, salah satu pengelola Simantri 096 Blangsinga, Desa Saba, mengatakan kelompoknya sempat berjaya dan bahkan meraih juara I dalam Lomba Simantri se-Bali.

Produksi pupuk organik dengan kapasitas 10 ton per bulan dan biourine sapi tidak hanya memenuhi kebutuhan petani di Bali, tetapi terjual sampai ke Lombok.

Bahkan, Simantri 096 bersama tiga Simantri lainnya yakni Simantri 356 Desa Antapan, Tabanan, Simantri 366 Desa Mambal, Badung dan Simantri 376 Desa Takmung, Kabupaten Klungkung menjadi percontohan sekaligus binaan dari Pemerintah Kota Osaki, Jepang.

Baca juga: Mangku Pastika motivasi petani di Simantri Luwus-Tabanan

Bahkan Wali Kota Osaki Jepang didampingi perwakilan JICA pada 2017 sempat meninjau langsung proses pengolahan pupuk di Simantri 096.

Pengolahan pupuk dengan fermentasi secara alami tanpa menggunakan bahan fermentor ini menghasilkan pupuk yang tidak berbau kotoran. Hasil pupuk organik sistem Osaki tersebut telah diaplikasikan terhadap tanaman jagung, sayuran hijau (pokcay) dan padi dengan hasil memuaskan.

Kini karena ditagihnya lahan Simantri yang sebelumnya mendapat hak guna pakai tersebut, kondisi kandang dan bangunan yang ada kurang terurus, demikian pula sapi-sapi juga telah dijual.
Anggota Dewan Perwakilan Daerah Made Mangku Pastika melihat laporan kelompok simantri saat mengunjungi Simantri 096 Blangsinga, Desa Saba, Kabupaten Gianyar yang kini sudah tidak terurus. ANTARA/Ni Luh Rhismawati.

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2024